Saat 3 Pria "Bunuh Diri" di Gerbong Wanita Commuterline Jakarta

Fimela diperbarui 17 Mei 2017, 10:04 WIB

Sore itu udara Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat, terasa lembap mencekat. Jumlah penumpang yang siap berpindah menggunakan Kereta Commuterline Jakarta semakin bertambah. Maklum saja, itu adalah waktu padat, rush hour, saat pekerja Jakarta mulai pulang kantor.

Saya langsung menuju gerbong terdepan tempat khusus untuk perempuan. Gerbong ini memang sengaja diciptakan khusus untuk Kaum Hawa sejak tahun 2010 silam. Dia terletak di gerbong paling depan dan belakang sebuah rangkaian KRL.

Namun, terkejutlah saya ketika mendapati ada tiga orang lelaki di dalam gerbong yang padat itu. Lebih heran lagi karena tidak ada satu pun perempuan yang protes. Sepengalaman saya lima tahun jadi anker (anak kereta), perempuan bakal galak kalau ada pria yang masuk ke dalam.

Saya langsung mahfum ketika melihat sekeliling. Sepertinya para ibu-ibu di dalam gerbong ini adalah pengguna "musiman" yang hadir jelang bulan puasa dan beberapa pekan pasca Lebaran. Tujuan mereka ke Tanah Abang dan pulang lagi ke tempat tujuan sekitar Jabodetabek. Mereka belum biasa protes jika melihat ada Kaum Adam di gerbong yang khusus untuk Kaum Hawa.

Tapi begitu ada satu penumpang perempuan yang protes ada pria di gerbong wanita, berkobarlah bendera perang. Hahaha...suara nyinyir, omelan, ocehan, ditujukan untuk tiga orang pria itu.

"Eh Pak, ini gerbong perempuan. Buat cowok di belakang sana," tegur seorang perempuan necis.

"Darurat Mba, di sana tuh penuh," ujar si pria membela diri. Perkataan yang bak menyiram air dalam wajan minyak panas. Maka pecahlah satu gerbong itu dengan omelan yang bikin pedas telinga.

"Dasar lenjeh, mau gesek-gesek sama perempuan."

"Pake rok, paaaak..."

"Mesum! Dasar mesum!!"

"Ya elah pak, lemah banget jadi laki-laki."

"Astagfirullah Paaaak. Bapak makan hak anak dan perempuan!"

Dan masih segerbong kalimat ocehan lain yang dijamin bikin para perempuan menang telak. Tapi hebatnya, satu dari tiga pria itu masih saja tidak mau pindah. Untung saja ada satpam yang memaksanya pindah sebelum dia babak-belur diomelin emak-emak segerbong kereta.

Itu pun si pria akhirnya pindah dengan tatapan galak kaum perempuan. Duh Gusti, malunya kaya apa itu pria?

Yah mau bagaimana lagi ya, Ladies. Gerbong perempuan memang diciptakan untuk perempuan. Tujuannya mulia kok, menghindari pelecehan dan tindakan tak menyenangkan lainnya.

"Ini bukanlah kebijakan yang memanjakan perempuan. Tapi, lebih dari itu, yakni upaya mencegah kejahatan terhadap perempuan di kereta api," ungkap Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di 2010 silam, Linda Amalia Sari Gumelar.

Meski terdengar galak, memang begitulah cara perempuan mempertahankan haknya di ranah transportasi publik. Jika tidak demikian, maka hilanglah perlindungan kami di dalam padatnya Kereta Commuterline Jakarta. So, next time, pikir baik-baik jika ada pria yang mau masuk ke dalam gerbong perempuan. Yakin mau "bunuh diri" di sini?

(vem/zzu)