Studi Menarik: Kebiasaan Menghisap Jempol Melindungi Anak dari Alergi

Fimela diperbarui 13 Sep 2017, 14:30 WIB

Saat melihat anak menghisap jempolnya, kita sebagai orang tua kadang langsung panik sendiri. Hal ini pun terbilang lumrah karena kita khawatir ada kotoran atau bakteri yang ikut masuk dalam tubuh si kecil saat ia menghisap jempolnya. Tapi tahukah kalau menghisap jempol itu juga ada manfaatnya?

Ada studi menarik terkait hal ini. Dilansir dari health.com, sebuah penelitian di jurnal Pediatrics tanggal 11 Juli 2016 menyebutkan bahwa menghisap jempol bisa memberi manfaat kesehatan pada anak. Anak-anak yang menghisap jempol atau menggigiti kukunya di atas usia 2 tahun bisa terlindungi dari alergi saat sudah dewasa nantinya. Wah, baru tahu nih.

Eh tapi bukan berarti kita menyarankan anak untuk selalu menghisap jempolnya. Peneliti senior Dr. Robert Hancox, dari University of Otago di Dunedin, Selandia Baru juga menekankan kalau kebiasaan menghisap jempol pada anak tetap perlu diawasi. Mengingat efek negatifnya juga ada, seperti mengubah struktur gigi. Belum lagi jika kuku anak kotor, kalau kebiasaan menghisap jempol tak dihentikan bisa-bisa si kecil cacingan.

Hancox pun memiliki hipotesis soal kaitan menghisap jempol dan efeknya yang bisa melindungi diri dari alergi. Teorinya adalah ketika anak sudah kedapatan kena paparan bakteri dan mikroba pada usia dini, sistem kekebalan tubuhnya akan bekerja aktif untuk melawan infeksi. Hal ini kemudian bisa berdampak melindungi tubuh dari alergi.

Penelitian yang dilakukan pada 1.000 anak Selandia Baru ditemukan bahwa berdasarkan laporan orang tua mereka, 31% anak yang cukup sering menghisap jempol atau menggigiti kuku pada usia 5-11 tahun, memiliki risiko 1/3 lebih kecil terkena alergi dibandingkan anak-anak usia sebayanya saat sudah berusia 13 tahun. Kondisi tersebut juga bisa bertahan sampai usia 32 tahun.

Dr. Mika Hiramatsu, seorang dokter anak yang ikut membahas studi tersebut menjelaskan kaitannya dengan kajian-kajian sebelumnya. Anak-anak yang bersekolah, tinggal dengan hewan peliharaan, tinggal di peternakan, atau memiliki kakak risiko terkena alergi dan asmanya lebih kecil. Dengan kata lain, lingkungan yang terpapar kuman justru bisa memberi semacam perlindungan.

Membiarkan anak sesekali berani kotor ternyata juga bisa memberi dampak yang positif. Tapi kita juga tetap perlu mengawasinya karena bukan berarti kita terus membiarkan anak terkena kuman dan bakteri setiap saat.

(vem/nda)