Orang bijak bilang bahwa ada tiga hal yang tak bisa diulang kembali; batu yang sudah dilempar, waktu yang sudah terbuang, dan kalimat yang sudah terucap. Dengan perkembangan zaman sekarang, tiga hal itu bisa bertambah satu; tulisan yang sudah kamu unggah.
Kamu sadar nggak, sejak ada media sosial, rasanya seseorang mudah sekali mengumpat dan menghujat? Dia si penghujat bisa jadi "Raja" dengan tulisan nyinyir dan menghina karena ada perlindungan dunia maya. Si penghujat bisa menuliskan apa saja (and i mean everything!) yang ada di hati dan kepalanya demi bisa menyakiti orang lain.
Buat si pelaku, itu tidak masalah. Tidak ada lubang di hatinya ketika membuat ujaran kebencian macam itu. Paling akan ada satu-dua orang yang melawan pendapatnya dan hanya akan menciptakan debat kusir tak berkesudahan. Tapi bagaimana dengan subjek utama yang ia tujukan dalam ujaran kebencian? Hancur...malu...nggak terima...kesal...tapi juga sedih.
Paling sering kita temui kasusnya adalah pada akun sosial media selebriti. Kasus terfatal dialami Oka Mahendra --pengusaha muda yang naik daun sebagai pasangan cinta seleb sosial, Karin Novilda (Awkarin). Oka wafat Selasa 18 Juli 2017. Dari keterangan ayah kandung Oka, diketahui bahwa putranya wafat karena 'Collapse by Design'.
(Baca: Bukan Bunuh Diri, Ternyata Oka Mahendra Tewas Karena Ini.....)
"Dia collapse by design, karena teman-temannya,"ungkap sang ayah saat ditanya oleh rekan media. Menurut sang ayah, dua bulan belakangan ini Oka memang tampak sangat berbeda. Oka tak mau makan dan beraktivitas. Inilah yang dianggap sebagai penyebab Oka menghembuskan nafas terakhirnya.
"Ya sakit, dua bulan enggak mau makan. Makannya sedikit sekali. Itu saja," tutur ayah almarhum.
Seorang sahabat Oka, Trivet Sembel, bercerita dalam Instagramnya bahwa kondisi Oka memburuk karena ungkapan kebencian yang tak henti menggempur. Oka memang jadi sasaran bulan-bulanan sejak diketahui tidak beres dalam menangani sebuah perusahaan manajemen artis, Takis Entertainment. Di dalam perusahaan itulah ia bertemu dengan Awkarin yang secara tak langsung ikut melejitkan nama Oka sebagai "pacar Awkarin".
Sayangnya perusahaan itu kolaps. Dan, ujaran kebencian pun mulai dialamatkan pada Oka. Di sinilah kesehatan pria bertubuh tambun itu mulai runtuh.
Seperti dikatakan Trivet, "Ada banyak faktor yang membuat dia meninggal, tapi kebencian memerankan peran terbesar. Kebencian. Membunuh. Oka. Dan kita sebagai masyarakat bertanggung-jawab akannya. Kita membuat kesalahan besar dengan menerima ucapan benci," tulis Trivet yang merupakan CEO Proud Project.
Benar apa kata Trivet. Netizen sudah sangat permisif dengan pertengkaran di media sosial menggunakan kata dan kalimat yang sangat amat nyelekit. Semakin nyelekit, semakin kasar, semakin ia merasa menang.
Menang? Menang atas pencapaian apa?
Dan ketika si sosok yang kita benci menghapus postingan bahkan sampai meminta maaf, barulah kita senang. Itu pun masih ditambah "pukulan tambahan" berupa hate speech dari netizen lainnya. Lalu apa yang terjadi ketika dia yang kamu benci akhirnya sampai bunuh diri? Congrats...you win...and you win BIG karena ada satu nyawa melayang!
Benar apa kata Trivet bahwa pilihan kata dalam postingan kamu itu berpengaruh besar. Dan hate speech harus dihentikan.
For the sake of compassion resting inside of you, please, stop hate speech. Too much hate will wrecked you. And there are no bigger victims than you yourself that will be destroyed!
(vem/zzu)