'Empal Solo' yang Membuat Single Parents Berbagi dalam Kepedulian

Fimela diperbarui 13 Apr 2017, 11:37 WIB

Beberapa hari lagi SPINMOTION (Single Parents Indonesia in Motion) akan menyelenggarakan kegiatan Bakti Sosial Pengobatan Gratis di daerah Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sebanyak 350 warga kurang mampu di area ini akan mendapatkan pengobatan gratis dari para dokter dan paramedis yang menjadi mitra dalam kegiatan ini. Lalu apa yang istimewa dari acara yang akan diselenggarakan ini? Kenapa harus dituliskan khusus dalam sebuah artikel di sini?

Single parents, khususnya single moms atau yang pada umumnya disebut sebagai para janda, adalah kelompok masyarakat yang sebenarnya justru memiliki ‘privilledge’ atau keistimewaan untuk lebih mendapatkan perhatian dan dukungan dari masyarakat sekitar, bahkan pemerintah sebagai pengemban amanat penderitaan rakyat. Bahkan dalam ajaran Islam, janda disebutkan secara khusus sebagai salah satu penerima zakat, bersama dengan beberapa penerima lainnya. Intinya, janda dalam kaitan dengan permasalahan sosial, menempati posisi yang sebenarnya lebih berhak untuk menerima dukungan, sumbangan ataupun bantuan dari pihak lainnya. Sehingga jika, sekelompok single parents yang mayoritas janda berniat untuk menyelenggarakan acara bakti sosial bagai warga yang tak mampu lainnya, maka tentulah hal ini bisa dipandang sebagai suatu tindakan yang spesial bahkan istimewa.

Dalam keterbatasan waktu karena harus mengelola rumah tangganya sendiri, dalam keterbatasan finansial karena terkadang para janda harus mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya sendiri dan dalam ketiadaan dukungan dari mantan pasangan yang abai dan lalai, serta bahkan justru mendapatkan sorotan ‘miring’ dari masyarakat di sekitar mereka, para janda ini justru mau dan bersedia untuk menyelenggarakan acara yang bersifat sosial untuk orang lain yang juga sangat membutuhkannya. Inilah fakta yang menjawab kenapa tulisan ini dibuat khusus untuk mengisahkan sebuah upaya luhur dari para anggota SPINMOTION (Single Parents Indonesia in Motion) di Jakarta dalam sebuah kegiatan amal Bakti Sosial Pengobatan Gratis untuk masyarakat yang tidak mampu. Lalu, sebenarnya apakah yang menjadi modal semangat dari para janda ini untuk sedemikian bersemangatnya untuk melaksanakan kegiatan sosialnya?

Setidaknya, selain karena rasa ingin menunjukkan eksistensi diri di tengah stigma masyarakat tentang para janda yang kadang sedemikian semena-menanya, beberapa sifat dari para janda, para single parents yang seringkali menjadi satu ‘benang merah’ kesamaan antara satu dengan sama lainnya adalah seperti yang tertulis di bawah ini. Dan sederet sifat tersebut disingkat menjadi ‘Empal Solo’ yang terdiri dari:

1. Empathetic (Empati pada sesama)

Pengalaman pahit di masa lalu atas perkawinannya yang gagal dan kadang disertai dengan perlakuan dari mantan pasangan mereka yang tidak sesuai harapan bahkan semena-mena, membuat para janda justru memiliki rasa empati yang tinggi. Rasa empati yang tinggi ini terutama ditujukan kepada sesama rekan senasibnya yang juga janda dan juga kepada orang lain yang berada dalam kondisi kekurangan, lemah atau tak berdaya. Mudah berbelas kasihan demikian gambaran secara umum tentang para janda yang telah banyak melewati masa-masa terpahit dalam hidupnya saat harus berhadapan dengan perceraian yang sebagian besar dikarenakan oleh perselingkuhan dan diiringi dengan tindak kekerasan. Janda-janda ini kemudian justru tumbuh menjadi sosok-sosok penuh ‘welas asih’ setelah kemudian mampu bangkit dari luka-lukanya sendiri.

2. Palliative (Pengobat nyeri hati)

Mereka, para janda, terkadang tak pernah melihat dan menilai kondisi memprihatinkan seseorang dengan mengkaitkan dengan sebab dan alasan kejadiannya. Spontan untuk berbelas kasihan dan menolong siapapun yang membutuhkannya dengan sekemampuan daya yang dimilikinya. Pamrih menjadi sesuatu yang berada di nomor urut terakhir dalam setiap upaya mereka meringankan penderitaan orang lain. Terlebih apabila orang lain tersebut memiliki status yang sama dengan mereka, janda yang mengalami banyak kepedihan dalam hidupnya akibat perceraian yang terjadi pada mereka. Sifat untuk segera meringankan beban, mengobati luka serta membuat orang lain segera merasakan pengaruh keberadaan mereka, adalah sifat para janda yang terkadang tidak dimiliki oleh orang lainnya. Ya, karena tidak setiap orang pernah mengalami hidup seperti mereka.

