Ketahuilah, Pertahankan Pernikahan Demi Anak Itu Keputusan Salah

Fimela diperbarui 19 Apr 2017, 11:50 WIB

Kamu mungkin berpikir bahwa keputusanmu saat ini benar. Pernikahan harus tetap bertahan karena beberapa alasan, salah satu alasan utamamu adalah bertahan demi anak. Tapi tahukah? Keputusan bertahan demi anak ini ternyata bisa jadi keputusan yang salah.

Banyak pasangan yang sudah tak akur justru merasa perlu mempertahankan pernikahan demi anak, karena mereka percaya bahwa anak yang tumbuh di dalam keluarga yang utuh mampu membuat kehidupan anak lebih baik. Tapi benarkah anak-anak mampu tumbuh sebagai pribadi yang bahagia melihat orangtuanya tak bahagia?

Orang mungkin berpikir, anak mana yang mau orangtuanya bercerai? Benar, tak ada yang salah. Setiap anak pasti ingin orangtuanya hidup bersama selamanya. Setelah sekian lama membangun kehidupan bersama, kemudian masa sulit datang dan segalanya jadi tidak pada tempatnya, dan kamu masih berpikir untuk bertahan. Itu adalah keteguhan yang bagus.

Tapi apa gunanya bertahan ketika kamu sudah tak bisa lagi merasa bahagia? Ketika sosok yang ingin kamu pertahankan justru tak ingin dipertahankan. Kamu tahu, kamu juga berhak hidup bahagia. Kamu berhak hidup lebih baik dengan perasaan tenang dan hati yang damai. Begitu juga anak-anak.

Karena seperti yang disebutkan psikolog Mel Schwartz L.C.S.W dalam Psychology Today, anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat dalam hubungan orang tua mereka. Anak akan belajar hal yang salah tentang pernikahan. Mereka akan berpikir bahwa pernikahan bukanlah hal yang menyenangkan, traumatis dan ada kemungkinan ia sulit menjalin hubungan saat dewasa akibat melihat pernikahan orangtuanya yang tidak sehat.

Pernikahan yang tidak bahagia juga akan memicu stres hingga depresi, baik pada ibu maupun ayah. Dan menurut penelitian yang dilakukan tahun 2009 yang diterbitakan dalam National Research Council and the Institute of Medicine, depresi pada orangtua berpengaruh terhadap timbulnya gangguan temperamental pada anak dan efek negatif lainnya. Dengan kata lain, anak jadi susah mengendalikan emosi, mudah marah dan berpikiran negatif.    

Pastinya, sebagai orang tua kita menginginkan lebih baik untuk anak-anak kita. Bukankah anak juga ingin melihat orangtuanya bahagia? Daripada melihat orangtuanya hidup dalam pernikahan yang menyedihkan, anak pasti ingin melihat ibu dan ayahnya bahagia, meski dengan jalan hidup berbeda.

Bercerai memang bukan solusi yang menyenangkan dan pastinya bukan tujuan akhir yang diinginkan setiap pasangan menikah. Tentu saja, segala keputusan tetap ada padamu ladies, jika pernikahan masih layak dipertahan, maka pertahankan, karena hanya kamu dan suami yang tahu apa yang terbaik untuk kalian dan anak-anak.

(vem/feb)