Bangga! Kain Ikat Dayak & Sulam Karawo Dipamerkan di New York Fashion Week

Fimela diperbarui 14 Jul 2017, 14:15 WIB

Lagi-lagi kita patut bangga terhadap fashion Indonesia. Sebab, Kerajinan tangan Usaha Kecil Menengah (UKM) khususnya di bidang Fashion akan memamerkan hasil karyanya di ajang New York Fashion Week pada September 2017 mendatang.

Melalui Gallery of Indonesia, hasil karya produk UKM hasil binaan Bank Indonesia dan Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro (ASPPUK), akan membawa tenun ikat dayak dari Kalimantan Barat dan kain sulam Karawo dari Gorontalo, Sulawesi Selatan. Kain-kain tersebut telah disulap menjadi beberapa koleksi busana menjadi indah dan ditampilkan dalam New York Fashion Week.

"Kami berkomitmen untuk terus mempromosikan dan memasarkan produk hasil UKM Indonesia ke dunia Internasional. Selain mempromosikan produk kerajinan Indonesia, ini juga merupakan upaya untuk melestarikan budaya Indonesia dan Gallery of Indonesia menjadi gerbang untuk memasuki pasar global," ujar Mey Hasibuan, Founder Gallery of Indonesia saat ditemui di Jakarta.

Mengangkat tema The Colors of Indonesia, desainer yang akan unjuk gigi dalam New York Fashion Week ialah Yurita Puji dan Agus Lahinta. Keduanya merupakan pembina perajin Karawo yang merupakan produk kerajinan asli daerah Gorontalo. Produk kerajinan Karawo merupakan salah satu koleksi yang akan ditampilkan pada ajang ini, yang dikemas menjadi pakaian yang lebih modern.

"Akan ada 12 koleksi dengan tema spring/summer yang akan dipamerkan dalam New York Fashiom Week kali ini. Untuk pakaian wanita desainnya akan lebih simpel namun tetap mewah, dengan menampilkan bunga tiga dimensi membuat pakaian ini lebih duluxe," ujar Yurita.

Sedangkan untuk pakaian pria, Agus menjelaskan akan menyiapkan 12 koleksi pula dengan detail yang lebih banyak. Kini pembuatan pakaian tersebut pun sudah dalam pengerjaan finishing.

 

"Kain Karawo ini memang dibuatnya cukup lama. Sulamnya sendiri saja sudah lima bulan. Ada lima tahap dalam membuat kain ini, dimulai dari mendesain motif, pemotongan kain, mencabut benang agar berpola, mengikat kemudian disulam, setelah itu baru bisa dibuat pakaian," tambah Agus.

Direktur ASPPUK Mia Ariyana juga menjelaskan, pembuatan kain ini dilakukan dengan menggunakan bahan alami yang diperoleh dari konservasi tanaman pewarnaan alami. "Salah satu tantangan bagi pelaku pasar mikro perempuan dalam mengembangkan tenun adalah akses pasar. Dengan New York Fashion Week merupakan salah satu cara membuka pasar perajin di dunia internasional," tutupnya.

(vem/asp/mim)
What's On Fimela