3. Solidarity

Saat bersama dengan sesama janda yang memiliki latar belakang kisah yang hampir sama, solidaritas tinggi akan segera muncul di antara mereka. Rasa solidaritas yang terkadang mampu mendahulukan kepentingan kelompoknya di atas kepentingan individu dan pribadi. Bersama-sama mereka bisa menjadi satu kekuatan yang saling dukung-mendukung untuk sebuah upaya dengan tujuan yang sama. Dalam solidnya persatuan sesama janda, mereka juga tak segan untuk berupaya dengan segala cara agar tujuan yang ingin dicapai bisa terlaksana. Sebuah energi yang tercipta dari proses kematangan para janda setelah melalui berbagai macam fase terberat dalam hidup mereka masing-masing.

4. Love

Cinta para janda kepada sesamanya memiliki bentuk dan warna yang berbeda jika mengingat pada proses ‘penciptaan’ mereka. Penciptaan yang bisa dikatakan melalui perjalanan panjang berliku, terjal dan penuh dengan aral melintang, dan terkadang menimbulkan berbagai memar dan luka. Sosok-sosok yang terlahir kembali dari kehancuran yang terjadi pada mereka akibat perceraian, rangkaian pengkhianatan dan juga tindakan semena-mena seolah tak berperikemanusiaan. Namun sekali lagi, justru semua peristiwa pahit ini justru ‘mengamplas’ nurani mereka untuk menjadi para janda yang memiliki energi cinta yang besar untuk sesama.

Empat sifat di atas, setidaknya bisa menggambarkan dan menjawab, kenapa para janda anggota SPINMOTION (Single Parents Indonesia in Motion) ini mau bersusah payah, berlelah-lelah, merancang dan melaksanakan acara bakti sosial yang bagi sementara orang dianggap membuang waktu dan tak mendatangkan keuntungan sama sekali. Tanpa dibayar, bahkan justru harus mengeluarkan dana dari kantong masing-masing, namun mereka tetap dengan semangat dan merasa bahagia tetap melaksanakan kegiatan yang ‘tak memiliki nilai ekonomis’ ini. Seolah mereka ingin juga menunjukkan bahwa meskipun mereka sendiri, ditinggalkan, diabaikan bahkan dianggap ‘benalu’ oleh masyarakat, namun mereka bisa berguna bagi sesama, bagi orang yang lain yang membutuhkan, bagi mereka yang tak seberuntung yang lainnya.

Sebuah sindiran dengan ungkapan simbolis sering digunakan oleh sementara orang yang memiliki latar belakang Budaya Jawa tentang dua orang miskin dan papa yang saling membantu dalam sebuah usaha. Usaha yang dianggap tak akan menghasilkan apa-apa. Sindiran itu adalah “kere punjen” atau si miskin yang saling menggendong di pundak. Sindiran yang sebenarnya sinis cenderung sarkastis, jika mengingat bahwa apapun yang dilakukan orang dalam saling membantu, siapapun mereka, apapun hasilnya adalah sebuah tindakan yang sebenarnya teramat mulia. Terlebih apabila melihat kepada jalan sejarah panjang negeri ini dalam penciptaannya yang betul-betul berawal mula dari sebuah perjuangan para ‘kere’ yang tak memiliki apa-apa. Jangankan senapan berjuta-juta, bambupun dipakai oleh mereka sebagai senjata. Jangankan uang, pesawatpun dibeli dari sumbangan para ‘kere’ yang ingin melihat ‘presiden kere’ mereka bisa memiliki pesawat sendiri dan dihormati oleh pemimpin Negara lainnya.

Akhirnya, rasa salut dan penghargaan setinggi -tingginya diberikan kepada para janda, para single parents anggota SPINMOTION (Single Parents Indonesia in Motion) di Jakarta yang mau dan bersedia untuk ber ‘kere punjen’. Percayalah, saat semua ‘kere’ bisa saling mendukung, langitpun mampu digapai dan surgapun akan teraih dan terketuk pintunya.

Dan jika anda, pembaca, ingin ber ‘kere punjen’ silakan hubungi kami; SPINMOTION (Single Parents Indonesia in Motion). Kami siap berlelah-elah untuk menyampaikan bantuan anda kepada 'kere-kere' lainnya.

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di 

(vem/yel)
What's On Fimela