Setiap tanggal 8 Maret, dunia memperingati Hari Perempuan Sedunia. Peringatan ini bukan sekedar selebrasi yang dirayakan para wanita dengan berbagai cuitan di media sosial ataupun aksi-aksi turun ke jalan.
Sejarah mencatat awal mula tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Sedunia yaitu di tahun 1908. Sekitar 15.000 perempuan berbaris (march)di sepanjang jalanan kota New York pada tanggal 28 Februari 1908. Perempuan-perempuan ini menyadari adanya ketimpangan yang mereka alami soal pemberlakuan jam kerja, upah dan fasilitas yang berbeda yang didapatkan pekerja perempuan dengan laki-laki. Di hari yang sama, di tahun-tahun berikutnya, para perempuan mengadakan protes yang didukung oleh partai sosialis Amerika. Mereka mengadakannya di hari Minggu terakhir setiap bulan Februari hingga tahun 1913 dan akhirnya konsensus memutuskan tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Sedunia.
Setiap tanggal 8 Maret, para perempuan di seluruh dunia bergerak bersama-sama. Tidak ada afiliasi dari grup mana pun, semua perempuan seolah tergerak untuk menuntut hak-hak dan perlakuan yang layak. Tetapi, sadarkah kita, saat ini pulalah kita diingatkan akan banyaknya pekerjaan rumah yang belum selesai isu-isu terhadap perempuan, terlebih terhadap kemanusiaan?
Setiap tahun, Komnas Perempuan memperingati Hari Perempuan Internasional dengan meluncurkan Catatan Tahunan (CATAHU). CATAHU merupakan pendokumentasian berbagai kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani berbagai lembaga. Menurut CATAHU 2017 yang dilansir dari komnasperempuan.go.id, ditemukan 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan. Terdiri dari 245.548 kasus bersumber pada data kasus/perkara yang ditangani oleh 359 Pengadilan Agama, serta 13.602 kasus yang ditangani oleh 233 lembaga mitra pengada layanan yang tersebar di 34 provinsi.
Angka-angka ini masih belumlah lengkap, karena masih banyak daerah yang belum bisa diakses dengan mudah dan terutama, korban-korban yang masih merasa takut atau enggan melapor karena ancaman, ketidaktahuan dan khawatir terbentur dengan rumitnya proses keadilan.
Tak melulu fisik, tetapi juga emosional
Ratusan ribu kasus terus bertambah setiap tahun dan tentu ini bukanlah prestasi membanggakan. Kebanyakan kasus yang terlaporkan adalah yang melibatkan kekerasan fisik. Masih sedikit perempuan yang menyadari bahwa kekerasan bukan melulu soal fisik, tetapi juga emosional, seperti yang pernah dialami dan secara terbuka diceritakan oleh Nilam Sari di sini.
Isu-isu yang merambah ranah personal dan emosional, turut menjadi perhatian dunia. Tahun ini ada tema Hari Perempuan Sedunia adalah #BeBoldForChange. Tema ini dipilih karena perempuan dianggap bisa menjadi katalis penting dan kendaraan untuk mendorong perubahan yang lebih besar. Perempuan bisa tampil dan berani untuk mempercepat kesetaraan gender yang mana diprediksi World Economic Forum baru bisa terjadi sepenuhnya di taun 2186. Apakah kita bisa 'sabar' menunggu lebih dari 170 tahun mendatang untuk bisa benar-benar 'merdeka' akan keadilan?
Ada lima area isu yang menjadi konsentrasi di tahun ini, yaitu:
Menentang Bias dan ketidaksetaraan
Di dunia yang sudah lebih maju ketimbang ratusan tahun lalu, nyatanya masih banyak perempuan yang terbelenggu oleh stereotipe-stereotipe yang dilekatkan padanya. Menganggap perempuan, dengan masing-masing keunikannya, sebagai warga dunia kelas 2. Pun, mengesampingkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam berbagai ranah pekerjaan hingga politis. Seperti kata Gita, "Masih banyak orang yang salah mengartikan antara peran seksual dan peran gender antara laki-laki dan perempuan. bahwa perempuan harus berada di wilayah domestik dan pria di wilayah publik, itu tidak adil. perempuan berhak berada setara di manapun ia mau berada."
Melawan kekerasan
Dari data-data yang dilaporkan oleh Komnas Perempuan, kekerasan terhadap istri menempati peringkat pertama dengan 5.784 kasus, disusul kekerasan dalam pacaran sebanyak 2.171 kasus dan kekerasan terhadap anak perempuan 1.799 kasus. Maka itu, penting untuk mengedukasi setiap perempuan, berapapun usianya, menyoal relationship yang positif. Selain itu, pembenaran terhadap pelaku pelecehan dan kekerasan juga menjadi hal yang mendesak untuk 'diluruskan'. Setiap perempuan harus berani mendobrak labirin sunyi kekerasan yang seringkali dipendam sendiri dan dianggap 'aib-kok-disebarkan' saat berani mengungkapnya di depan publik.
