Meski Sibuk Bekerja dan Dicibir Orang, Kuasuh Putriku Penuh Cinta

Fimela diperbarui 19 Des 2016, 13:00 WIB

Setiap wanita berhak menentukan pilihannya sendiri setelah menikah dan punya anak. Seperti kisah yang ditulis sahabat Vemale ini untuk mengikuti Lomba Bangga Menjadi Ibu ini. Ia menceritakan pilihannya untuk menjadi ibu bekerja. Meski mendapat cibiran, ia tetap berusaha fokus melakukan yang terbaik untuk putri tercintanya.

***

“Alhamdulillah,” ucapku begitu senangnya sesaat setelah membuka surat hasil tes urin di sebuah laboratorium di dekat tempat aku bekerja. Sesegera mungkin aku mengambil ponselku di dalam tas. Aku menelepon suamiku yang sedang bekerja, “Aku hamil.” Suamiku pun segera mengucap syukur.

Ya, itulah awal di mana mimpiku akan menjadi suatu kenyataan 5 tahun silam. Aku benar-benar menginginkan seorang anak secepatnya hadir setelah kami menikah. Dan ternyata doaku pun terkabulkan. Aku berjanji pada diriku, aku akan menjaganya selamanya sampai napas ini tak berhembus lagi. Hari demi hari aku lalui. Aku menunggu hingga waktu itu tiba. Tak sabar untuk menggendongnya dan mendengar ia mengucapkan kata “Bunda".

Hari itu pun tiba, lahirlah seorang bayi perempuan yang sehat. Sempurna. Tak berhenti aku mengucapkan syukur pada Yang Kuasa. Dan aku mulai menyadari, bahwa mulai hari ini aku diberikan tanggung jawab yang luar biasa oleh-Nya untuk menjaga, mendidik, dan membimbingnya.

Hari berlalu begitu cepat, hingga masa cutiku pun berakhir. Aku adalah seorang ibu bekerja. Dengan penuh keterpaksaan, aku menitipkan anakku pada seorang pengasuh. Banyak orang yang nyinyir. Namun aku tetap menutup telingaku. Aku tahu apa yang terbaik untuk keluarga kecilku.

Tapi serapat-rapatnya telinga ditutup, aku tetap merasakan sakit pula dalam hati dan perasaanku. “Anak kok dititip-titipin,” kata itu terus terdengar di telingaku. Aku berusaha kuat dan bertahan. Menjadi seorang ibu bekerja atau ibu rumah tangga adalah sebuah pilihan. Dan aku memilih untuk tetap bekerja. Meskipun aku punya waktu yang tak sebanyak ibu rumah tangga lainnya bersama anak, namun aku merasa saat itulah aku memiliki waktu yang berkualitas bersama buah hatiku.

Siapa yang menginginkan semua ini? Tidak ada yang menginginkan, aku pun tak menginginkannya. Tapi ini adalah suatu pilihan yang mempertimbangkan banyak hal. Meskipun aku bekerja tapi aku tetap memantaunya setiap waktu, setiap saat. Aku memperhatikan setiap perkembangannya.

Aku tahu saat pertama dia melihatku dengan jelas. Aku tahu saat ia mulai mengucapkan kata “Ba”. Aku tahu saat pertama dia mulai duduk. Aku tahu saat pertama kali dia mulai merangkak. Aku tahu saat ia mulai berjalan. Aku menemaninya belajar bersepeda, aku melatihnya belajar bersepatu roda. Aku tahu hal apa yang dibenci dan disukainya. Aku selalu tahu penyebab dia marah ataupun sedih. Aku tahu semua hal tentang putri kecilku. Ya, dengan sedikit waktu yang berkualitas, aku mengenal anakku jauh lebih baik daripada yang banyak orang tudingkan. Mereka bukanlah aku.

Aku mendidiknya menjadi seorang anak yang hebat, anak yang luar biasa. Aku memperhatikan makanan dan kesehatannya dan juga segala kebutuhannya. Ya, termasuk pula kebutuhan tentang kasih sayang. Meskipun aku bekerja, aku tak kan pernah membiarkan dia tumbuh tanpa kasih sayang dariku ataupun suamiku.

Terkadang orang berpikiran seorang ibu bekerja akan merugi suatu saat nanti karena akan kehilangan momen perkembangan anak. Tidak bagiku. Aku bekerja. Namun, aku tetap bisa menikmati setiap perkembangannya. Aku berusaha selalu ada di sampingnya saat dia membutuhkan pelukanku. Aku menjamin dia tidak akan pernah kekurangan sedikit pun akan hal itu.

Hingga 5 tahun berlalu, kini dia menjadi seorang gadis kecil bunda yang luar biasa. Ada 4 piala berjajar di meja belajarnya. Memenangkan beberapa perlombaan, membuatku semakin bangga padanya. Ya, aku bangga pada anakku. Aku pun membuktikan pada orang-orang yang nyinyir padaku. Lihatlah! Aku seorang ibu bekerja, tanpa paksaan aku selalu menggandeng tangan putriku membawa pulang beberapa prestasi.

Aku seorang ibu bekerja, akan melakukan apapun untuk kebahagiaan putri kecilku sampai napas ini berhenti berhembus. Engkau putriku, mimpiku yang telah terwujud, jantung dan napasku, serta doaku di setiap saat. Tak ada yang membuatku bahagia selain menjadi seorang ibu. Tak ada yang membuatku bangga selain mendidik anak yang hebat.

(vem/nda)