Teknologi Makin Maju, Ortu Khawatir Anak Di-Bully Secara Online

Fimela diperbarui 21 Jan 2017, 10:20 WIB

Mom, siapa sih yang menginginkan buah hati jadi korban bullying? Bullying punya dampak yang sangat buruk pada tumbuh kembang anak. Anak yang jadi korban bullying akan hancur rasa percaya dirinya. Baik itu tindak bullying secara fisik maupun verbal kestabilan emosi anak akan terganggu. Ini akan jadi makin buruk saat korban bullying mengalami depresi yang berat. Tak sedikit pula kasus bullying yang berakhir dengan kasus bunuh diri.

Bullying bisa terjadi dimana saja. Ini jadi makin mengancam saat teknologi sudah semakin maju pesat Mom. Majunya teknologi yang diikuti dengan sosial media yang semakin berpengaruh dalam kehidupan manusia, tindak bullying pun semakin mudah untuk dilakukan via sosmed.

Dilansir oleh (20/1), dalam laporan Norton Cyber Security Insights Report: Family Edition, memaparkan pandangan orang tua terhadap cyberbullying dan juga langkah-langkah pencegahan yang harus dilakukan untuk melindungi anak-anak mereka. Dalam laporan tersebut diungkapkan bahwa 49 persen orang tua di Indonesia memperbolehkan anak-anaknya yang berusia di bawah 11 tahun untuk mengakses internet. Ternyata banyak dari orangtua tersebut yang memiliki kekhawatiran akan terjadinya cyberbullying. Lebih ari 4 dari 10 (41 persen) orang tua di Indonesia yakin bahwa anak-anak mereka lebih mungkin untuk di-bully di dunia online dibandingkan di dunia nyata.

"Saat ini anak-anak bukan lagi menghadapi ancaman fisik atau perlawanan secara langsung," ujar Chee Choon Hong, Director, Asia Consumer Business, Symantec melalui keterangan tertulisnya.

Ada satu temuan yang menarik dari survey ini. Orangtua di Indonesia akhirnya menyadari bahwa cyberbullying dapat memberikan dampak buruk bagi anak-anak mereka dan mengambil tindakan-tindakan pencegahan yang perlu dilakukan. Ini ternyata juga dilakukan oleh orangtua di negara lain. Mereka yang melakukan tindak pencegahan ketat, anaknya mengalami insiden cyberbullying terendah.

"Survei ini mengungkapkan hanya 4 persen orang tua di Indonesia tidak mengambil tindakan apapun untuk melindungi anak mereka saat online. Banyak para orang tua yang masih tidak tahu cara mengenali tanda-tanda cyberbullying dan hal apa saja perlu dilakukan jika anak-anak mereka mengalaminya. Langkah pertama bagi semua orang tua adalah mengedukasi diri mereka sendiri tentang tanda-tanda cyberbullying dan mempelajari cara berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak mereka," tambah Chee.

Karena itulah setiap orangtua diharapkan mampu mengenali tanda-tanda anak yang jadi korban bullying. Anak-anak umumnya jarang mau terbuka pada orang tua soal dirinya yang jadi korban bullying. Sebagai orang tua, kita perlu lebih peka dan memberikan rasa nyaman pada mereka. Jika memang tanda-tanda anak jadi korban bullying terlihat jelas maka orangtua sebaiknya selalu mengawasinya dengan lebih ketat tanpa melukai hati atau perasaan anak.

(vem/ivy)
What's On Fimela