Mendukung kemajuan perempuan
Mendukung kemajuan perempuan sama dengan mendukung perubahan dunia yang berkelanjutan karena saat ini tidak hanya laki-laki yang menjadi tulang punggung keluarga, melainkan juga perempuan. Belilah produk-produk yang mendukung kemajuan pekerja perempuan, perjuangkan aturan-aturan yang tidak memberatkan pekerja perempuan dan menghapuskan gender gap dan memberikan hak yang sama bagi perempuan di dunia kerja, seperti yang diungkapkan oleh Rita, "Tidak semua pelaku usaha mendukung wanita utk menempati posisi-posisi tertinggi, dari alasan rugi karena perempuan bakal ada masanya mengambil cuti hamil, tidak efektif bekerja jika sedang haid sampai status single mom yg tidak punya hak untuk dapat jaminan kesehatan lebih (terutama untuk anaknya). Berbeda dengan pria, kebutuhan medisnya tercover full. Secara kerja, tidak ada perbedaan wanita dan pria, tapi hak-hal yg didapat tidak sebanding. Dari sisi bisnis juga sama, status janda apa ya mudah untuk dapat pinjaman? Kreditor selalu tanya latar belakang, tanpa melihat progress bisnisnya. Memang, tidak smua perusahaan seperti ini, tapi masih ada perusahaan yang mempersempit ruang gerak wanita."
Sementara itu, Endah, gadis yang suka membaca ini menambahkan pernyataan Rita, "Aku concern dengan women's advancement, khususnya tentang fenomena glass ceiling(hambatan transparan seperti kaca di mana perempuan cuma bisa lihat ke atas tempat posisi bergengsi berada tapi nggak bisa mereka tembus). Banyak yang susah untuk bisa dapat karir cemerlang karena diskriminasi gender di tempat kerjanya. juga fasilitas yang kadang masih dibedakan antara wanita dan pria di tempat kerjanya padahal kerjanya sama-sama berat."
Merayakan pencapaian-pencapaian perempuan
Banyak perempuan yang berhasil membangun karirnya dengan baik, tetapi sosoknya tidak berani atau sengaja tidak ditampilkan. Begitu pula dengan keberhasilan perempuan di dunia karir yang diapresiasi, tetapi masih saja dicari 'celah' kesalahannya, mulai dari stigma perempuan karir tidak sayang keluarga hingga 'perempuan-gak-tau-apa-apa' soal politik. Nyatanya, banyak perempuan-perempuan di dunia, khususnya di Indonesia yang bisa membuktikan dirinya tegas dan berprestasi, misalnya Menteri Susi Pudjiastuti. Mengapa sih merayakan pencapaian perempuan itu penting? Ini pendapat Febi, "Karena dgn begitu orang akan tahu bahwa wanita tak bisa diremehkan. Kalau ada bukti nyata bahwa wanita bisa punya prestasi dan dihargai karenanya, itu sudah cukup dan bisa diperhitungkan di masyarakat."
Mengunggulkan pendidikan perempuan
Pendidikan, tak bisa dipungkiri, merupakan fondasi awal yang membentuk cara berpikir seseorang. Menjadi wanita yang pintar itu tidaklah cukup, melainkan juga cerdas. Untuk itu , perempuan layak mendapatkan pendidikan dan kesempatan belajar yang sama. Begitu pula dengan memberi kesempatan para peneliti-peneliti perempuan untuk berkembang di bidang yang menjadi fokusnya. "Berawal dari pendidikan, wanita bisa mengedukasi dirinya sendiri dan orang lain. Rasanya di zaman sekarang wanita pintar itu bukan hanya kebutuhan, tapi juga menjadi kewajiban. Agar wanita nggak dibodohi, agar wanita bisa merdeka atas dirinya sendiri, agar wanita bisa menyusun dan berkembang di karir yang dia pilih dan membagikan ilmu yang dipunya ke semua orang," ujar Gaby.
Berangkat dari banyaknya pekerjaan rumah tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa para perempuan tidak menyuarakan kesamaan dengan laki-laki, karena masing-masing memiliki kodratnya. Yang masih harus diperjuangkan adalah kesempatan yang sama dan bagaimana dunia melihat perempuan sebagai individu-individu yang berharga. So, Ladies, be loud, be brave, keep fighting for what you believe ini and be bold for change!
- Pidato Emma Stone di Oscar 2017 Junjung Kehormatan Antar-Wanita
- Hebat! Makin Banyak Wanita Dengan Profesi Luar Biasa
- Ibu, Kamulah Pahlawan Terbaik Yang Aku Miliki
- Ratna Rahayu Pitriaty: Sosok Lurah Cantik Yang Dinilai Hebat
- Usiaku Baru 16 Tahun Tapi Aku Sudah Menjadi Ibu dari 42 Anak
- Gadis Cantik Ini Menjadi Pahlawan Penyelamat Saat Tenggelamnya Kapal Feri Sewol di Korea Selatan