Artikel ini dilansir dari refinery29.com
Michelle Phan, beauty guru ternama yang meroket berkat video-video kecantikannya di Youtube, baru-baru ini kembali lagi ke jagat dunia maya. Ia 'menghilang' selama kurang lebih tujuh bulan. Seluruh akun social media dan Youtube channelnya non-aktif. Setelah mengalami badai-badai dalam hidupnya, 3 hari yang lalu, Phan mengunggah video pertamanya setelah kembali ke jagat maya, "Why I Left?"
Sumber: youtube.com/MichellePhan
"Aku merasa khawatir karena internet melaju begitu cepat. Platform social media ibaratnya klub yang 'panas', cepat dikenal tapi kemudian orang-orang berpindah ke klub lain yang lebih baru. Aku merasa hanya punya 'jendela' waktu yang sebentar hingga akhirnya aku berpikir, 'Aku bekerja di bidang beauty. Rasanya setelah usia 25 tahun, aku akan digantikan oleh mereka yang lebih muda, lebih cantik dan populer."
"Itulah mengapa aku bekerja begitu keras. Aku berpikir, jika aku bekerja keras saat muda, aku bisa 'membayar'nya dalam jangka waktu panjang. Jadi aku hanya bekerja. Aku membangun ipsy dan pallete bekerjasama dengan Lancome, sementara tetap membuat, mengedit dan mengunggah dua video tiap minggu."
"Seluruh hidupku hanyalah bekerja. Aku tidak pergi ke mana-mana. Aku tidak punya kehidpan sosial. Yang kutahu adalah jika aku menginginkan ini semua, aku harus mengorbankan sesuatu."
Saat Aku Menemui Kegagalan Itu
"Setelah kerjasama dengan Lancome sukses, L'Oreal datang menemuiku, mengajak bekerjasama untuk launching EM Cosmetic di tahun 2013. Kami pun mengawalinya dengan meluncurkan 200 produk. Aku punya kewenangan penuh untuk mengontrol dari warna hingga konsepnya, tetapi dibatasi untuk ranah pengambilan keputusan soal bisnis yang berjalan."
"Nyatanya, harga EM Cosmetic terlalu tinggi untuk demografis yang mereka sasar. Followersku kebanyakan adalah mahasiswi dan pelajar SMA. Akhirnya, bisnis ini tidak happy ending, sesuai dengan yang apa kami antisipasi. Tetapi, kami sama-sama belajar dari itu."
Saat brand tersebut gagal, aku merasa begitu sedih. Karena aku sudah mengorbankan waktu tiga tahun dalam hidupku dan tidak dapat diulang kembali. Aku banyak bepergian, tidak pernah di rumah, tidak pernah bertemu dengan keluargaku ... dan akhirnya harus berakhir begitu saja dengan kegagalan."
"Pada akhirnya, jika kamu belajar sesuatu (dari kegagalan itu), dan kamu bisa bangkit karenanya, kamu telah sukses dengan jalanmu sendiri."
Digital Detox
"Kalian pasti bisa melihat dari timelineku: 10 tahun membuat video dan membalas komentar demi komentar, seperti rasanya Internet tidak pernah berhenti di hidupku. 24 jam, seperti rumah sakit rasanya. Aku bahkan sampai mengalami rasa panik setiap kali mendengar notifikasi di handphoneku. Hingga akhirnya aku berpikir, 'Ini semua tidak sehat untuk hidupku.'"
"Akhirnya aku melakukan satu langkah 'kecil', yaitu dengan sengaja menjauhkan diri dari baterai laptop. Kalau laptopku mati, yah, aku harus berhenti dan bersantai, atau tidur, atau melakukan apapun di luar kegiatan online."
"Setelah itu, aku mencoba untuk tidak terkoneksi gadget selama seminggu penuh. Saat kurasa hal itu tidak cukup, aku sengaja menekan diriku sendiri. Aku sempat merasa sedih dan depresi. Aku akhirnya membuka laptop dan mengikuti kuis online seputar depresi. Dari 10 kuis online yang berbeda, semuanya mengeluarkan hasil yang sama: Ya, kamu sangat depresi. Hal itu seperti membangunkan aku dari tidur. Aku tidak bisa melakukan ini seterusnya. Aku tidak bisa menjadi seorang wanita karir, memberikan waktuku 100 persen, selalu terburu-buru dan kemudian tidak merasa putus asa jika gagal."
Pergi ke Switzerland
"Walau semua orang melihat aku memiliki cukup uang dan berhasil mendapatkan apa yang kumau, akhirnya kuputuskan untuk membeli tiket sekali jalan ke Switzerland. Sekalipun saat itu aku masih terikat kontrak dengan tim, aku memutuskan untuk tetap pergi."
"Aku tidak punya rencana apapun. Perjalananku berjalan begitu saja. Aku pergi ke Switzerland, Mesir, Amsterdam dan China. Selama dalam perjalanan itu, aku akhirnya bisa mendengarkan kata hatiku sendiri. Perjalanan itu mengubah hidupku."
"Kita hidup di dunia yang serba terhubung satu sama lain, tetapi justru kita tidak memberi waktu untuk terhubung dengan diri kita sendiri."
"Tanpa WiFi dan gadget, aku merasa hidup dari awal lagi. Ajaibnya, waktu terasa begitu lambat berjalan. Sangat menakjubkan."
"Tetapi banyak orang bertanya-tanya, ke mana aku pergi. Bahkan banyak yang menganggap aku sudah meninggal dunia. Mereka pikir aku punya masalah berat. Sesungguhnya, aku hanya butuh beristirahat. Tekanan harus selalu 'ada' setiap waktu sebetulnya sangatlah tidak realistis."
Sekarang Aku Merasa Siap
"Setelah menghilang beberapa bulan, aku kembali dan begitu bergairah untuk meluncurkan kembali brandku. Di tahun 2015, aku memutuskan untuk membeli EM Cosmetic dengan modal dari usaha ipsy cosmetic, brandku sendiri."
"Hal yang terpenting adalah aku punya kebebasan penuh untuk mengendalikan inovasi yang mana akan menjadi fokusku. Walau aku meluncurkan dua produk yang tidak revolusioner, yaitu lip cream dan eyeliner, tapi aku bisa mengaplikasikan pengalamanku di bidang seni."
"Jiwaku ada di situ dan itulah yang benar-benar kuinvestasikan sekarang. Perusahaan ini sepenuhnya milikku. Dan saat ini, aku tak lagi takut dengan kegagalan. Aku seperti Jon Snow: I'm not afraid of dying again!"
- Mengapa Kita Sering Ketagihan Lihat Media Sosial? Ini Alasannya!
- Agar Tak Gugup, Wanita Ini Main Smartphone Saat Dioperasi
- Waspada, Wanita yang Kecanduan Gadget Rentan Depresi
- Kebiasaan Buru-Buru Membalas Pesan Ternyata Bisa Berdampak Buruk
- Ini Alasan Kamu Harus Berhenti Pakai Smartphone Sebelum Tidur
- Sebut Makan di Pinggir Jalan Kasihan, Wanita Ini Dihujat Netizen