Pernah mendengar tentang kisah legendaris Hachiko, Si Anjing Setia dari Negeri Sakura? Hachiko, yang patungnya masih berdiri kokoh di depan Stasiun Shibuya, adalah seekor anjing keturunan lokal yang dengan setianya menunggu tuannya, Sang Profesor Ueno. Hachiko tak lelahnya menunggu Ueno pulang bekerja setiap sore di stasiun. Aktivitas ini tetap ditekuninya sepeninggal Sang Profesor yang tak pulang untuk selamanya karena meninggal dalam serangan jantung di kantornya.
Selama bertahun - tahun Hachiko selalu datang ke Stasiun Shibuya di sore hari. Ia menunggu, terus menunggu, berharap sang majikan datang seperti hari-hari terdahulu. Di malamnya dia pulang kembali ke kandang, dalam kebingungannya yang tak terjawab. Tak ada yang memberitahunya dan mampu memberitahunya, bahwa sang majikan telah tiada berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun yang lalu. Akhirnya diapun juga mati dan tak bisa untuk menunggu lebih lama lagi.
Pasti ada sebagian orang berpendapat, wajar lah karena anjing hanya tahu apa yang dilatih dan diajarkan tuannya. Sisanya akan mengikuti naluri kebinatangannya. Apa yang dilakukan oleh Hachiko adalah hasil pelatihan yang panjang untuk melakukan hal yang sama berulang-ulang tanpa kenal lelah dan menyerah. Namanya juga anjing, demikian seloroh yang lainnya. Namun adakah yang menyadari bahwa apa yang dilakukan Hachiko bisa jadi perlambang yang bisa terjadi pada setiap manusia. Hachiko adalah kita semua, Profesor Ueno adalah masa lalu penuh nostalgia dan Stasiun Shibuya adalah satu tempat atau momen tertentu dalam hidup manusia, misalnya saat berdiri di pinggir pantai menjelang senja tiba.
Saat manusia kehilangan suatu yang membahagiakan di masa lalunya, apapun atau siapapun itu, rasa rindu suatu saat akan muncul kembali mencari-cari. Naluri seekor Hachiko yang 'terlatih', ada pada rindu - rindu di masa lalu yang sebenarnya tak pernah hilang sama sekali pada diri manusia. Sedikit yang membedakan hanyalah manusia diberi nalar yang jauh lebih baik dalam berlogika. Dilengkapi dengan cara untuk melawan dan menahan rindu yang datang saat-saat tertentu atau muncul mendadak dalam waktu tertentu.
Tanpa disadari, rindu pada masa lalu yang tak bisa dihilangkan atau diubah ini akhirnya sedikit demi sedikit mengubah manusia dan menjadi bagian dari diri mereka. Hidup bersama selamanya. Biarkan rindu kepada masa lalu hadir, karena masa lalu selalu ada dalam diri manusia. Bersembunyi dalam relung - relung ingatan bawah sadar yang sesekali akan muncul bersama rindu. Mungkin lebih baik begitu, daripada terkena insomnia dan lupa akan segala yang pernah terjadi. Setidaknya masa lalu pernah ada membentuk jiwa dan karakter kita.
Rindu, masa lalu, dan momen-momen untuk mengenangnya adalah keistimewaan yang diberikan Sang Pencipta kepada manusia.
Dan sekiranya Hachiko bisa bicara, di akan berkata bahwa jika diberi waktu selamanya, dia akan tetap menunggu Profesor Ueno, tuannya, selamanya pula. Bahkan mungkin ditambahinya sehari lagi untuk menunggu lagi.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/.