Kepadamu Yang Telah Meninggalkanku, Aku Masih Saja Mencintaimu

Fimela Editor diperbarui 14 Feb 2017, 19:02 WIB

 Mungkin orang lain akan menganggap hati yang belum move on setelah disakiti adalah sebuah kebodohan. Namun siapa yang bisa menolak perasaan itu? Surat cinta ini adalah salah satu surat yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Surat Cinta Vemale.com.

***

"Halo!"

Betapa susahnya sapaan itu aku sampaikan padamu.

"Bagaimana kabarmu?"

Kurasa itu kalimat kedua yang nyatanya sampai sekarang tak sanggup aku tanyakan langsung.

Di bulan ini, tepat sebelum hari kebanggaanku, tepatnya satu tahun yang lalu, aku masih merasa kamu orang yang sama, yang aku kenal sebelumnya. Tetap baik, tetap istimewa, tetap menjadikanku prioritas. Tanpa pernah menduga di balik kebaikanmu itu ternyata banyak hal yang baru kutahu, itu rahasiamu yang sampai saat ini masih tak bisa kupercaya.

Lelaki yang aku banggakan pada Ayah, yang aku puji di depan Ibu, yang aku gandeng di depan teman-temanku, yang aku anggap terbaik, ternyata bukan orang baik. Kata “kecewa” pun tak sanggup mendefinisikan luka yang melebar seketika.

Sejahat itukah orang yang aku sayangi?

Setega itukah orang yang aku banggakan?

Coba kamu pikir, sayang. Wanita mana yang tidak remuk hatinya ketika miliknya harus dibagi dengan wanita lain? Wanita mana yang tersenyum saat miliknya direbut oleh wanita lain? Adakah wanita yang bahagia bila miliknya itu ternyata membagi hatinya?

Jelaskan bila ini akan baik-baik saja, dan kamu hanya diam. Tertunduk lesu tanpa sepatah kata pun, lalu kamu pergi. Membiarkanku menangis di sofa duduk yang biasa kita tempati saat bercanda sembari melihat film romantis kesukaanku. Sendirian.

Tahukah kau, sayang? Perihnya karenamu sampai saat ini belum sembuh. Bahkan lukanya masih ada, masih sakit walau tak berdarah. Jangan kau tanya betapa kecewanya orang tuaku? Kecewanya mereka lebih luar biasa dibandingkan kecewaku dan rasa sakitku.

Bolehkah kupuji dirimu, Sayang. KAU HEBAT.

Kau lebih hebat lagi saat kau tinggalkan diriku menangis sendiri, lalu kau pergi. Dan bodohnya diriku, masih berharap kau kembali dengan luka yang aku pun tak sanggup mengobati. Saat sadar, kau lebih memilih dia, mengambil keputusan kau takkan kembali lagi, seketika aku diam, entah kenapa air mataku tak menetes, dadaku terasa amat sesak, terasa mati.

Sayang, kamu tahu. Perasaan ini masih sama. Walau tertutup luka dan kecewa, sejatinya rasa ini masih milikmu, saat ini. Dan aku bahagia, ternyata hatiku belum mati. Dia masih bisa mencinta, bahkan setelah pengkhianatan itu, aku masih bisa merasakan debarannya. Bukankah ini indah?

Aku merindukanmu, merindukan yang dulu milikku.

Dimana pun kamu berada saat ini, Sayang. Kupastikan doa ini masih tertuju padamu. Kupastikan cinta ini masih terjaga untukmu. Berharap kau bisa berubah, kembali seperti dahulu saat aku dan kamu menjadi kita. Dan saat kamu sadari kau telah menyia-nyiakan tulusku, kuharap kamu takkan menyesal jika saat itu perasaanku telah hilang sama sekali.

Dimana pun kamu berada. Bisakah kamu tatap langit sebentar? Bayangkan jika langit itu mendung dan tak lama kemudian hujan turun. Itu air mataku. Tetaplah berdiri disitu, biarlah tetesnya membasahimu biar kamu merasakan betapa dinginnya diriku tanpa hadirmu.

Tapi lupakanlah..

Aku akan menghapus semua perasaan dan kenangan indah yang pernah kamu ciptakan. Semoga kamu dengannya, selalu bahagia bersama.

 

Dariku,

 

mantan istri yang sudah kamu lupakan

 

(vem/yel)

What's On Fimela