Dear Suami, Jangan Mengharap Pujian Saat Membantu Istrimu

Fimela diperbarui 09 Jun 2017, 12:30 WIB

Ada tulisan menarik yang viral di media sosial. Tulisan ini diunggah di halaman Facebook Thought for the Day tanggal 25 Mei 2017. Lalu makin viral ketika pemilik akun Facebook Tee Edwards mengunggahnya tanggal 29 Mei 2017. Tulisan apakah itu?

Tulisan ini semacam kisah yang menceritakan pengalaman seorang pria yang membantu istrinya di tengah obrolannya bersama seorang tamu. Ada pesan yang begitu mengena dari tulisan ini. Soal peran suami dan juga makna penting dari menjaga sebuah hubungan.

Berikut tulisannya.

I do not help my wife.

A friend came to my house for coffee, we sat and talked about life. At some point in the conversation, I said, "I'm going to wash the dishes and I'll be right back."

He looked at me as if I had told him I was going to build a space rocket. Then he said to me with admiration but a little perplexed: "I'm glad you help your wife, I do not help because when I do, my wife does not praise me. Last week I washed the floor and no thanks."

I went back to sit with him and explained that I did not "help" my wife. Actually, my wife does not need help, she needs a partner. I am a partner at home and through that society are divided functions, but it is not a "help" to do household chores.

I do not help my wife clean the house because I live here too and I need to clean it too.

I do not help my wife to cook because I also want to eat and I need to cook too.

I do not help my wife wash the dishes after eating because I also use those dishes.

I do not help my wife with her children because they are also my children and my job is to be a father.

I do not help my wife to wash, spread or fold clothes, because the clothes are also mine and my children.

I am not a help at home, I am part of the house. And as for praising, I asked my friend when it was the last time after his wife finished cleaning the house, washing clothes, changing bed sheets, bathing her children, cooking, organizing, etc. You said thank you

But a thank you of the type: Wow, sweetheart !!! You are fantastic!!!

Does that seem absurd to you? Are you looking strange? When you, once in a lifetime, cleaned the floor, you expected in the least, a prize of excellence with great glory ... why? You never thought about that, my friend?

Maybe because for you, the macho culture has shown that everything is her job.

Perhaps you have been taught that all this must be done without having to move a finger? Then praise her as you wanted to be praised, in the same way, with the same intensity. Give her a hand, behave like a true companion, not as a guest who only comes to eat, sleep, bathe and satisfy needs ... Feel at home. In his house.

The real change of our society begins in our homes, let us teach our sons and daughters the real sense of fellowship!

***



Seorang teman datang ke rumah untuk menikmati kopi, kami duduk dan berbincang soal kehidupan. Di tengah obrolan, saya menyela, "Aku mau mencuci piring dan akan kembali segera."

Dia menatapku seakan-akan yang akan kulakukan adalah merakit roket luar angkasa. Lalu dia berkata dengan nada takjub tapi sedikit bingung, "Aku senang kamu membantu membantu istrimu, aku tidak membantu istriku karena saat aku membantunya, dia tidak memujiku. Minggu lalu, aku mengepel lantai dan dia tak berterima kasih."

Aku duduk kembali bersamanya dan menjelaskan bahwa yang kulakukan bukanlah "membantu" istriku. Sebenarnya, istriku tak butuh bantuanku, dia butuh pasangan. Aku seorang pasangan di rumah tapi masyarakat sering memilah peran, tapi mengerjakan pekerjaan rumah tangga itu bukan "bantuan".

Aku membantu istriku membersihkan rumah bukan karena aku tinggal di sini juga dan harus membersihkannya juga.

Aku membantu istriku memasak bukan karena aku ingin makan dan aku harus ikut memasak juga.

Aku membantu istriku mencuci piring setelah makan bukan karena aku juga menggunakan piring itu.

Aku membantu istriku merawat anak-anak bukan karena mereka juga anakku dan pekerjaanku sebagai ayah.

Aku membantu istriku mencuci, menjemur, dan melipat baju bukan karena baju-baju itu punyaku dan punya anak-anakku.

Aku bukannya membantu di rumah, tapi aku bagian dari rumah ini sendiri. Dan soal pujian, aku bertanya pada temanku kapan terakhir kali istrinya membersihkan rumah, mencuci baju, mengganti sprei, memandikan anak-anak, memasak, bersih-bersih, dsb dan berterima kasih padanya?

Ucapan terima kasih seperti, "Wow! Sayang, kamu hebat sekali!"

Apakah itu terlihat aneh di matamu? Apakah kamu kelihatan aneh? Lalu dirimu, suatu kali, menyapu lantai kamu ingin dapat semacam penghargaan dengan pujian besar, kenapa? Tak pernah terlintas kan di pikiranmu?

Mungkin karena menurutmu, di dalam budaya maskulin semua pekerjaan itu tugas istri.

Mungkin selama ini kamu berpikir semua bisa dilakukan tanpa menggerakkan jari? Jadi puji dia sebagaimana kamu juga ingin dipuji, dengan cara dan ketulusan yang sama. Bantu ia, bersikaplah sebagai pasangan sejati, bukan sebagai tamu yang cuma datang untuk makan, tidur, mandi, dan memenuhi semua kebutuhan. Buat rumah jadi nyaman di sini.

Perubahan besar di masyarakat itu dimulai dari rumah, jadi mari ajari putra dan putri kita makna keharmonisan yang sebenarnya.

***

Dari tulisan tersebut, kita bisa menangkap pesan yang begitu dalam soal pentingnya upaya saling mendukung dan membantu satu sama lain. Tidak harus mengotak-kotakkan setiap pekerjaan rumah tangga. Tak perlu merasa lebih tinggi atau lebih rendah ketika membantu. Keharmonisan sebuah pernikahan dan keluarga pastinya diawali dengan keikhlasan masing-masing pasangan untuk bisa saling mendukung dan meringankan beban satu sama lain.

Bagaimana menurutmu soal tulisan tersebut, Ladies?





(vem/nda)
What's On Fimela