[Vemale’s Review] Buku ''30 Paspor: The Peacekeepers' Journey''

Fimela diperbarui 27 Mei 2017, 10:30 WIB

Judul: 30 Paspor: The Peacekeepers’ Journey
Penyunting: Shinta, Novikasari Eka S.
Penyelaras aksara: Lian Kagura
Penata aksara: Nurhasanah Ridwan
Perancang sampul: hedotz
Diterbitkan oleh Penerbit Noura
Cetakan I, Maret 2017

Blurb:
Di kelas 30 Paspor kali ini, mahasiswa Pak Rhenald ditugaskan tak hanya pergi ke luar negeri, tetapi juga menjadi relawan, terlibat dalam kegiatan sosial, atau membantu siapa pun yang membutuhkan. Tujuannya, merajut perdamaian!

Berbagai petualangan seru pun terjadi. Dikejar-kejar orang asing, kehilangan koper, bahkan salah seorang mahasiswa hampir dirampok. Berbekal teri kacang sebagai alat diplomasi, hingga tak sengaja ditemani artis terkenal di sebuah negara, semua mewarnai suka duka perjalanan mereka.

Tugas yang awalnya ditentang banyak orang terbukti jadi ajang "latihan terbang". Kesasar di negeri orang telah menumbuhkan mental self driving-pribadi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab dalam menentukan arah hidup sendiri.

***

Dapat tugas kuliah disuruh ke luar negeri bukan sekadar untuk bertualang tapi juga harus menjadi relawan. Bukan cuma menikmati keindahan sebuah negara, tapi juga mencari pengalaman baru ikut terlibat dalam sebuah kegiatan sosial. Inilah yang dilakukan oleh para mahasiswa Rhenald Kasali yang kemudian dibukukan dalam 30 Paspor: The Peacekeepers’ Journey.

Saya pribadi selalu menyukai tulisan dan catatan perjalanan. Selalu ada hal baru dan menarik yang bisa ditemukan dari perjalanan yang dilakukan oleh seseorang. Termasuk semua tulisan dalam buku ini. Kita benar-benar diajak untuk mengikuti perjalanan menarik setiap mahasiswa ke negara-negara yang mereka kunjungi.

Dibuka dengan tulisan pengantar oleh Prof. Rhenald Kasali, Ph.D., yang berjudul Melepas Kodi dan Mengajarkan Rajawali Terbang, kita akan diberi penjelasan dan alasan kenapa beliau menugaskan mahasiswanya untuk berani ke luar negeri. Bukan semata-mata untuk berlibur tapi juga membangkitkan potensi yang ada di setiap diri mahasiswa. Ada banyak pelajaran yang bisa didapat dengan berani keluar dari zona nyaman, bepergian ke sebuah negeri asing sendirian dan belajar langsung dari pengalaman.

Judul-judul tulisan di dalam buku ini juga banyak yang membuat penasaran. Beberapa di antaranya, Diplomasi Teri Kacang, Lebih Baik Patah Kaki daripada Patah Hati, Padang Pasir nan Mewah, Kastel Vianden Rasa Gunung Arjuno, Lady Boy & AKB48, BonCabe & Ulang Tahun Tak Terduga, Tongsis Perdamaian, dan Agama, Foto, dan Dangdut.

Tak semua mahasiswa yang pernah melakukan perjalanan ini pernah ke luar negeri sebelumnya. Ada yang baru pertama kali naik pesawat terbang. Ada yang juga bingung awalnya harus mendapat uang dari mana untuk bisa ke luar negeri. Tapi pada akhirnya, mereka semua bisa berangkat ke negeri yang mereka tuju dan impikan.

Unik-unik juga pengalaman setiap mahasiswa. Seperti yang malah ketemu artis saat di perjalanan, ditegur saat membuat sketsa gambar anak-anak SD, ketemu ladyboy yang ternyata sikapnya di luar dugaan, kucing-kucingan dengan pria asing yang SKSD, memperkenalkan dangdut ke teman asing, dan lain sebagainya. Selesai baca satu tulisan, nggak sabar lagi untuk membaca tulisan berikutnya.

Benar-benar inspiratif sekali buku ini. Kita akan tergugah dan tertarik untuk melakukan perjalanan serta petualangan sendiri. Yang paling menarik dari kisah-kisah di buku ini juga adalah soal kegiatan untuk jadi sukarelawan atau melakukan kegiatan sosial di setiap negara yang dikunjungi. Wah, pokoknya seru banget!

(vem/nda)
What's On Fimela