Indah, Ini Jadinya Jika Kain Minang Disulap Jadi Pakaian Muslim

Fimela diperbarui 14 Des 2016, 16:46 WIB

Meningkatnya intensitas perdagangan antar negara dan tingginya permintaan produk-produk ekspor mendorong para pelaku usaha dan pengrajin lokal di seluruh wilayah Indonesia makin gencar bersaing untuk bertahan di pasar global. Tak terkecuali bagi produk kain nusantara yakni batik. Produk andalan Indonesia ini mendapat banyak respon positif di pasar Internasional, namun ketatnya persaingan membuat para eksportir memutar otak memenuhi kriteria yang diinginkan pasar. Pengembangan terhadap kain batik ini setidaknya dapat dilakukan dengan menjaga kualitas dan desain, agar loyalitas konsumen terus terjaga.

Untuk itu, salah satu produk yang siap bersaing dengan melakukan pengembangan desain adalah Batik Minang, yang memperkenalkan batik Minang melalui koleksi desain 12 desainer yang tergabung dalam Indonesia Modest Fashion. Para desainer yang terlibat mengaplikasikan motif-motif batik Minang pada rancangannya guna meningkatkan daya saing produk batik Minang. Berikut adalah 11 motif  batik yang tengah dikembangkan untuk diaplikasikan di atas busana:

1. Tantadu Manyasok Bungo Jo Buah Nibuang (Ulat Mengisap Bunga dengan Buah Nibuang) : Motif ini terinsipirasi dari ulek tantadu yang sedang menyasok bunga jo buah nibuang dimana motif ini memiliki nilai estetika dan makna filosofi kemakmura dan keindahan dalam kehidupan.
2. Paruah Enggang (Paruh Enggang) : Motif ini terinspirasi  dari penciptanya pada pengamatan Burung Enggang dan paruhnya yang pakai mahkota, kokoh, indah, dan anggun.
3. Sikambang Manih (Bunga yang Indah) : Motif ini dikiaskan pada anak perempuan yang berumur lima belas tahun ke atas yang belum berkeluarga seperti bunga yang sedang kembang. Desain busana by Nina Nugroho, Ratu Sovia.
4. Kaluak Paku Kacang Balimbing : Motif ini mengandung makna filosofi tanggung jawab seorang laki-laki di Minangkabau. Desain busana by Jeny Tjahyawati.
5. Bungo Duo Tangkai Jo Buah Pinang-Pinang : Motif ini mengandung nilai filosofimeningkatkan kepada dua ciptaan Allah yang berpasangan, selalu seiring, dan sejalan. Desain busana by Novi Padusi.
6. Daun Bodi : Motif ini melambangkan akhlak dan budi pekerti yang mulia. Desain busana by Oki Setiana Dewi, Merry Pramono, Erin Ugaru, Yus Oktavia
7. Daun Puluik-Puluik : Motif ini mengandung makna filosofi kesuburan, pendirian yang kuat, hidup subur, indah dan makmur sepanjang hayat. Desain busana byLia Afif.
8. Sirih Gadang ( Sirih Besar ) Motif ini diilhami dengan bentuk daun sirih, baik daun sirih yang ada di gagang maupun daun sirih yang bersusun di carano. Desain busana by Lia Soraya.
9. Bada Mudiak (Ikan Beriringan ke Hulu) : Terinspirasi pada ikan yang beriringan ke hulu, searah, dan setujuan, tiada yang mendahului.
10. Motif Ukir Pucuak Rabuang : Motif ini biasa digunakan sebagai ukiran rumah gadang karena banyak mengandung nilai-nilai filosofi yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam kehidupan.  
11. Buah Palo Bapatah : Motif ini mengandung makna filosofi cita-cita yang luhur, bagaikan ombak menuju pantai bergelombang.

Acara yang dihadiri Istri Gubernur Sumatra Barat, Ibu Nevi Zuairina ini disambut baik para pengrajin Tanah Minang. Program pengembangan desain batik Minang ini membawa mereka pada ilmu-ilmu baru, baik dari segi pemilihan jenisbahan, pengaplikasian motif di atas busana, hingga pemilihan warna.     

“Acara ini bertujuan mengangkat popularitas batik Minang, Kami para desainer yang tergabung di Indonesia Modest Fashion mengembangkannya lewat desain-desain yang modern. Program pengembangan batik Minang ini diharapkan mampu mendorong produktivitas para pengrajin di Sumatra Barat agar batik Minang memiliki nilai jual yang mampu bersaing dengan batik-batik lain di Indonesia,” ujar Jeny Tjahyawati selaku Founder sekaligus fashion desainer Indonesia Modest Fashion.  

Dekranasda Provinsi Sumatra Barat melatih sebanyak 15 pengrajin yang berasal dari dari tiga Kabupaten yakni Kabupaten Kota Padang, Dharmas Raya, dan Pesisir Selatan. “Kami mendatangkan pengrajin batik asal Jogjakarta untuk melatih keterampilan membatik kepada seluruh pengrajin di Sumbar, dari total 200 motif batik minang yang dikembangkan, baru sekitar tujuh motif yang direalisasikan sebagai batik,” ujar Ridonald Sekretaris Dekrasnasda Provinsi Sumatra Barat.

Dirinya juga berharap agar Batik Minang nantinya dapat dijadikan busana wajib untuk dikenakan para pegawai di lingkungan pemerintahan Provinsi Sumbar sekaligus buah tangan wisatawan lokal dan mancanegara yang bertandang ke Sumatra Barat. Semoga batik semakin bisa membuat nama Indonesia harum ya Ladies.

(vem/asp/ivy)