61 Persen Anak Muda Merasa Bebas Umbar Privasi di Social Media

Fimela diperbarui 06 Jun 2017, 13:31 WIB

"Anak muda zaman sekarang itu, bagi-bagi duit enggak, bagi-bagi puser iya!"

Seorang teman mendumel pada saya suatu hari. Sambil menyeruput kuah bakso, kami sibuk nyinyir dengan Instagram sebagai panduannya. Memang aktivitas berselancar di tab "Discovery", sedikit banyak membuat kita kecemplung ke dunia 'lain' di luar orang-orang yang sengaja kita follow di Instagram.

Ketika scrolling-scrolling tab "Discovery" itulah, saya merasa masuk ke dalam dunia orang lain, sekalipun saya tidak mengenalinya. Di mana mereka bekerja, terlihat dari seragam dan bangunan kantor yang terfoto. Nama anak-anak dan suaminya, hobinya, kesukaannya terhadap grup band tertentu bahkan ... beberapa tidak ragu mengunggah foto kemesraan antara lidah dengan lidah yang saling bertaut.

Kaspersky baru saja merilis hasil surveynya yang berjudul, "My Precious Data: Stranger Danger." Dalam hasil survey ini termuat fakta bahwa mayoritas pengguna, sekitar 93 persen berbagi informasi secara digital. Sementara, 70 persen user mengaku senang berbagi foto serta video anak-anaknya. Bahkan, 45 persen responden mengaku mereka membagikan video serta foto-foto pribadi yang sensitif kepada orang lain.

Menariknya, 61 persen dari pengunggah konten di social media tersebut adalah mereka yang berusia 16 - 24 tahun. Dibandingkan kelompok umur lain, anak muda berusia 16 - 24 tahun justru sangat aktif dan tidak ragu membagikan foto, video bahkan data pribadi mereka di social media. Hal ini tentu saja perlu jadi perhatian, mengingat begitu banyaknya kejadian yang membahayakan, yang diawali dari data-data serta perkenalan yang dilakukan di social media. Hal ini didukung dengan data sebanyak 21 persen pengguna social media membagikan data kepada orang asing, baik secara sadar maupun tidak.

Saat data berupa foto, video maupun teks kita unggah di social media, data tersebut akan dengan mudahnya diakses oleh siapapun, dengan berbagai cara sekalipun kita telah memproteksinya dan mengubah settingnya menjadi private. Bagi sebagian orang, hal ini memang 'disengaja' untuk mendapatkan popularitas maupun menegaskan posisi status sosial diri di masyarakat, tapi bagi kebanyakan orang, hal ini tentu berisiko terhadap keselamatan diri sendiri maupun keluarga.

Walaupun saat ini tak mudah membatasi para pengguna social media berbagi foto dan informasi prbadi lainnya, tetapi alangkah baiknya jika para pengguna berpikir dua kali sebelum mengunggah konten pribadi di social media. Bagaimana denganmu?



(vem/wnd)