Obesitas di Masa Kecil Meningkatkan Risiko Depresi Saat Dewasa

Fimela diperbarui 25 Mei 2017, 17:55 WIB

Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa mengalami obesitas di masa kecil atau anak-anak meningkatkan risiko depresi hingga tiga kali saat dewasa. Selama ini, obesitas atau kelebihan berat badan memang erat kaitannya dengan berbagai risiko penyakit baik itu penyakit ringan maupun mematikan.

Tak hanya orang-orang yang mengalami obesitas di usia dewasa atau paruh baya yang berisiko terhadap berbagai penyakit dan depresi, orang-orang yang pada usia 8 sampai 13 mengalami obesitas juga memiliki risiko depresi tiga kali lebih besar dari orang lain pada umumnya. Dikutip dari laman asiantown.net, kelebihan berat badan di masa kecil juga sangat mungkin mengembangkan gangguan kesehatan mental juga gangguan otak.

Para peneliti menunjukkan bahwa obesitas masa kecil bisa secara permanen merusak kepercayaan diri yang mengakibatkan risiko depresi saat dewasa. Peneliti di VU University Medical Center di Belanda meneliti pada sedikitnya 889 partisipan rata-rata usia 75 terkait hal ini.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa mereka yang mengalami obesitas saat anak-anak memiliki riwayat depresi lebih serius dibandingkan mereka yang memiliki berat badan ideal selama hidupnya. Para ilmuwan mengatakan, "temuan kami menunjukkan bahwa beberapa mekanisme mendasar yang terkait dengan kelebihan berat badan atau obesitas terhadap depresi berasal dari masa anak-anak."

Risiko genetik atau harga diri rendah selama ini sering dikaitkan dengan orang-orang yang bertubuh kurang ideal. Kaitan inilah yang akhirnya menyebabkan risiko depresi semakin tinggi. Untuk menurunkan risiko obesitas dan depresi, penting bagi semua orang agar menjaga berat badan dan tipe tubuh idealnya.

Gaya hidup yang sehat, olahraga cukup, mengurangi konsumsi daging serta lemak dan memperbanyak konsumsi sayur adalah cara mudah menurunkan risiko obesitas juga depresi.



(vem/mim)