Pernikahan Sempat Batal karena Terhalang Restu dan Hadirnya Wanita Lain

Fimela diperbarui 26 Jul 2017, 13:00 WIB

Apa jadinya persiapan pernikahan yang sudah hampir selesai malah batal di tengah jalan? Dan ternyata sempat ada sosok wanita lain di kehidupan calon suami. Inilah kisah salah satu sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Here Comes the Bridezilla. Kisahnya sungguh sangat mengaduk-aduk emosi dan perasaan.

***

Persiapan yang cukup dinanti–nanti bagi semua wanita di dunia ini tentunya. Dan inilah pengalaman saya dalam mempersiapkan pernikahan saya yang mulai dari senang kemudian sedih. Kisah saya dalam mempersiapkan diri diawali dengan kebahagiaan yang pastinya saya nanti–nanti sejak lama saya berpacaran dengan calon suami saya tentunya. Selama 4 tahun berpacaran tentunya saya ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, yaitu menikah. Umur saya dan calon saya beda 4 tahun. Saya 23 tahun sedangkan calon saya 27 tahun.

Di awal rencana persiapan pernikahan kami, calon suami saya sudah setuju dengan adat dan persiapan lainnya dilakukan oleh pihak saya. Dan saya sudah kesana kemari mencari gedung, katering, dan lain-lainnya. Dan saya pun sangat bahagia pas saat itu karena calon suami saya menuruti semua keinginan persiapan pernikahan yang saya inginkan sejak lama. Dan kemudian calon suami saya akhirnya sudah membayar DP untuk katering dan gedungnya.

Di saat itu aku dan dia bahagia sekali menunggu kelanjutan untuk persiapan pernikahan kami yang sudah 80% itu, calon suami saya tiba–tiba ingin mengadakan pertemuan keluarga. Akhirnya saya menyetujuinya karena persiapan pernikahan kami sudah lumayan siap dan terlaksana. Setelah akhirnya keluarga kami berdua dipertemukan, saat itu saya merasa bahagia dan senang sekali karena akan menikah di usia yang cukup dibilang masih muda.

Pas saat pertemuan itu calon suami saya datang bersama ibunya (karena ayahnya sudah meninggal dunia). Pas pertemuan itu mereka setuju–setuju saja dengan rencana pernikahan yang saya inginkan dan tidak ada sedikit pun dari ibunya untuk menolak, karena menurut ibunya itu sudah menjadi urusan anaknya dan saya. Setelah pertemuan itu, sekali lagi saya merasa sangat bahagia dan senang dengan respon yang diberikan dari sang mertua, yaitu ibu dari calon suami saya.

Beberapa bulan kemudian calon suami saya menghubungi saya dan ingin mengadakan pertemuan keluarga bagian kedua untuk membahas lebih detailnya lagi seperti membahas undangan, dan lain–lain. Dan saya pun langsung menyetujui permintaan dari calon suami saya itu. Dan akhirnya pertemuan keluarga bagian kedua terjadi. Pas pertemuan keluarga bagian kedua ini, tiba–tiba suasananya menjadi tidak enak. Calon suami saya datang bersama ibu, tante, adik serta saudaranya. Awalnya saya datang bersamaan dengan calon suami saya itu karena saya habis kondangan dengannya.

Dan keluarga saya akan menyusul, akan tetapi terjadi masalah di perjalanan keluarga saya yaitu mobil keluarga saya tiba–tiba rusak secara bersamaan dengan pertemuan keluarga itu. Saya pun merasa tidak enak sekali dengan keluarga dari calon suami saya yang menunggu. Saya menjadi harap–harap cemas. Saya lalu menelepon keluarga saya untuk menanyakan, "Apakah sudah selesai ke bengkelnya?“ Tetapi selalu saja keluarga saya menjawab, “Sabar sebentar lagi selesai." Dan saya semakin panik dan cemas saat itu.

Akhirnya sekitar 2 jam sudah terlewati keluarga saya pun datang, dan saya pun merasa sangat lega. Akhirnya kami semua membahas tentang persiapan pernikahan kami berdua. Tiba–tiba saya dan keluarga saya kaget dengan sikap dari keluarga calon suami saya, terutama sikap ibunya terhadap keluarga saya. Saya kira mereka akan membahas kelanjutan tentang persiapan pernikahan kami tetapi fakta yang saya dapat mereka malah keberatan dengan keputusan yang saya ambil dengan calon suami saya.

