Pernah mengalami banyak kisah jatuh bangun cinta seperti yang dialami sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Stop Tanya Kapan ini? Semuanya memang melelahkan dan membuat sesak, tapi mungkin itu pertanda ada sesuatu yang perlu diubah dalam hidup.
***
Tepat setahun yang lalu sejak aku ditinggalkan mantan pacar karena ia lebih memilih selingkuhannya, aku pikir semua akan baik-baik saja. Ternyata memang benar, terkecuali kenyataan yang harus aku hadapi adalah sulitnya mencari pasangan yang tepat setelah itu.
Empat tahun aku menjalani hubungan yang cukup serius membuatku berhenti berpikir untuk bertemu yang baru. Menurutku, sulit rasanya harus memulai sebuah hubungan dari awal lagi, mengenal karakter pasangan dan mencoba menerimanya adalah hal yang perlu waktu. Dan kini setelah semuanya berakhir aku harus dihadapkan dengan pertanyaan “kapan punya pacar lagi?”
Beruntungnya aku memiliki keluarga serta sahabat yang begitu menyayangi sehingga kesendirian itu tidak selalu terasa. Silih bergantinya calon pasangan karena ada satu dan lain hal yang kurang berkenan, tidak membuatku putus asa mencari yang terbaik hingga sekarang. Kala acara makan malam bersama teman, aku selalu tersisa, satu-satunya yang tak menggandeng siapa-siapa. Bagiku itu lucu, dan aku sama sekali tak merasa bersedih akan hal itu, tapi justru lontaran mereka yang membuatku terkadang hanyut dalam lamunan.
"Kamu sampai kapan sendiri terus?"
"Jangan terlalu pilih-pilih coba saja dulu jalani."
"Lah ganti lagi? Kemarin si itu yang di Snapgram nggak jadi?”
"Jangan terlalu lama sendiri, sampai kapan mau cari yang sempurna?"
Rasanya mudah bagi orang untuk mengatur kehidupan orang lain tanpa tahu bagaimana perasaannya. Jika kalian berpikir mengapa aku tak melawan ucapan-ucapan mereka itu dengan nada seolah “tak usah ikut campur” aku ingin saja, tapi yah, aku hanya membalas dengan senyuman. Aku berharap mereka tahu, ini bukan mauku.
Jika aku ditakdirkan untuk bertemu pria yang sesuai aku pun tak akan menunda-nunda, karena tak semudah itu mencari pasangan yang berniat mulia. Tak sedikit yang aku temui dalam satu tahun terakhir ini, mulai dari berkenalan lewat teman hingga media sosial. Pertemananku pun semakin luas, dan jujur saja setelah putus aku merasa tahu siapa diriku yang sebenarnya dan juga ternyata aku sadar bahwa aku lebih berharga dari sekadar wanita yang pernah diinjak-injak harga dirinya.
Dari semua pengalaman itu aku sempat menangis sejadi-jadinya ketika seseorang yang aku harapkan tidak bisa aku miliki. Juga saat merasa bersalah ketika seseorang yang menyukaiku tak dapat aku balas perasaan tulusnya.
Cinta itu bukankah serumit demikian? Jika dibilang, aku hampir sudah merasakan semuanya. Sebut itu friend-zone dan zone zone lain yang sedang tren yang mana hanya kata ganti dari sebuah hubungan tanpa status, bukanlah hal baru.
Dipertemukan kembali dengan mantan yang senasib hanya untuk membuat satu sama lain mengisi kekosongan sementara. Jatuh cinta pada teman sendiri pun pernah aku alami, hingga mencoba dekat dengan orang yang bukan tipeku, dengan alasan siapa tahu dia orang yang aku butuhkan. Jujur saja, aku sudah benar-benar hampir muak menjalaninya.
Bukan hal yang mudah menjadi single, di umurku yang ke 23 ini dimana ketika aku menghadiri acara pernikahan, teman-teman sibuk menanyakan dengan siapa aku datang dan kapan menyusul. Atau saat lebaran dan pertemuan keluarga besar lainnya, keluarga sangat bersemangat menanyakan siapa pacarku dan satu-satunya jawaban terbaik yang aku miliki hanya kalimat, "Aku masih melajang saja."
Pertanyaanku kemudian muncul, apakah mereka benar-benar sepeduli itu jika aku asyik melajang? Atau itu hanya sebuah pertanyaan yang diajukan hanya untuk sekadar basa basi saja? Hal yang sangat ingin aku sampaikan sebenarnya adalah Stop Tanya Kapan. Aku dan perempuan yang bernasib sama sepertiku pun pasti berharap mendapatkan pendamping yang serius dan di waktu yang tepat. Bukan aku menghalangi datangnya jodoh dengan sibuk berkarir atau memperluas networking, tapi satu yang aku percaya jika memang sudah saatnya dipertemukan aku dan jodohku pun akan bertemu.
Pertanyaan-pertanyaan seperti kapan dapat pacar, mengapa sangat pemilih dan lain sebagainya aku rasa tidak perlu ditanyakan terus-menerus. Toh siapa pula yang ingin menghalangi kebahagiaan datang? Jika aku menikah pasti aku umumkan, jika aku memiliki pacar pasti aku bawa pada acara makan malam, dan semua itu aku lakukan tanpa harus disuruh bukan?
Mungkin saat ini Tuhan sedang memberikan waktu untuk diriku menikmati masa lajang dan mempelajari banyak hal baru. Prinsipku selagi menunggu orang yang tepat alangkah baiknya aku memperbaiki diri dahulu.
Jika di lain waktu aku harus menghadiri pertemuan bersama teman dan keluarga besar, aku berharap pertanyaan tentang kapan dapat pacar bisa diganti dengan membahas karierku, bagaimana bisnisku berjalan atau mungkin tentang hobiku, apakah aku masih sibuk menyanyi apa tidak. Karena sesungguhnya kehidupanku bukan hanya tentang cinta saja, tapi juga ada cita-cita yang ingin aku ceritakan pada teman dan keluarga semua.
- Calon Suamiku Ternyata Punya Anak dan Istri yang Tak Dinafkahinya
- Pertanyaan Kapan Nikah Itu Membuat Hubunganku dengan Ibu Jadi Tak Nyaman
- 17 Tahun Menikah Belum Punya Rumah Sendiri, Cintaku Tetap untuk Keluargaku
- Trauma Pelecehan yang Kualami Waktu Kecil Membuatku Takut Menatap Mata Pria
- Sering Telat Haid Tapi Tak Kunjung Hamil, Setelah Cek ke Dokter Ternyata...
(vem/nda)