Kesehatan reproduksi perempuan merupakan bagian penting dari kesehatan secara keseluruhan. Perempuan mengalami berbagai fase reproduksi dalam kehidupannya antara lain masa pubertas, menstruasi, masa kehamilan, masa pre menopause, dan menopause. Dalam masa-masa tersebut perempuan akan menghadapi berbagai macam permasalahan yang berbeda dalam tiap tahapan usia.
Menurut WHO, kesehatan reproduksi meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Meskipun demikian, di berbagai negara di dunia masalah kesehatan reproduksi masih merupakan masalah yang tabu untuk dibicarakan.
Kesadaran bahwa kesehatan reproduksi harus diperhatikan pada setiap di tahapan usia masih rendah. Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa pada umumnya pasien-pasien yang berkonsultasi mengenai kesehatan reproduksi adalah mereka yang sudah mempunyai masalah, misalnya menstruasi yang tidak teratur sampai masalah infertilitas.
Masalah kesehatan reproduksi perempuan tidak boleh diabaikan, mengingat kualitas reproduksi sangat menentukan kualitas generasi berikutnya. Gangguan kesehatan reproduksi perempuan dapat terjadi di semua tahapan kehidupan, oleh karena itu pemeriksaan medis secara teratur dan deteksi dini sangat dianjurkan.
dr. Yassin Yanuar MIB, SpOG, MSc. (Direktur Utama Bamed Health Care), menjelaskan Edukasi secara konsisten tentang kesehatan reproduksi penting dilakukan. Reproduksi merupakan bagian penting dari kualitas hidup seorang perempuan, karena perempuan akan menjadi seorang ibu dan mengandung anak yang akan meneruskan generasi kedepannya.
Sistem reproduksi perempuan mencakup seluruh komponen dan mempengaruhi fisik serta sosial dari seorang ibu. Salah satu permasalahan reproduksi yang sering dialami perempuan pada masa remaja dan dewasa, yaitu menstruasi.
dr. Dwi Priangga, SpOG menjelaskan menstruasi merupakan sebuah proses alami yang akan dilewati oleh seorang perempuan dewasa usia reproduktif secara periodik. Perubahan siklus menstruasi dapat menjadi tanda bahwa terdapat kondisi medis tertentu dan dapat mempengaruhi kualitas hidup seorang perempuan.
"Gangguan menstruasi dapat dialami oleh siapa saja, remaja, perempuan dewasa ataupun yang sudah mengalami menopause. Lebih dari 50% perempuan akan mengalami gangguan menstruasi setidaknya 1 kali dalam masa reproduktifnya," ujarnya saat ditemui di Jakarta.
Sedangkan, menstruasi normal adalah suatu proses fisiologis dimana terjadi pengeluaran darah, mukus (lendir) dan seluler debris dari uterus secara periodik dengan interval waktu tertentu yang terjadi sejak menars sampai menopause dengan pengecualian pada masa kehamilan serta menyusui, dan proses tersebut terjadi karena interaksi dari organ-organ hormonal.
“Gangguan menstruasi dapat disebabkan oleh gangguan fisik (80%), dismenore (50%), gangguan siklus (20-40%). Umumnya seorang perempuan dapat mengalami lebih dari 1 faktor yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi," tambahnya.
Faktor fisik dapat disebabkan oleh tumbuhnya jaringan abnormal pada rahim sehingga dapat menyebabkan gangguan menstruasi, jaringan abnormal tersebut dapat berupa polip, mioma, adenomisis, ataupun keganasan. Gejala yang mungkin timbul antara lain nyeri haid yang berlebihan (dismenore), hari menstruasi yang memanjang ataupun jumlah pendarahan yang lebih banyak. Gangguan siklus dapat bermanifestasi sebagai pendarahan yang ireguler, ataupun amenorea (tidak mengalami menstruasi dalam jangka waktu tertentu) yang pada umumnya disebabkan oleh siklus anovulasi, siklus anovulasi bisa disebabkan oleh gangguan hormonal, tumor di otak ataupun penyakit metabolik lain. Jumlah pendarahan menstruasi yang banyak juga dapat disebabkan oleh gangguan pembekuan darah ataupun efek samping akibat penggunaan alat kontrasepsi.
Manifestasi gangguan menstruasi juga dapat berupa perubahan mood bahkan dapat menjadi gangguan depresi berat. Setiap perempuan harus memahami siklus menstruasi yang normal baik dari lama hari menstruasi, jumlah pendarahan ataupun gejala-gejala yang dapat menyertai sebelum ataupun selama menstruasi, sehingga bila terdapat proses yang abnormal, maka harus segera konsultasi ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan tertentu untuk menentukan penyebab dan tatalaksana yang tepat.
Pemeriksaan dapat berupa anamnesis, pemeriksaan fisik sederhana, ultrasonografi, rontgen ataupun dapat berupa pemeriksaan darah dan pemeriksaan lanjutan seperti MRI. Tatalaksana gangguan menstruasi akan disesuaikan dengan penyebabnya, dapat berupa terapi sederhana seperti perubahan gaya hidup dan diet, pemberian obat hormonal, ataupun pembedahan. Sebagai kesimpulan gangguan menstruasi dapat terjadi pada semua periodik kehidupan seorang perempuan dan dibutuhkan bantuan medis untuk menentukan penyebab dan tatalaksana yang sesuai.
Semoga informasi ini bermanfaat ya Ladies dan kamu bisa semakin aware dengan kesehatan reproduksimu.
- Haid Nggak Teratur Bikin Sakit? Coba Atasi dengan Cara Alami Ini
- Atur Pola Makanmu Seperti Ini Agar Siklus Haid Teratur
- Awas! Tidur Terlalu Malam Saat PMS Bisa Bikin Kamu Uring-Uringan
- Hindari Makanan Ini Saat PMS Agar Tak Alami Mood Swing
- Kebiasaan Kayak Gini Nih yang Bikin Kondisi Haidmu Parah
- Hati-Hati Wanita Berkumis Tipis! Kamu Bisa Susah Punya Anak