Goresan Kelam Menuju Hijrah, Ketika Aku Hamil di Usia 16 Tahun

Fimela diperbarui 20 Jun 2017, 19:00 WIB

Orang boleh menilai apapun pada masa lalu seseorang, namun setiap manusia selalu punya kesempatan untuk belajar dari masa lalunya. Kisah ini adalah salah satu kisah nyata dari sahabat kami untuk Lomba Menulis Ramadan 2017.

***

Kuceritakan kisahku 2 tahun yang lalu, saat itu aku berumur 16 tahun dan masih sekolah di sebuah SMK favorit di kotaku. Itu adalah masaku sedang senang-senangnya karena aku akan naik ke kelas 11. Namun semua berubah karena kesalahanku, sudah 5 bulan aku tidak mendapati datang bulan, aku tidak tau alasannya karena belum pernah seperti itu sebelumnya.

7 bulan berlalu, ketika itu sedang bulan Ramadan, entah kenapa perutku semakin membuncit dan terasa di dalamnya ada sesuatu yang setiap malamnya bergerak-gerak. Aku takut ingin menceritakan semuanya kepada orang tuaku karena mungkin aku sedang hamil.

Ramadan telah usai, ternyata mamaku memperhatikan perutku selama ini, kemudian mama bertanya, "Kenapa perut kamu besar seperti orang hamil? Coba kamu jujur sama mama apa yang terjadi?" Saat itu aku hanya bilang "Aku nggak apa-apa, mama". Tetapi tidak sampai disitu, akhirnya abahku memeriksakan perutku ke bidan dan hasilnya sungguh memukul perasaan orang tuaku, aku menangis sejadi-jadinya, aku meminta maaf kepada kedua orang tuaku karena aku bukanlah anak yang baik untuk mereka, melainkan anak yang kotor dan tidak tahu terima kasih.

Abahku memaki, "Siapa bajingan yang telah menghamili anakku? Orang seperti apa dia?", sungguh aku tidak pernah merasa melakukannya, terakhir kali aku bertemu dengannya di rumahnya, dan ketika aku bangun aku merasakan lemas dan kelelahan tetapi aku tidak curiga apapun.

 Aku Keluar dari Sekolah dan Memberikan Bayiku Pada Orang Tua Asuh

Hingga keputusan itu diambil, aku keluar dari sekolah dengan alasan pindah sekolah karena tidak ingin menanggung malu. Awalnya, lelaki yang telah menjatuhkan kehormatanku telah menuduhku berbuat zina dengan orang lain, tetapi karena gertakan abahku, akhirnya ia mengakui perbuatan bejatnya dan sanggup untuk bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan kepadaku.

Namun, orang tuaku tidak begitu saja melepasku untuk menikah dengannya. Karena apa? Karena ia adalah lelaki pengangguran dan bukan seorang Islam yang taat. Aku merasa sedih dan bingung, lalu bagaimana aku? Aku jatuh sedalam-dalamnya waktu itu, pernah suatu saat ingin rasanya aku mati saja, tetapi akal sehatku berkata bahwa itu adalah sesuatu yang bisa menjerumuskanku ke neraka lebih dalam lagi.

Tidak sampai situ saja penderitaanku, 2 bulan sebelum waktu melahirkan, keluargaku mencari orang untuk mengadopsi anak yang aku kandung. Setelah mendapatkan orang yang akan menjadi calon orang tua asuh, aku dikirim ke sana 1 minggu sebelum hari perkiraan kelahiran.

Namun tidak disangka, sehari setelah aku tinggal di sana perutku mulai merasakan sakit luar biasa. Ketika diperiksakan ternyata aku akan melahirkan. Tiga hari seusai aku melahirkan, calon orang tua bayiku datang dari Kalimantan. Entah perasaan apa, hatiku terasa tercabik melihat bayiku digendong calon orang tuanya. Sungguh, aku tidak dapat berbuat apa-apa selain menangis sendiri di kamar sampai mati rasa. Diriku yang tak berguna, diriku yang tak mempunyai apa-apa kecuali Allah SWT.

Sekian waktu berlalu, isak tangis sudah jarang terdengar, aku mengejar kembali ketertinggalanku di bangku sekolah yang berbeda. Aku mendapat teman baru, suasana baru, canda tawa baru, namun sayangnya aku tidak mendapatkan kebahagiaan baru di sana. Walaupun waktu berlalu, kenangan tetap ada di situ. Berhari-hari waktu kuhabiskan untuk mengadu, memohon agar aku diselamatkan dari perasaan yang mengganggu, mengharap ampunan dan ridho-Nya dari kesalahan yang kuperbuat selama ini.

Datang Seseorang Yang Mewarnai Hariku, Tetapi..

Tahun 2016, aku bertemu dengan seseorang yang tidak tahu mengapa membuat hariku berwarna kembali, ia mengajarkanku untuk istiqomah beribadah, menggenggam tanganku melewati hari-hari sulit, menuntunku untuk bangkit dari keterpurukan. Tapi kebahagiaanku hanyalah sesaat, karena pria dari masa laluku mengancam jika ada lelaki lain selain dia bersamaku, akan ia buat lelaki itu menderita dan menyesal telah bersamaku.

Hari-hariku penuh dengan teror darinya hingga sampai ke telinga orang yang aku cintai itu. Awalnya memang masih baik-baik saja, tetapi lama-kelamaan sudah tak terkendali. Akhirnya seorang yang aku cintai itu pergi, ia melepaskanku bukan untuk masa laluku, tetapi untuk memastikan semua akan baik-baik saja bagiku dan baginya. 

Kemudian aku jatuh kembali, hari-hariku terasa lebih berat karena tak ada penopang selain orang tuaku. Kemudian setelah itu aku sadar, semua masih salahku. Aku bergantung kembali pada Tuhanku, aku berdo'a setiap malam memohon petunjuk, masih adakah jalan bagiku untuk kembali?

Setahun berlalu, sedikit demi sedikit kuubah penampilanku, yang tadinya aku sering berpakaian ketat dan rambut terurai, sekarang aku lebih suka menggunakan hijab. Berharap perubahan itu bisa mengubah akhlakku menjadi baik, semua seakan mudah kujalani. Sekarang aku sudah lulus SMK, daripada aku kuliah seperti temanku lainnya, aku lebih memilih untuk belajar di pesantren untuk beberapa tahun berharap semua keadaan menjadi baik.

Sebaik-baik wanita adalah ia yang dapat menjaga dirinya sendiri, karena itu adalah suatu kehormatan, wanita bukanlah makhluk lemah, ia adalah seorang yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan problematika hidup.

Masa lalu bukanlah sebuah penghambat ketika kita akan melangkah, tetapi masa lalu adalah hal yang dapat menjadi pelajaran untuk diambil hikmahnya pada kemudian hari, entah itu masa lalu yang menyakitkan atau membuat kita bahagia. Jangan berkecil hati ketika kita sudah kehilangan apa yang seharusnya dijaga, mungkin karena itu, Allah memperingatkan kita agar kita kembali ke jalan-Nya.

Semoga kisah saya tidak terulang kembali kepada seluruh wanita, khususnya sahabat Vemale.

(vem/yel)
What's On Fimela