Saat Anak Dibekali Kenangan Buruk, Ingatan itu Membekas Selamanya

Fimela diperbarui 01 Apr 2017, 14:10 WIB

“Dulu aku diajak menginap di hotel oleh ibu” demikian si anak mengawali ceritanya, saat melintas di depan hotel bersama ayah dan kakaknya.

“Oh ya? Cuma berdua?” tanya sang ayah keheranan. Sebab seingat sang ayah, keluarga mereka belum pernah menginap di hotel tersebut. 

“Ada satu orang lagi, om-om siapa namanya aku lupa..” jawab si anak.

Ingatan seorang anak bagai pedang bermata dua, bisa tajam menyasar orang lain dan bisa juga melukai dirinya sendiri. Kapan anak akan merekam ingatan sebuah peristiwa? Tidak ada yang tahu. Anak bisa merekam peristiwa apapun, ingatan bahagia ataupun luka. Apakah ingatan itu akan terlupakan secepatnya atau terekam selamanya? Tidak ada juga yang tahu.

Itulah mengapa, untuk anak-anak, berbagai macam tontonan rekayasa atau kejadian nyata harus dipilah. Pemahaman seperti ini seharusnya dimiliki oleh para orang tua atau orang dewasa yang dekat dengan anak-anak. Penting bagi kita untuk memberi pengawasan dan pembatasan untuk anak, mana tontonan yang boleh dilihat, mana peristiwa sehari-hari yang seharusnya tidak perlu mereka lihat dan dengar. Karena sekali saja hal-hal tersebut terekam dalam ingatan mereka, maka akan sulit bagi mereka untuk menghapusnya dari ingatan dan akan lekat menjadi kenangan sepanjang masa.

“Ada satu orang lagi, om-om siapa namanya aku lupa, tapi kami tidur bertiga di kasur yang sama”

Ada rona kebingungan nampak di wajah sang anak saat mengingat peristiwa itu. Dia menyadari bahwa ingatan tentang menginap di hotel bersama ibu dan seorang om terasa membingungkan. Mungkin dalam benak pikirannya muncul juga pertanyaan-pertanyaan: Wajarkah peristiwa itu? Kenapa hanya mereka bertiga? Kenapa hanya dia dan ibunya serta seorang om yang menginap bersama di hotel, bukan bersama ayah dan kakaknya? Sebab si om tidak memiliki hubungan keluarga. 

Sulit untuk menjelaskan pada si anak kemudian, sebab peristiwa menginap di hotel membawa sang ibu pada keputusan besar. Sang ibu memutuskan untuk pergi menjalani hidupnya sendiri, yang ternyata sudah direncanakan jauh-jauh hari, dan mungkin kini sang ibu sedang menjalaninya dengan om yang menginap dengannya (atau entah dengan siapa lagi). Sang Ibu menyerahkan si anak dan kakaknya dalam pengasuhan ayahnya hingga kini.

Bagi si anak pengalaman ini tak akan terlupakan begitu saja. Pengalaman menginap di hotel jelas mempengaruhi pola pikirnya berkaitan dengan hubungan antar manusia dan cara pandang dirinya nanti kepada ibunya sendiri. Seorang ibu selayaknya menjadi panutan atau teladan bagi anak-anaknya seputar etika, norma kesopanan dan kesusilaan serta perilaku yang sesuai dengan ajaran agama. Ini tentu berbahaya, sebab sang anak akan menjadi remaja dan dewasa dengan rekaman ingatan tentang ibu yang pernah dengan ‘tak sengaja’ mencontohkan perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku saat ibunya melakukan perselingkuhan dengan laki-laki lain.

3 tahun sejak kejadian itu hingga kini sang anak berumur 7 tahun, dalam benak si anak masih nyata ingatan pada kamar hotel remang-remang, tempat tidur empuk dengan seprai dan bed cover putih, serta perasaan bingung berpadu dengan rasa rindu dan sedih.

Anak bisa diibaratkan seperti semen basah yang akan mencetak dan mengikuti bentuk dari benda-benda yang jatuh di atasnya. Anak juga serupa dengan kertas putih, dimana orang tua seharusnya mengisi kertas itu dengan tulisan yang baik, berisi warna-warni yang mewakili gambaran kehidupan penuh inspirasi dan motivasi. Dan seperti sebuah kertas pula, anak sedemikian rapuh dan rentannya, sehingga apabila kertas tersebut kusut, sobek atau kotor, maka akan sulit dan hampir mustahil untuk mengembalikan kertas tersebut ke dalam bentuknya semula.

Akhirnya, pesan disampaikan melalui kisah pendek ini. Berilah kenangan indah kepada mereka, anak-anak, di usia emasnya, bukan kuningan palsu yang justru kemudian membuat mereka kebingungan dalam membedakan mana logam mulia dan mana campuran imitasi yang tidak berharga untuk dimiliki dan disimpan berlama-lama.

Karena mereka terlalu berharga untuk dihargai dengan semena-mena.

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di 

(vem/yel)
What's On Fimela