Untuk kamu yang sedang menanti kehadiran buah hati, kisah ini bisa menguatkanmu. Janganlah berburuk sangka bahwa Allah itu jahat apalagi menodai hati dengan hal-hal buruk. Percayalah, jawaban doa yang paling baik akan datang di waktu yang paling tepat. Kisah ini dikirim oleh C. sebagai bagian dari Lomba Menulis Kisah Ramadan 2017.
***
Setiap hal yang terjadi di dunia tentu karena sebuah alasan, termasuk kepergian seseorang dari dunia ini. Kita sering menilai suatu hal tak baik, namun sebaliknya, bagi Allah Yang Maha Mengetahui, hal itu boleh jadi menjadi hal yang sangat baik untuk kita. Di saat kita menginginkan sesuatu hingga bertahun-tahun, sesuatu itu pasti datang di waktu yang paling tepat. Begitulah, tidak ada yang tahu jalannya hidup ini.
Saya Kehilangan Ayah dan Masih Berduka Saat Menulis Kisah Ini
Sebelumnya, saya ingin memperkenalkan diri, saya wanita berusia 36 tahun yang sudah menikah dengan seorang pria yang sangat baik hati, dia mencintai saya sepenuh hati selama belasan tahun. Saat menulis ini, sebenarnya hati saya dan keluarga masih bersedih, sebab baru beberapa pekan lalu kami kehilangan ayah yang sangat kami sayangi. Ini Ramadan pertama kami tanpa sosoknya.
Air mata dan kata-kata, rasanya tidak pernah bisa menggambarkan kesedihan saya. Setiap malam, saya selalu membayangkan waktu yang telah lalu saat ayah masih ada. Canda tawanya setiap hari meriuhkan seisi rumah. Saya dan adik-adik sangat bersyukur memiliki ayah yang begitu pengertian pada semua anak-anaknya.
Namun semuanya berubah saat ayah pergi meninggalkan kami selamanya. Ayah menyerah pada penyakit diabetes yang dideritanya lima tahun belakangan. Aku berusaha mengikhlaskan kepergian ayah sebab Allah lebih menyanyangi ayah ketimbang kami.
Sejak saya menikah 13 tahun lalu, saya hampir tak pernah absen berkunjung ke rumah orangtua saya yang tidak begitu jauh jaraknya. Setiap kali hendak berkunjung, saya selalu bertanya beliau mau dibawakan makanan apa sebab ayah suka sekali mengemil. Tentu tidak semua makanan bisa dikonsumsinya mengingat penyakit diabetes yang mudah kambuh setiap saat.
Suatu siang, suara ibu terdengar parau saat memberi kabar pada saya kalau ayah mendadak jatuh sakit. Saya panik. Tak berapa lama, saya tiba di rumah sakit tempat ayah dirawat. Ayah sudah berada di ruang ICU lantaran tidak sadarkan diri. Dua hari setelah menjalani perawatan, ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Ayah berpulang ke pangkuan Allah.
Saya sedih sekali. Sedih yang tak terkira kehilangan orang sangat saya sayangi. Saya hanya bisa menerima takdir. Namun, seperti yang saya katakan di atas, sebuah peristiwa selalu memberikan hikmah bagi siapa saja yang percaya, termasuk kehilangan ayah.
Dari Duka Yang Tersisa, Allah Menghiburku Dengan Hadiah Yang Luar Biasa
Saat itu, duka masih kurasakan, namun Allah memberi sebuah kabar gembira. Di awal Ramadan tahun ini, Allah menitipkan buah hati yang selama 13 tahun telah saya dan suami nanti-nantikan. Awalnya saya tidak menyangka Allah akan memberikan titipannya kepada saya yang menderita penyakit miom. Selama belasan tahun ini saya dan suami berusaha berbagai upaya dan cara bagaimana agar memiliki momongan untuk melengkapi keluarga kecil kami. Tak jarang sekali berobat kami menghabiskan jutaan rupiah.
Di awal-awal kehamilan, saya tidak menyadari sedang hamil. Bahkan saya sempat mengira keterlambatan datang bulan saya karena penyakit tersebut. Ketika itu, tubuh saya juga berubah drastis, saya sering gemetaran dan berkeringat, lemas rasanya. Untuk membuang keringat di tubuh, saya nekat mencangkul rumput belakang rumah dengat sangat keras. Sayangnya tidak ada perubahan sedikitpun.
Sepekan berlalu, saya kemudian memutuskan membeli testpack lantaran saya belum juga menstruasi. Saat dites, saya melihat dua garis merah di sana. Dua tes kedua, hasilnya sama. Saya sempat bercerita ke suami soal hasil tersebut, namun kami berdua tak pernah yakin. Hingga akhirnya, dua hari kemudian saya mendatangi dokter kandungan, dan saya dinyatakan hamil dan sudah berusia dua bulan. Suami saya menitikkan airmata saat itu.
Dokter tersebut juga tak menyangka bahwa saya akhirnya mengandung lantaran tidak mungkin sebab miom tersebut menutup masuknya sperma ke rahim saya. Semua itu katanya, merupakan kebesaran Allah sebab dari segi medis hal itu mustahil.
Sekarang usia kandungan saya sudah berjalan tiga bulan. Saya sangat bersyukur karena pada akhirnya Allah menjawab doa saya dan suami yang ingin memiliki momongan. Saya berjanji akan menjadi orangtua yang baik bagi anak saya kelak.
Sungguh, Allah Maha Besar dengan rencana-rencananya kepada manusia. Ketika Allah mengambil seseorang dari hidup kita, Allah tentu akan menggantinya dengan yang lain. Subhanallah..
(vem/yel)