Bukan Uang Suami, Tapi Kemandirianlah yang Menguatkanmu

Fimela diperbarui 16 Agu 2017, 15:15 WIB

Menjadi perempuan yang mandiri tidak melulu artinya bisa menghasilkan uang sendiri. Menjadi perempuan mandiri artinya kamu bisa berdiri di kaki kamu sendiri tanpa tergantung pada orang lain.

Sebab, sebagai perempuan, kita diberi kemampuan untuk multi-tasking; menjadi ibu, teman, sahabat, pekerja, bahkan sesekali menjadi tukang reparasi di rumah. Di saat bersamaan, kita juga dituntut untuk bisa menghasilkan sesuatu yang memuaskan untuk diri kita sendiri.

Demikian cerminan kemandirian yang kami tangkap ketika berbincang dengan tiga perempuan hebat; Sita Krings Noor, Ina Balasong, dan Cathy Sharon. Dua nama disebut pertama merupakan "dedengkot" di bisnis retail kecantikan Indonesia. Mereka sudah dua dekade berwirausaha di retail kecantikan dengan tujuan memesonakan perempuan Nusantara.

Terakhir, mereka berpadu menjadi Director Beauty Box Indonesia. Sedangkan Cathy adalah rekanan yang mereka rekrut pada setahun belakangan untuk mendirikan satu varian lipstik baru, 'Urban Lips X Cathy Sharon'.

(Baca: Dengan Kekuatan Lipstik, Cathy Sharon Siap Perkenalkan Cantiknya Indonesia)

"Perempuan harus bisa mandiri di atas kakinya sendiri. It is something that we believe," cerita Ina pada kru vemale.com.

Ina bercerita karirnya sebagai wirausahawati terjadi secara tidak sengaja. Ia awalnya adalah teller di sebuah bank di Makassar, Sulawesi Selatan. Namun, gemerlap Jakarta membuatnya tertarik untuk datang hingga akhirnya bertemu dengan Sita yang kala itu memang mencari pekerja untuk usaha barunya di bidang kosmetik.

"Saya waktu itu merasa kalau saya bisa berbuat banyak dari sekadar ngitungin uang orang. Memang cita-cita saya mau pindah ke Jakarta, karena buat saya kota yang penuh kesempatan," ujar Ina lagi.

Pucuk dicinta ulam tiba. Ina tenyata cocok dengan Sita dalam hal etos kerja. Sita sendiri adalah perempuan yang memang tidak bisa diam. Dia selalu mencari kesibukan, dimulai ketika membuka usaha sepatu dengan suaminya di tahun 1991 silam.

Bisnis sepatu itu kemudian dikembangkan ke arah bisnis kecantikan. Tapi saat itu Sita mengaku sulit fokus pada bidang tersebut mengingat rekan-rekan kerjanya adalah pria, termasuk sang suami.

"Saya waktu itu enggak mau kurang fokus, jadi kami perlu orang. Masuklah Ina di tahun 2002 dan dia paling pas buat aku," cerita Sita yang mengaku intuisinya langsung menyukai Ina sebagai tandem bekerja.

Duet kedua perempuan ini lama-lama menaikkan nama Ina dari sekadar pekerja menjadi seorang rekanan. Kerja keras keduanya juga membuat bisnis kecantikan ini maju dan membuat pihak rekanan segan pada keduanya. Ini terlihat dari tidak pernahnya mereka mengalami fase dikecilkan oleh rekanan, termasuk oleh kaum pria.

"Itu mungkin karena saya-nya juga yang terlalu vokal, jadi prianya ciut," kata Sita lalu tergelak.

"Kalau sampai kita pengusaha wanita merasa diintimidasi atau merasa dilecehkan sama laki-laki ya kita don't let them aja. Because we know what we're doing," lanjut Ina.

Seiring waktu, Sita bertemu dengan Cathy dalam suatu acara makan siang. Saat itu, kata Ina, dia sebenarnya sudah ada pemikiran mau merekrut public figure untuk usaha kosmetiknya. Namun pemikiran itu belum disuarakannya. Tak disangka, Cathy saat itu mengucap bahwa ia berniat punya bisnis kecantikan. Pass....cocok sudah!

"Aku langsung naik ke atas ngasih tahu Ina kalau Cathy setuju kerja sama dengan kita," ujar Sita mengulang peristiwa itu.

Selama setahun bekerja sama, terciptalah 'Urban Lips X Cathy Sharon. Lipstik matte ini memiliki delapan varian warna yang kesemuanya adalah identitas dari kota-kota batik ternama di Indonesia; Bligo, Waru, Trusmi, Jetis, Solo, Paras, Sekar, dan Mega.

Meski sukses di pasaran, Cathy merasa bahwa pencapaian tertingginya bukanlah keuntungan finansial dari lipstik ini. Melainkan ia baru tahu kemampuannya untuk mengatur waktu antara anak, bisnis, dan dirinya sendiri.

(Baca: Cathy Sharon; Antara Karir, Anak, dan Lipstik yang Mempercantik Wanita)

"Pencapaian tertinggi saya adalah me-manage waktu dengan baik supaya saya tidak kehilangan jati diri sebagai Cathy Sharon. Tapi tapi tetap seorang ibu dan Cathy yang punya mimpi dan kepuasan saat mencapai mimpi itu," ujar Cathy, si ibu dari dua anak balita.

Hal ini diamini oleh Ina yang menyatakan bahwa perempuan harus bisa melakukan banyak hal. Jika pun sudah dilakukan, perempuan terkadang masih ragu apakah yang ia lakukan benar atau tidak.

"Kayaknya semua perempuan sama, apalagi di Jakarta. Pengen pulang lihat anak tidur saja itu 'kan sesuatu. Apalagi sambil kita bisa bikin apa yang kita mau. itu rasanya berhasil banget," tandas Ina.

Well, seperti dikatakan penulis Amerika Serikat, Helen Gurley Brown, "Don't use men to get what you want in life. Get it yourself."

Bukan artinya mengecilkan arti pasangan. Namun kemandirian dalam hal apa pun akan membuatmu merasa berdaya atas dirimu sendiri. Dunia dan pengetahuanmu pun akan bertambah seiring kemandirianmu. Dan yang paling penting, pria akan semakin hormat pada perempuan yang mampu mengurus dirinya sendiri.

Who runs the world?....Girls!

(vem/zzu)