Disebut Perawan Tua Tak Mematahkan Semangatku Untuk Bahagia

Fimela diperbarui 07 Apr 2017, 08:00 WIB

Apapun label yang diberikan orang lain, jangan sampai mencuri kebahagiaanmu. Salah satu sahabat Vemale menceritakan pilihannya yang sering dinilai 'buruk' oleh masyarakat karena hingga saat ini belum menikah. Kisah nyata ini bagian dari Lomba Menulis: My Life, My Choice.

***

Pengambilan keputusan merupakan proses memilih satu dari berbagai alternatif pilihan yang ada. Manusia cenderung akan memilih alternatif pilihan yang tidak menimbulkan risiko serius, pilihan yang cenderung akan diterima oleh lingkungan sosial, dianggap umum dan lumrah serta tidak menimbulkan kontroversi. Ya setidaknya hal itu lah yang diamini oleh para ahli psikologi dalam buku-buku yang kerap menemani senyap malamku di awal April ini.

Lalu bagaimana jika akhirnya aku keluar dari standar normal yang kalian, masyarakat telah tetapkan? Di usiaku yang hampir menyentuh senja ini, aku berdiri sebagai seorang wanita mandiri yang tidak terikat pada sebuah pernikahan. “Perawan tua” ya label itu yang kalian lekatkan dengan nada sinis padaku beberapa tahun terakhir ini. “Kenapa gak nikah? Milih-milih sih, Gak kesepian?”. Pertanyaan-pertanyaan yang andai saja kalian tahu terasa kian menyekik jalur napasku.

Aku Bukannya Menolak Pernikahan, Sebab Aku Juga Punya Impian Itu

Hei… tentu aku pernah memimpikan masa-masa datangnya sang pangeran berkuda putih itu, saat dimana dia memintaku pada kedua orang tuaku, saat aku menjadi ibu dari anak-anaknya, saat kami menua bersama dan saat ketika akhirnya aku dapat berkata “and we lived happily ever after”. Tak jarang terselip rasa iri pada kalian para pasangan yang menikah muda. Kekosongan pun pernah melanda. Apakah aku selama ini tidak mencari? Terlalu sibukkah aku dengan duniaku sendiri?

Terlahir dalam keluarga besar dengan 7 bersaudara membuatku terbiasa memasang badan sebagai tembok perlindungan bagi adik-adikku. Apa sajalah akan aku lakukan untuk kesejahteraan mereka. Satu persatu dari mereka pun tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah. Tinggal lah aku yang kembali harus berjuang merawat orang tua. Usia tua dan segala macam penyakit mereka yang menjadi fokus hidupku saat itu. Teman hidup tidak lagi menjadi prioritas utamaku. Satu hal yang lupa kusadari bahwa seiring waktu berjalan, usiaku pun bertambah matang. Bahkan kelewat matang bagi wanita single kebanyakan.

Aku percaya apa pun keadaanku sekarang, bagiku ini lah kehendak Yang Maha Kuasa. Aku tidak pernah meminta untuk menjadi seorang perawan tua, namun satu hal yang pasti aku memilih menjalani hidup yang Tuhan berikan ini dengan bahagia. Bukan kah lebih baik sendirian namun bahagia daripada berumah tangga namun terus bermasalah?

Tanpa pasangan bukan berarti aku tidak bisa merasakan perasaan yang timbul pada seorang ibu. Lihatlah kedua keponakan yang aku urus sedari kecil dan tinggal bersamaku. Kami merasakan kedekatan emosional yang erat satu sama lain ya meskipun banyak dari kalian yang lagi-lagi mencibir, “Mereka kan bukan anak kandungmu”. Hei… mereka mungkin tidak keluar dari rahimku tapi bukan kah kasih sayang menembus segala batas apalagi hal-hal kecil terkait kandung tidak kandung. Aku mengasihi mereka dengan segala daya yang aku punya.

Aku menikmati hidupku. Aku puas mengabdikan diriku bagi orang-orang yang ku sayangi. Bukankah kebahagiaan akan datang sendirinya ketika kita mampu membahagiakan orang lain? Ya…sesederhana itu. Keuntungan lain menjadi single adalah aku bisa berfokus pada pencapaian karirku. Aku begitu bersyukur dengan semua yang Tuhan izinkan aku untuk capai dengan keadaanku ini.

Aku menuliskan ceritaku (melalui ketikan keponakanku) bukan berarti aku memandang negatif akan pernikahan. Bersyukurlah kalian para pasangan yang sudah menapaki satu tahapan itu. Namun bagi banyak wanita di luaran sana yang masih sendiri bahkan sampai usia di atas 30 tahun tetaplah berbahagia. Banyak orang seperti kita ini di luaran sana yang tetap bisa menjalani dan memaksimalkan hidup mereka.

Jangan karena terdesak usia kalian menjadi terburu-buru menentukan pilihan untuk menikah dengan orang yang salah. Kita bisa mengubah stigma yang melekat di masyarakat mengenai kesan putus asa yang disematkan pada perawan tua. Kita bisa menunjukkan bahwa kita sebagai wanita pun punya hak dan mampu mengendalikan sendiri hidup dan nasib kita.

(vem/yel)
What's On Fimela