Kuberanikan Diri Mengatasi Takutku karena Kini Aku Seorang Ibu

Fimela diperbarui 22 Des 2016, 11:30 WIB

Menjadi seorang ibu, kadang kita harus berani untuk melawan banyak rasa takut. Demi anak-anak, kita bisa rela melawan sebuah rasa takut dan memberi rasa nyaman. Seperti kisah yang ditulis sahabat Vemale ini untuk mengikuti Lomba Bangga Menjadi Ibu ini. Ia berupaya tetap tenang mengatasi rasa takutnya demi memberi kenyamanan untuk buah hati tercintanya.

***

Saat ini aku sudah memiliki dua buah hati. Alhamdulillah sesuai harapanku di usiaku yang ke-30 aku sudah dikaruniai seorang putri berusia 4,5 tahun dan seorang putra berusia 1,5 tahun. Tentunya banyak kejutan yang sudah aku alami semenjak aku menjadi seorang ibu.

Terlahir sebagai bungsu dan anak perempuan satu-satunya membuat aku tumbuh menjadi anak yang manja. Semua kebutuhan selalu disiapkan oleh ibuku. Walaupun aku sudah bekerja tetap tidak ada yang berubah, Mama yang menyiapkan baju kerjaku dan juga bekal makan siangku. I love you, Mom.

Setelah menikah aku harus tinggal jauh dari orangtua. Aku mengikuti suami tinggal di Bali sementara orangtuaku di Medan. Aku yang selalu dimanja oleh kedua orang tua mendadak harus menjadi super woman. Setelah memiliki buah hati tentunya aku harus menjadi lebih dari sekadar super woman.

Setiap pagi mengurus segala keperluan suami yang harus berangkat kerja, menyiapkan keperluan anak sulung yang harus berangkat sekolah, dan harus mendengar rengekan anak bungsuku yang terus minta digendong. Belum lagi harus mengurus keperluanku sendiri karena aku pun bekerja. Hmmm, setiap pagi aku harus mengalami yang namanya “Amazing Morning” (versiku).

Salah satu bentuk kemanjaanku adalah aku tidak berani tidur sendiri apalagi kalau ada hujan petir. Walaupun sudah besar, walaupun sudah bekerja kalau tiba-tiba ada hujan petir pasti langsung lari ke kamar Mama minta tidur bareng karena takut tidur sendiri. Tapi suatu malam di saat hujan petir, aku harus tidur bertiga saja dengan anak-anakku karena suami harus bertugas di luar kota.

Anak sulungku bilang padaku, “Ma, Mbak Aya takut sama petir." Dengan berusaha menenangkan, aku bilang padanya, “Hei, ngapain takut sama petir, kan ada Mama di sini.” Harus tetap tenang, tetap senyum, pasang wajah berani supaya anak juga tetap nyaman, padahal sebenarnya Mamanya sendiri juga takut.

Itu salah satu kisahku, perubahanku ketika menjadi seorang ibu. Anak manja yang harus berubah menjadi ibu pemberani demi anak-anaknya. Dan yang pasti setelah menjadi ibu rasa sayangku kepada Mama menjadi lebih besar lagi, karena beginilah dulu Mama ketika menjagaku, ketika aku ketakutan sama hujan petir.

I Love you, Mom.

I love you, Mbak Aya.

I Love You, Dek Aga.

(vem/nda)
What's On Fimela