Membangun Lagi Kepingan Hidup Setelah Perceraian Terjadi

Beauty Journal diperbarui 23 Feb 2017, 11:57 WIB

Cerai adalah kata yang ditakuti oleh setiap orang sehingga perceraian sebisa mungkin untuk dihindari. Cerai dianggap sebagai aib karena menjadi simbol kegagalan sepasang suami-istri dalam membina rumah tangga, demikian pemahaman yang selama ini beredar pada masyarakat. Penyebab perceraian pun beragam. Dari data statistik yang dikumpulkan oleh beberapa lembaga yang berkaitan dengan permasalahan rumah tangga dan perkawinan, penyebab utama perceraian di negeri ini adalah masalah ekonomi, diikuti perbedaan prinsip antara sepasang suami-istri. Penyebab berikutnya adalah perselingkuhan yang disertai dengan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Peningkatan jumlah perceraian di beberapa tahun belakangan ini memang telah menjadi perhatian banyak pihak, terutama yang terlibat langsung dalam menghadapi perceraian. Pada 2014 kondisi ‘darurat perceraian’ pun akhirnya dicanangkan, disertai berbagai rangkaian program penguatan keluarga dan rumah tangga di Indonesia. Berhasilkah program-program itu, jika ternyata tingkat perceraian tetap tinggi dan justru bertambah secara signifikan di tahun-tahun selanjutnya?Jika perceraian tidak dapat dihindari, perlu adanya langkah atau tindakan yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang bercerai agar menjamin bahwa kehidupan selanjutnya tetap bisa berjalan dengan baik. Terutama yang menyangkut dengan hajat hidup dan masa depan dari anak-anak. Karena bagaimana pun juga anak-anak adalah bagian dari generasi penerus bangsa. Pembentukan karakter serta jati diri yang kuat perlu menjadi fokus dari pasangan yang bercerai agar perceraian yang dialami oleh kedua orang tua mereka tidak berdampak besar pada perkembangan jiwanya.Lalu, apa yang harus dilakukan oleh sepasang orang tua yang bercerai agar perceraian tidak menjadi ‘momok’ yang berkepanjangan? Serta tidak menjadi penyebab timbulnya kegagalan dari anak-anak menjadi ‘manusia seutuhnya’? Segera posisikan diri dan damaikan hati Que serra serra, whatever will be will be. Takdir kehidupan yang tak terelakkan serta harus dihadapi dengan lapang dada dan kesabaran agar kedamaian bisa segera kembali dirasakan terutama oleh anak – anak mereka berdua. Jangan segan meminta bantuan kepada orang lain di sekitar Sekalipun hanya berwujud permintaan saran dan pendapat dari orang terdekat, sangat berarti dan bisa membantu Anda. Karena kondisi emosi dan kejiwaan seorang  yang baru saja mengalami perceraian memang membutuhkan ‘penyeimbang’ yang bisa didapatkan dari orang lain di sekitar mereka. Tentu orang lain tersebut adalah orang yang memang bisa dipercaya dan memiliki kemampuan untuk memberikan nasihat-nasihat bijaksana.Menyusun rencana masa depan Baik pihak laki-laki atau pihak perempuan, hendaknya segera merumuskan program masa depan bagi terutama bagi anak – anak. Aspek ekonomi rumah tangga, masalah finansial dan pengelolaan atas keuangan adalah hal utama yang perlu menjadi perhatian kedua belah pihak yang bercerai. Terutama menyangkut pembiayaan, masa depan anak-anak yang biasanya saat terjadinya perceraian masih berusia kanak – kanak atau remaja.  Milikilah semangat hidupJanganlah mudah putus asa dan milikilah semangat hidup kembali setelah perceraian. Terlebih bagi orang tua tunggal (single parents) yang mendapatkan hak asuh anak yang dimiliki. Kondisi kejiwaan, stabilitas emosional perlu segera diseimbangkan dengan banyaklah melakukan sharing dengan pihak-pihak yang mengalami perceraian juga. Bergabunglah dengan komunitas para orang tua tunggal (single parents) untuk bertukar kiat yang bermanfaat, khususnya yang berkaitan dengan pengasuhan dan pendidikan anak – anak. Ingatlah bahwa sekali pilihan untuk bercerai telah ditempuh, resiko dan konsekuensinya akan segera muncul dan dampaknya akan berlangsung selamanya, terutama terhadap anak-anak. Tak perlu berlarut – larut dalam upaya menelisik kesalahan dan mencari pembenaran karena waktu akan banyak terbuang dan hasil pun tak akan bermanfaat untuk keberlanjutan hidup ke masa depan. Ada yang hilang, namun pasti akan ada hal-hal lain yang banyak berdatangan, baik dalam bentuk kesempatan, peluang maupun halangan dan rintangan. Namun bukankah itu konsekuensi dalam hidup setiap manusia? Janganlah bercerai, pertahankan perkawinan. Namun jika perceraian harus terjadi, tetaplah menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak yang tak berdosa dan tak memahami semua makna dalam sebuah perceraian. Mereka tetap memiliki hak untuk hidup layak meski tak seperti keluarga utuh lainnya karena ayah-ibunya telah memilih jalan perceraian.

"Life become easier when you learn to accept an apology you never got." - Robert Brault

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/.

(vem/wnd)