Gerakan Anti Vaksin: Membahayakan Diri Sendiri dan Orang Lain

Fimela diperbarui 16 Jun 2017, 14:17 WIB

Beberapa hari ini, isu mengenai gerakan anti vaksin kembali menjadi isu nasional. Saat dua putri Oki Setiana Dewi harus dirawat di rumah sakit karena terkena cacar, netizen mulai mempertanyakan mengapa Oki dan suaminya sampai hati membiarkan putri mereka tidak diberi vaksin. Saat diwawancara, Oki tidak membenarkan dan tidak membantah apakah dia memang salah satu orang tua yang tidak bersedia memberikan vaksin pada anak-anaknya.

Kita semua tahu, penyakit cacar dapat dicegah dengan vaksin. Tidak hanya cacar, puluhan bahkan ratusan penyakit dapat dicegah dengan bantuan vaksin, termasuk Kanker Serviks. Jika kamu belajar sejarah mengenai perkembangan ilmu kedokteran, kamu pasti tahu bahwa vaksin telah menyelamatkan jutaan orang. Ingat dengan wabah penyakit mematikan yang berkali-kali terjadi di Eropa ratusan tahun silam hingga hampir menyapu bersih seluruh warganya? Setelah vaksin ditemukan dan diberikan, angka kematian dapat ditekan, wabah yang sama tidak terulang kembali, baik di Eropa maupun di benua lain.

Mengapa Ada Gerakan Anti Vaksin?

Dari banyaknya manfaat vaksin, ada orang-orang yang percaya bahwa vaksin tidak diperlukan. Faktanya, gerakan ini sudah ada sejak akhir tahun 1800 hingga sekarang. Gerakan ini tidak hanya berkembang di Indonesia, tetapi juga di negara lain seperti Amerika Serikat, Romania, Polandia, Inggris dan masih banyak lagi. Alasan yang paling sering dikemukakan mereka yang anti vaksin adalah bahan yang ada di dalam vaksin akan memicu penyakit seperti autisme, ADHD, cacat fisik dan sebagainya (ini tidak benar). Alasan lain adalah kekhawatiran bahan dalam vaksin mengandung bahan-bahan yang haram. Alasan lain adalah konspirasi dunia kesehatan yang menjadikan vaksin sebagai magnet uang dan pemusnahan manusia dengan cara 'pelan-pelan'.

 

Di Indonesia, gerakan anti vaksin makin mencuat setelah ada beberapa artis yang melakukan gerakan anti vaksin pada anak-anak mereka. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, sebab banyak artis dari negara lain yang menjadi aktivis anti vaksin seperti Jenny McCarthy, Alicia Silverstone, Jim Carrey bahkan Donald Trump sebelum dia menjadi Presiden Amerika Serikat. 

Gerakan ini mau tidak mau membuat pusing para dokter di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kita tahu bahwa dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), pendiri Rumah Vaksinasi menjadi salah satu yang paling gigih memperjuangkan agar anak-anak Indonesia mendapatkan vaksin lengkap. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab anak-anak yang tidak diberi vaksin justru membahayakan kesehatan anak-anak lain. 

Kasus Difteri di Padang Akibat Gerakan Anti Vaksin

Pada tahun 2012, Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat menemukan bahwa angka cakupan vaksinasi di provinsi tersebut merosot dari 95% menjadi 35%. Pada tahun yang sama, gerakan anti vaksin memang sedang gencar-gencarnya diberikan oleh tokoh-tokoh agama. Berbagai upaya dilakukan agar masyarakat kembali mau melakukan vaksinasi, terutama untuk anak-anak.

 

Hal yang paling dikhawatirkan muncul, pada tahun 2014 di Padang, ditemukan 902 kasus difteri. Penyakit yang seharusnya sudah langka dan bisa dicegah oleh vaksinasi ini muncul kembali. Mewabahnya difteri membuat Walikota Padang, Mahyeldi, memasukkannya dalam kategori Kejadian Luar Biasa. Rumah sakit harus menyediakan ruang-ruang isolasi bagi pasien difteri karena penyakit ini sangat mudah menular melalui udara dan barang-barang yang dipakai penderita. Penyakit ini sungguh menyakitkan jika diderita orang dewasa, apalagi anak-anak.

Inilah yang ditakutkan, mereka yang tidak divaksinasi justru membahayakan kesehatan orang lain. Bahkan kesehatan orang yang sudah divaksinasi juga terancam apabila mayoritas orang di sekelilingnya tidak divaksinasi. 

"Seruan anti vaksin bukan main-main, bisa bikin wabah bermunculan ke mana-mana. Kalau orang tua yang galau ini (anti vaksin) sampai 40 persen dari populasi, maka wabah bisa bangkit kembali," ujar dr Piprim.

Jika sudah begini, masihkah ngotot untuk menjadi bagian dari gerakan anti vaksin? Memang, tubuhmu adalah otoritasmu. Tubuh anakmu juga dalam otoritasmu. Namun sudahkah kamu membaca berbagai jurnal kesehatan mengenai vaksin? Cerahkan lagi pengetahuanmu, sebab pengetahuan selalu berkembang setiap hari, termasuk ilmu kedokteran modern.

Apakah Vaksin Haram?

Di Indonesia, sudah ada sebuah perusahaan persero yang memproduksi vaksin. PT Bio Farma adalah satu-satunya produsen vaksin manusia di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara. Kualitas vaksin yang diproduksi sudah diakui oleh WHO. Seluruh saham PT Bio Farma dimiliki oleh pemerintah. Rahman Rustan, Sekretaris Perusahaan Bio Farma, dilansir dari Antara, menjelaskan bahwa produk vaksin Bio Farma terbebas dari bahan dan zat-zat hewani. Semua proses diawasi oleh LPPOM MUI.

Isu mengenai vaksin yang dikhawatirkan mengandung bahan haram tentu menjadi perhatian pemerintah. Karena itu, kehadiran PT Bio Farma menjawab kekhawatiran masyarakat akan halal tidaknya vaksin yang diberikan.

"Kami merujuk pada fatwa MUI yang menyatakan bahwa vaksin ini dibolehkan, bahkan menjadi hak anak sehingga hukumnya wajib," ujar Rahman.

Carilah informasi yang tepat! Jangan ragu datang ke rumah sakit terpercaya dan diskusikanlah hal ini dengan dokter. Jika kamu ragu, takut atau dapat berita miring seputar vaksin, jangan ragu bertanya pada mereka yang ahli di bidang medis. Vaksin tidak sekedar melindungi diri sendiri, tetapi juga orang lain di sekelilingmu. Be wise!

(vem/yel)