Anak Teriak Bunuh Ahok, Netizen Berkabung Anak Diajarkan Benci

Fimela diperbarui 26 Mei 2017, 13:53 WIB

Ladies, kamu sudah lihat video yang berisi pawai obor anak-anak di Jakarta? Pawai ini sejatinya adalah acara tahunan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang jatuh pada akhir Mei 2017. Namun, di tengah aksi ini, muncul yel-yel dan teriakan untuk membunuh Basuki Thajaja Purnama (Ahok) --mantan Gubernur DKI Jakarta terpidana kasus penistaan agama dan dipenjara sejak 9 Mei 2017.

Melihat aksi pawai yang harusnya polos, maka hati akan mencelos ketika mendengar yel-yel itu. Anak di usia mereka, harusnya belum (jangan sampai) mengucapkan kalimat bernada kebencian dan tindak kekerasan macam itu. Netizen yang melihatnya pun menilai bahwa kesalahan ini bukanlah dari pihak si anak, melainkan lingkungan di sekitarnya.

"Kenapa dari kecil sudah diajarkan untuk membenci seharusnya bisa menanamkam rasa saling toleransi antar amat beragama agar Indonesia tetap damai apapun itu agamanya. Stop provokasi yang tidak baik kepada anak anak ajarkan nilai cinta damai kerukunan antara umat berbeda agama," ujar akun Zie Utami.

"Kasihan ya... karena bukan salah mereka loh," tambah akun Berlian Tambuan.

Teori utama dalam pembentukan karakter anak adalah dia akan meniru orang-orang di sekitarnya. Tapi sebelum menerapkan ini, anak biasanya akan mencoba-coba lebih dulu untuk melihat reaksi orang lain. Ketika dia melihat bahwa dalam beberapa waktu belakangan tak ada ganjaran pada aksi intoleransi, maka dia akan menilai bahwa itu adalah tindakan yang diperbolehkan bahkan mendapat pujian dari kelompok tertentu.

"Imitasi (meniru) adalah penting untuk perkembangan yang penting mulai dari bahasa hingga kemampuan sosial," demikian dikatakan dokter yang khusus menangani perkembangan dan perilaku anak, di Valley Center for Child Development, di Ridgewood, New Jersey, AS, Lisa Nalven, M.D, seperti dilansir dari www.parents.com.

"Beberapa anak menghabiskan banyak waktu mengobservasi dan memproses infomasi sebelum mereka mencoba sesuatu," ditambahkan Daniel B. Kessler, M.D. Direktur Perkembangan dan Perilaku Anak di Children's Health Center of St. Joseph's di Phoenix, AS.

Hal inilah yang kemudian juga disoroti oleh netizen. Apakah ada yang salah dengan ajaran toleransi orangtuanya? Ataukah si anak ini tidak memiliki panutan ideal dalam wujud keluarga? Bisakah juga mereka hanya ikut-ikutan karena ada satu rekannya yang meneriakkan yel penuh kebencian?

Yang bisa kita lakukan sekarang adalah memberi pemahaman terbaik untuk anak dalam lingkup keluarga terdekat. Anak kandung, keponakan, atau pun adik. Anak wajib tumbuh dengan cinta kasih agar bisa mengerti artinya rasa hormat dan anak yang tumbuh dengan toleransi akan tumbuh menjadi sosok yang sabar.

Bukankah karakter seperti ini yang mau kamu dapatkan dari mereka di masa depan?

(vem/zzu)

Tag Terkait