Dalam tulisan yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Here Comes the Bridezilla ini, Tiara menceritakan kisahnya mempersiapkan pernikahan yang sederhana dan sakral. Apakah semua berjalan lancar hingga hari H?
***
Menikah di batas usia 25 tahun adalah impianku, karena menurutku usia 25 tahun sudah cukup waktu untuk memiliki keturunan. Teringat beberapa bulan yang lalu ketika aku dan calon suami menyiapkan segala sesuatunya, itu menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan. Aku dan calon suami adalah teman satu kantor yang saling jatuh cinta satu sama lain.
Setelah hampir 5 bulan berpacaran aku dan dia merencanakan untuk menikah. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral bagiku karena itu aku berharap semuanya disiapkan dengan baik. Sebenarnya perencanaan pernikahan ini awalnya berjalan santai dan aku pikir ini tidaklah serumit itu, tapi karena ada beberapa hal yang harus diprioritaskan terlebih dahulu akhirnya aku dan calon suami harus melakukan semuanya dengan serba kilat dalam waktu 3 bulan karena aku akan berulang tahun ke 26, dan kami berharap bisa menikah sebelum tanggal tersebut.
Persoalan yang pertama sudah kulalui, di bulan Juli tepatnya setelah lebaran di minggu yang pertama aku diajak calon suamiku untuk bertemu langsung dengan orangtuanya yang tinggal di luar kota. Selama berpacaran aku memang belum pernah bertemu dengan keluarga dari calon suamiku. Setelah berkenalan dan bercakap-cakap dengan kedua orangtuanya, dia mengatakan bahwa ingin menikah denganku. Orang tuanya pun setuju dan merencanakan akan berkunjung ke rumahku. Setelah bertemu untuk pertama kalinya, kedua orang tua kami berdiskusi namun belum ada titik terang mengenai tanggal pernikahan karena orang tua calon suamiku sudah ada jadwal untuk melaksanakan ibadah haji terlebih dahulu dan berangkat di bulan Agustus. Akhirnya keluarga memutuskan untuk melakukan diskusi/rapat keluarga kembali di bulan September menunggu bapak dan ibu calon suami pulang dari ibadah haji.
Selama masa menunggu aku dan calon suami membuat rincian anggaran pernikahan kami terlebih dahulu kemudian menyiapkan dan mengurus berkas pernikahan serta cek kesehatan. Setelah 45 hari berlalu, bulan September minggu kedua keluarga kami bertemu kembali, yang pertama untuk silaturahmi menjenguk orang tua calon suami pulang dari ibadah haji dan yang kedua membahas tentang tanggal dan hari pernikahanku. Aku dan calon suami sepakat untuk menikah di pertengahan bulan Oktober, dan kami memilih tanggal menikah satu hari sebelum aku berulang tahun. Orang tua kami pun setuju.
Di bulan Oktober aku dan calon suami harus berkejaran dengan waktu karena kami hanya memiliki waktu selama 2 minggu untuk menyiapkan semuanya. Konsep pernikahanku sederhana, dan mengundang hanya sekitar 300 orang. Di minggu pertama kami sibuk memikirkan dan memesan undangan, katering juga gedung. Pada saat itu aku dan calon suami merasa tertolong, pertama untuk undangan kami sudah ada kenalan yang bisa mencetak undangan dalam waktu kurang dari 1 minggu, katering sendiri kami percayakan pada tetangga & kerabat, kemudian gedung sudah dipersiapkan oleh ayahku. Di minggu yang kedua, aku dan calon suami sibuk memilih baju dan rias pengantin. Beruntungnya aku memiliki sahabat yang memiliki sebuah salon rias pengantin, namun karena waktu yang terbatas aku dan calon suami hanya sempat fitting baju satu kali. Hal yang tak kalah penting adalah menyebar undangan di sela-sela kesibukan kami bekerja dan akhirnya semuanya selesai tepat waktu.
Hari H pun tiba, alhamdulillah semuanya berjalan lancar dari mulai akad nikah sampai dengan resepsinya. Alhamdulillah kami bisa mewujudkan pernikahan yang sakral walaupun dengan persiapan yang relatif singkat. Bersyukur walaupun awal-awal sempat pesimis namun akhirnya Allah mengabulkan keinginanku dan juga suami. Inilah suka duka persiapan pernikahanku, semoga bisa menjadi inspirasi untuk yang lainnya.
- Menikah Tak Semudah Melempar Batu, Apalagi Kalau Terhalang Tradisi
- Kisahku Lamaran Bulan Maret, Menikah Sebulan Kemudian
- Pernikahan Tak Bisa Diatur Sendiri, Sebab Bahagia Bukan Cuma Milik Berdua
- Sungguh Tak Kumengerti, Kenapa Ibu Tak Mau Menerimaku Jadi Menantu?
- Mempersiapkan Pernikahan dalam 2 Bulan, Ini yang Terjadi Kemudian