Jangan Takar Harga Diriku Dari Pertanyaanmu Soal Keperawananku

Fimela diperbarui 09 Mei 2017, 12:00 WIB

"Cewek kalau lagi 'turn on' gitu biasanya ngapain?"

"Kenapa gitu nanya-nanya?"

"Ya nggak apa-apa sih, pengen tahu aja. Eh, tapi kalau kamu masih perawan 'kan?"

Tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dari mulutnya. Seorang teman, laki-laki, teman cukup lama saya mengenalnya.

Minuman yang saya seruput, rasanya masih sama. Tapi mungkin wajah saya yang nggak lagi sama dengan sebelum dia melontarkan pertanyaan itu. "Kenapa pertanyaanmu kaya gitu? Unless you are a doctor or a therapist dengan tujuan pertolongan medis atau psikis, sepertinya bukan kapabilitasmu tanya seperti itu. Mostly, pertanyaan seperti ini, ujung-ujungnya judging. Dan itu membuat perempuan nggak nyaman lho, asal tahu saja."

Dia diam. Entah menanggapi perkataan saya sebagai kemarahan atau yang lain, saya tidak tahu. Yang jelas, suasana jadi awkwardsetelahnya.

---

Baru pagi ini timeline Facebook saya bergolak karena status seorang pilot dan cosplayer. Sebut saja BK. Statusnya di Facebook memicu pro-kontra hingga memancing lebih dari 1.000 komentar, 1.000 reaction dan 852 shares. BK menceritakan conversation-nya dengan salah seorang pramugarinya menyoal keperawanan.

Komentar yang masuk pun beragam. Ada yang menganggap keperawanan itu penting. Perempuan yang tak bisa menjaga keperawanan itu tak layak dihargai karena anggapan "menjaga harga dirinya saja dia tak mampu". Sementara, di satu sisi, sebagian berkomentar bahwa menanyakan tentang keperawanan seorang perempuan dan berujung dengan penghakiman adalah hal yang melanggar ranah privasi.

Keperawanan. Secara fisik, keperawanan dilihat dari utuhnya selaput dara yang berada pada daerah vagina. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keperawanan mengacu pada "perihal perawan, kesucian (kemurnian) seorang gadis, kegadisan." Hilangnya keperawanan bisa karena terjadinya hubungan seksual atau pun kecelakaan fisik, misalnya benturan benda keras atau kecelakaan saat berolahraga yang mengakibatkan terkoyaknya selaput dara.

Tinggal di Indonesia yang masih kental dengan budaya patriarkinya, membuat pertanyaan soal keperawanan kepada seorang wanita menjadi hal yang sensitif. No, I'm not a feminist, tetapi apa yang seringkali saya dengar soal perempuan yang tak lagi perawan "dianggap" adalah kecacatan hidup yang tak lagi bisa dimaafkan, sesuatu yang cukup menyakitkan. Karena, kembali lagi, seseorang bisa saja kehilangan keperawanan bukan karena menyerahkan diri pada peluh dan nafsu persetubuhan. Ada faktor-faktor lain yang bisa dijelaskan secara medis.

"Kalau nggak perawan lagi karena memang dia memang 'tidur' sama cowok? Berarti 'kan cewek nggak bener."

"Sudah nggak perawan, murahan,"

"Pendidikan, cuma lulusan SMA. Karir, cuma pramugari biasa. Segel, sudah jebol pula. Apa yang bisa mbak "jual" dengan harga "mahal"?"

Saya gagal memahami mengapa banyak orang yang merasa begitu entengnya menanyakan perkara keperawanan kepada seorang perempuan. Entah diucapkan atau tidak, jawaban atas pertanyaan itu akan dijadikan standar untuk judging seseorang. Kalau masih perawan, mengapa? Kalau tidak perawan, mengapa? Hidup di lingkungan yang kental budaya patriarkinya, saya tentu lebih bisa memprediksi penghakiman terhadap pertanyaan kedua, ketimbang yang pertama.

Tentang keperawanan, biarlah disimpan dalam ranah privasi yang tiap-tiap orang punya otoritas untuk memegang kunci pintunya. Ia berhak membuka pintunya pada orang yang tepat, pada saat yang tepat dan tanpa intensi untuk dihakimi apapun jawabannya. Karena menurut saya, jika seseorang merasa masih perlu menanyakan soal "Kamu masih perawan atau nggak sih?", sesungguhnya ia sudah melekatkan keraguan pada orang yang ditanyainya. Apalagi jika menakar harga diri orang lain dari keperawanannya, tingkat sekolahnya dan ke-"cuma-annya. It's too naive and shallow, Dear :)

Let's respect each other, respect other privacy. Don't let people judge us based on our hymen. And better yet, don't judge us at all.

Tulisan ini merupakan opini pribadi Winda Carmelita. Kenali lebih jauh Winda Carmelita di

(vem/wnd)