Menikah Memang Butuh Kesiapan Materi, Tapi Jangan Sampai Ngutang Sana-Sini

Fimela diperbarui 26 Jul 2017, 13:45 WIB

Kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam dalam Lomba Menulis Here Comes the Bridezilla ini membuat kita menyadari makna penting dari sebuah pernikahan. Yuk, kita ikuti kisahnya di bawah ini.

***


PERNIKAHAN. Kata dengan makna yang luar biasa. Penyatuan dua jiwa yang berbeda menjadi satu dalam ikatan yang suci. Proses pendewasaan diri di mana aku dan kamu menjadi kita. Apapun makna pernikahan bagi orang yang telah menjalaninya dan yang akan menjalani, seharusnya semuanya bermuara pada satu kata. KEBAHAGIAAN.

Saya dan pasangan menjalani hubungan LDR (saya tinggal di Bangka Belitung dan pasangan tinggal di Batam) selama 7 bulan. Mei 2016 kami saling mengenal, Januari 2017 kami mulai menjalin kasih, Juli 2017 kami bertunangan, dan Januari 2018 kami memutuskan untuk membawa hubungan kami ke tahap yang lebih serius, PERNIKAHAN.

Persiapan awal sebuah pernikahan bukanlah materi semata, melainkan mental. Jika secara mental sudah oke, maka persiapan yang lainnya menyusul. Saya pribadi tidak memerlukan waktu yang lama karena sejak awal hubungan kami berjalan, saya sudah meyakini bahwa, "He’s the one, he’s not my first love but he’s my last love." Saya tidak main-main dengan hubungan ini dan saya meyakini bahwa yang sedang kami berdua jalani adalah komitmen untuk seumur hidup.



Selanjutnya, persiapan fisik pernikahan. Karena beda kota, terus terang membuat segalanya jadi repot. Mulai dari adat pernikahan (saya orang ‘khek’ dan pasangan orang ‘hakka’), pemilihan bridal dress (gaun), foto pre-wedding, pemberkatan dan tradisi tea pai, gedung pernikahan, menu makanan, dekorasi, MC, organ tunggal plus singer, video syuting, tamu undangan, hingga kartu undangan, dan souvenir. Masih banyak lagi hal-hal lain tetek bengek yang belum saya sebutkan.

Untuk gedung, menu makanan, kartu undangan, dan souvenir, pasangan tinggal foto dan mengirimkannya ke saya untuk meminta persetujuan. Yang jadi kendala adalah pemilihan bridal dress karena pasangan tidak bisa memilih gaun sendiri, harus saya yang ke sana langsung untuk melihat koleksi mereka. Apakah cocok atau tidak cocok di saya. Sementara untuk foto pre-wedding diharuskan minimal tiga bulan sebelum hari H. Sedangkan urusan saya di Bangka baru kelar pertengahan September. Bisa dipastikan paling cepat menentukan bridal mana yang kami tuju sekitar akhir September atau awal Oktober.



Saya pribadi, setiap kali membicarakan soal persiapan pernikahan dengan pasangan, hampir setiap kali pula harus menegangkan urat leher karena tidak mencapai kesepakatan yang kami tuju. Jika sudah demikian, biasanya saya akan mengambil jeda beberapa waktu. Setelah ketegangannya mereda, baru kami bicarakan lagi dengan kepala dingin.

Yang tidak kalah penting adalah kesiapan materi. Jika secara materi sudah mencukupi, segala urusan menjadi lebih mudah. Tak dapat dipungkiri bahwa money is not everything but everything needs money. Uang memang tidak bisa membeli nyawa tapi tidak ada uang pun serasa tidak punya nyawa.



Pernikahan tidak harus selalu mewah. Yang penting sakral dan sah secara hukum juga agama. Tidak ada gunanya menggelar resepsi mewah-mewah dengan ngutang kanan kiri atau jaga gengsi. Sehabis nikah malah pusing memikirkan bagaimana cara bayar hutang, cicilan mobil, cicilan rumah, dan sebagainya. Tentunya kalimat ini tidak berlaku untuk yang punya banyak duit. Ingat, yang paling penting bukanlah pernikahan itu sendiri, melainkan kehidupan setelah pernikahan.

Inilah sedikit cerita yang bisa saya bagikan untuk pembaca setia Vemale. Bagi pasangan yang sudah menikah, saya doakan langgeng terus hingga maut memisahkan kalian. Dan bagi pasangan yang akan segera menikah, semoga diberikan kelancaran hingga hari H. Mohon doanya juga untuk kami berdua ya. Terima kasih.

Pangkalpinang Bangka, 13 Juli 2017










(vem/nda)
What's On Fimela