Tak Pernah Akrab Dengan Anak-Anak, Kini Aku Berubah 180 Derajat

Fimela diperbarui 25 Des 2016, 13:00 WIB

Menjadi ibu adalah sebuah tantangan besar, mungkin bisa lebih besar dibanding mengejar karir. Ini jugalah yang dirasakan sahabat Vemale yang mengirimkan Lomba Bangga Menjadi Ibu berikut ini. Meski awalnya ia tak tahu sama sekali tentang anak-anak, kini ia justru melepas karir dan jatuh cinta dengan dunia anak-anak.

***

“Setelah kita nikah dan punya anak nanti, aku tetap boleh berkarir kan?”.

Itu adalah salah satu pertanyaan yang selalu aku ajukan kepada laki-laki yang menyatakan keseriusannya menjalin hubungan denganku. Pertanyaan itu, bukan semata-mata untuk mengetahui pemikirannya tentang emansipasi wanita. Bukan. Namun karena aku merasa tak mampu menjadi seorang full-time mom.

Aku tidak memiliki modal untuk menjadi seorang full-time mom. Aku tidak bisa memasak dan nggak suka ribet. Sementara menurutku, profesi sebagai full-time mom adalah salah satu profesi paling ribet di dunia. Bahkan tak hanya ribet, tugas seorang full-time mom juga banyak dan kompleks.

Karena selain melibatkan keahlian, seorang full-time mom juga harus memiliki sifat-sifat layaknya ibu peri, yang sabar, yang teduh, yang pengertian, dan sifat-sifat positif lainnya. Dan yang terakhir adalah aku tak paham dengan yang namanya anak-anak. Aku sering terjebak dengan perasaan bingung, tak tahu harus bagaimana dan berbuat apa saat berinteraksi dengan anak-anak. Sungguh. Parah kan? Oleh sebab itu, aku sangat senang saat mendengar kata ”Boleh” dari laki-laki yang menyatakan keseriusannya menjalin hubungan denganku.

Namun siapa sangka, bahwa tak hanya Usagi yang bisa berubah secepat kilat menjadi Sailormoon, aku pun bisa seperti itu. Perasaanku yang semula ingin berkarir dan menolak untuk menjadi full-time mom berubah 180 derajat. Dengan mantap, tanpa keraguan sedikit pun, aku menyatakan kepada suamiku bahwa aku ingin menjadi full-time mom saja.

Entah bagaimana, setelah melahirkan dan bertemu dengan si kecil Ken, buah hati tercinta, di sini, di relung hati ini, serta merta berikrar ingin menjadi full-time mom. Dan lebih ajaibnya lagi, ada suatu dorongan kuat di dalam hati yang membuatku ingin terus berusaha menjadi seorang full-time mom.

Alhamdulillah, usahaku menjadi seorang full time mom membuahkan hasil. Sungguh, aku benar-benar tidak menyangka bahwa aku, yang dulunya tidak bisa memasak, sekarang hampir bisa memasak apa saja, juga bisa membuat beberapa kreasi camilan untuk si kecil. Aku, yang dulunya tidak sabaran, baper-an, ngambek-an, bosen-an dan lain sebagainya, berubah menjadi sosok yang kata suami “Lebih Dewasa”.

Aku, yang dulunya tak paham dengan dunia anak-anak, menjadi paham dengan dunia mereka, terutama dengan si kecil Ken. Aku makin tertarik dengan dunia anak-anak. Bahkan sekarang, saat aku melanjutkan sekolah lagi, aku memutuskan untuk mempelajari dan mendalami tentang dunia anak-anak. Iya, aku jatuh cinta dengan "Dunia anak-anak".

Bagiku, perubahan yang aku alami itu merupakan pencapaian yang paling luar biasa dalam hidupku, melebihi dari prestasi-prestasi yang aku dapatkan selama aku menjadi full-time mom. Pertama, pengakuan dari keluarga bahwa aku adalah seorang full-time mom lain dari pada yang lain. Kedua, prestasi dalam dunia menulis, terutama di dunia blogging. Ketiga, tulisan-tulisanku tentang tumbuh kembang si kecil berikut dengan cara menstimulusnya dapat memberikan manfaat untuk orang lain dan bisa mengantarkanku lulus seleksi menjadi seorang mahasiswa Pascasarjana salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya.

Oleh sebab itu, atas pencapaian-pencapaian itu, maka dengan lantang, aku ingin menyatakan bahwa “AKU BANGGA MENJADI SEORANG IBU”.

(vem/feb)