[Vemale’s Review] Novel ''Elegi Rinaldo'' Karya Bernard Batubara

Fimela diperbarui 05 Jan 2017, 10:10 WIB

Judul: Elegi Rinaldo
Penulis: Bernard Batubara
Penyunting: Jia Effendi
Cetakan pertama, Desember 2016
Penerbit: Falcon Publishing


Sinopsis:
Di pojok selatan Jakarta, kau akan menemukannya. Tempat itu tak sepanas bagian Jakarta lainnya. Langit di sana sering berubah seolah mengikuti suasana hati penghuninya. Kau akan bisa menemukannya dengan mudah. Ada banyak rumah di sana. Orang menyebut tempat itu Blue Valley.

Jika kau berjalan ke salah satu blok, kau akan menemukan rumah yang setiap pagi dipenuhi nyanyian Rihanna. Seorang pemuda kribo yang selalu menenteng kamera tinggal di sana bersama tantenya. Dia sering kali bersikap dingin. Dia menyimpan duka. Sisa penyesalan terdalam dua tahun lalu.

Ada gadis yang menantinya, dan ingin menamai hubungan mereka yang kian dekat. Namun, pemuda itu selalu ragu. Dia menyukai gadis itu, tetapi... selalu merasa bersalah jika memberikan tempat yang sengaja dia kosongkan di hatinya. Namanya Rinaldo. Panggil dia Aldo, tapi jangan tanya kapan dia akan melepas lajang.


Rinaldo, pemuda berusia 28 tahun yang bekerja sebagai food photographer harus berusaha sabar saat orang-orang terdekatnya mulai menyindirnya untuk segera melepas masa lajang. Bukannya tidak laku, Aldo begitu ia biasa dipanggil merasa bahwa pernikahan itu sesuatu yang konyol. Menurutnya, orang yang menukar kebebasan dengan pernikahan itu konyol. Meski sebenarnya bukan itu saja alasannya belum menjalin hubungan yang baru. Ada sebuah kejadian di masa lalu yang jadi kenangan terpahit di hidupnya, saat ia harus kehilangan dua orang yang paling dicintainya sekaligus.

Tinggal di kompleks Blue Valley, Aldo tinggal bersama adik ibunya yang akrab ia panggil Tante Fitri. Tante Fitri juga memiliki masalah keluarga yang akhirnya membuatnya tinggal dengan Aldo. Ia juga sering menyindir Aldo untuk segera menikah.

Suatu hari, Aldo mendapat proyek untuk memotret makanan di kafe UNO, kafe milik Dinda. Dinda ini pacar sahabat dekat Aldo, Wicak namanya. Di kafe tersebut, Aldo bertemu dengan Jenny. Jenny, perempuan bertubuh mungil bersuara nyaring ini adalah chef UNO. Pertemuan pertama antara Jenny dan Aldo tak berlangsung mulus. Pun ketika Jenny merasa tersinggung saat Aldo melepeh roti buatannya. Tapi siapa sangka ternyata Jenny dan Aldo memiliki pandangan yang sama soal pernikahan.

Hanya saja Aldo merasa sebuah luka kembali terbuka ketika mengetahui Jenny menyukai hewan panda. Sosok Jenny mengingatkannya pada seseorang. Bagaimana kisah mereka akan berlanjut? Bagaimana masing-masing menanggapi soal sebuah ciuman yang mereka lakukan di suatu malam? Apakah keduanya masih tetap memegang prinsip yang sama soal pernikahan sampai akhir?

“Cuma orang hebat yang berani ngasih kepastian. Gue iri karena sehebat-hebatnya gue, enggak bakal  bisa lebih hebat dari lo.”
(Aldo, hlm. 64)


Benar-benar dibikin gemas sama hubungan Aldo dan Jenny. Karena sama-sama punya pandangan yang sama soal pernikahan, mereka jadi bingung sendiri menata hati masing-masing. Apalagi saat Dipa muncul dan kembali mendekati Jenny, Aldo cemburu tapi bingung harus melakukan apa. Toh, hubungan Aldo dan Jenny juga tak ada status yang pasti. Jenny pun merasakan dilema. Ke mana hatinya harus dilabuhkan? Pada Dipa atau Aldo?

Mengetahui Jenny bisa begitu dekat dengan Tante Fitri membuat Aldo bahagia. Sayangnya, hal itu tak berlangsung lama. Sebuah kehilangan terjadi lagi di kehidupan Aldo. Siap tidak siap ia harus melanjutkan semuanya.


Kamu sok enggak butuh siapa-siapa. Kamu pikir kamu bisa hidup sendiri. Padahal kamu juga takut kesepian. Kamu takut ditinggalin. Kamu takut kehilangan orang yang kamu sayangi lagi.


Sembuh dari luka dan kenangan pahit yang telah lalu memang tak mudah. Apalagi jika sudah melibatkan soal kehilangan orang yang begitu disayangi. Jika sudah begitu, mending memilih hidup sendiri saja. Hanya saja sayangnya tak ada orang yang mampu dan bisa bertahan hidup sendiri. Itulah yang dialami Aldo.

Kisah Elegi Rinaldo ini begitu ringan dengan plot yang mulus. Meski dibuat agak baper saat membacanya tapi akhir ceritanya bisa bikin senyum-senyum sendiri.




(vem/nda)
What's On Fimela