Mereka keberatan dengan tanggal dan biayanya, dan mereka bilang kalau mereka cuma punya dana untuk pernikahan kami sekitar sekian lebih kecil dari yang saya dan keluarga saya harapkan. Saya pun langsung bertanya–tanya kenapa ini dibahas lagi? Padahal dulu sebelumnya calon suami saya sudah setuju. Akhirnya keluarga saya memutuskan untuk berdiskusi kembali dengan keluarga, karena masih merasa syok dengan sikap dari keluarga calon suami saya terutama dari ibunya.

Setelah beberapa bulan lamanya hubungan saya dan calon suami pun renggang, dan saya hampir ingin mengakhiri hubungan saya yang sudah selama 4 tahun itu karena keluarga. Dan akhirnya saya dan calon suami saya memutuskan untuk menunda pernikahan kami di tahun depan dan semua keluarga saya dan dia setuju.

Akhirnya pas awal bulan puasa hubungan kami baik–baik saja, tiba–tiba calon suami saya memutuskan hubungan kami dan memilih untuk mengakhirinya dengan alasan keluarga dia sudah tidak setuju. Perasaan saat sebagai wanita saat itu ialah hancur berkeping–keping. Rencana yang sudah kami buat bersama hancur berantakan semua.

Saya pun tidak mengerti kenapa calon suami saya sampai tega berbuat seperti itu, akhirnya saya mengikhlaskannya untuk pergi. Setiap hari hati saya hancur sekali. Tiba–tiba setelah 2 minggu berlalu, dia menghubungi saya dan meminta ingin bertemu dengan saya, saat itu perasaan saya menjadi bingung sekali. Dan akhirnya saya menuruti untuk bertemu dengan dia kembali.

Akhirnya kami bertemu dan ternyata dia meminta kembali dengan saya karena dia sadar dia tidak bisa melupakan saya, bagaimanapun caranya tetap tidak bisa. Saya pun menerima dia kembali karena saya pun sama tidak bisa melupakan dia. Akhirnya dia menceritakan semuanya bahwa dia sudah bicara dengan keluarganya kalau dia tetap mau bersama saya dan menikah. Dan akhirnya keluarganya pun setuju dan merestui begitu pula dengan keluarga saya.

Setelah seminggu kami bersama, tiba–tiba dia membuat saya terkejut dan sakit hati. Dia bilang bahwa selama putus dengan saya dia sempat dekat dengan perempuan lagi dan lebih parahnya keluarga besar dia sudah dikenalkan karena perempuan itu datang ke rumahnya dan ke rumah tantenya, dan mereka sudah berfoto bersama keluarga besarnya.

Pas saat itu hati saya hancur lagi dan lagi dengan pengakuan dia yang seperti itu. Awalnya dia sedikit berbohong dengan pengakuannya, tapi karena saya orangnya suka kepo alias pengen tahu, saya pun langsung mulai mengintegorasi dia saat itu juga, dan saya juga langsung mencari–cari informasi tentang perempuan itu. Kemudian saya tambah sakit hati lagi dengan melihat foto mereka bersama dengan perempuan itu di media sosialnya.

Berulang kali calon suami saya meminta maaf kepada saya, bahwa dia sama sekali tidak mencintai perempuan itu. Dia khilaf dan tidak akan mengulangi lagi, dan lagi–lagi dia bilang bahwa perempuan itu matre dan pengen langsung nikah dengan dia. Tetapi dia tetap memilih saya. Saya awalnya tidak percaya lagi dengan dia dan dia tetap setiap hari meyakinkan saya bahwa dia tidak akan berbuat seperti itu lagi.

Dan akhirnya saya pun luluh juga dengan pernyataan dia itu ke saya dan permintaan maaf yang berulang–ulang ke saya. Dan akhirnya sekarang hubungan kami berdua menjadi lebih harmonis dan kami berdua sepakat untuk mengulang kembali rencana persiapan pernikahan yang pernah hampir batal karena keegoisan masing–masing. Semoga tidak ada yang mengalami pengalaman saya seperti ini ya.

Percayalah pasti ada kebahagiaan di balik masalah yang kamu hadapi. Semoga kalian suka dengan kisah saya ini ya. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penulisannya.

Terima kasih.

(vem/nda)