Pernah nggak berpikir, kenapa seiring bertambahnya usia malah sulit untuk bisa merasa bahagia? Mungkin kasus ini tak dialami oleh semua orang. Hanya sebagian atau mungkin segelintir orang saja yang mengalaminya.
Saat mulai memasuki dan menjalani usia 20an, banyak hal yang berubah. Mulai dari ketika akhirnya lulus kuliah, lalu bekerja, dan mulai tenggelam dan rutinitas kesibukan yang baru. Hari-hari yang makin sibuk jelas kerap membuat kita stres dan tertekan. Sampai akhirnya ada perasaan kosong dalam hati yang membuat kita menyadari kalau ternyata selama ini kita sudah jarang bisa merasa benar-benar bahagia.
Banyak Prioritas dan Tanggung Jawab yang Makin Menuntut Waktu Kita
Kata orang, usia 20an adalah usia di mana kita mengalami transisi untuk menjadi orang dewasa seutuhnya. Dalam transisi ini jelas ada banyak perubahan dan pergeseran yang terjadi. Prioritas dan tanggung jawab berubah. Semua itu menuntut waktu kita. Dan kita jadi lebih sering berusaha untuk melakukan berbagai hal untuk orang lain tapi lupa untuk membahagiakan diri sendiri.
“Learn to value yourself, which means: fight for your happiness.”― Ayn Rand
Masalah dan Ujian Datang Silih Berganti
Makin tinggi sebuah pohon makin kuat ia harus bertahan dari terpaan angin. Semakin bertambah usia seseorang, masalah dan ujian bisa makin banyak datang silih berganti. Kita diharuskan untuk menyelesaikan semuanya satu per satu. Kalau kita tak benar-benar bisa berusaha mengatasinya, maka akan ada banyak hal yang harus kita korbankan termasuk kebahagiaan kita sendiri.
Kita Mulai Berubah Jadi "Orang Lain"
Perubahan jadi bagian tak terpisahkan dari sebuah kehidupan. Kita bisa saja berubah menjadi sosok yang sama sekali berbeda dengan diri kita yang dulu. Bahkan bisa jadi kita berubah jadi "orang lain". Menjadi sosok yang tak lagi mengisi hari melakukan hal-hal yang kita suka. Menjadi seseorang yang menghabiskan sebagian besar waktu cuma untuk membahagiakan dan memuaskan orang lain. Semua itu membuat kita jadi lupa merasa bahagia dengan cara kita sendiri.
Terkadang Kita Lebih Memilih untuk Tak Bahagia
Karena berbagai alasan dan satu serta lain hal, kadang kita memilih untuk tak bahagia. Kita lebih memilih mengorbankan kebahagiaan kita untuk membuat orang lain bahagia. Kita merelakan diri kita agak menderita asal orang-orang di sekitar kita bisa bahagia. Mungkin inilah yang disebut sebagai bentuk pengorbanan.
“Happiness depends upon ourselves.”― Aristotle
Kita Mulai Kehilangan Hal-Hal yang Sebenarnya Sangat Kita Butuhkan
Kenapa kita makin tak bahagia? Mungkin karena kita mulai kehilangan hal-hal yang sebenarnya kita butuhkan. Kita mulai terlepas dari pegangan yang sebenarnya sangat kita perlukan untuk bisa bahagia.
“They say a person needs just three things to be truly happy in this world: someone to love, something to do, and something to hope for.”― Tom Bodett
Untuk bahagia, ada banyak caranya. Tapi cara yang paling umum ada tiga. Pertama, menemukan seseorang untuk dicintai. Dengan begitu, kita selalu punya alasan untuk berusaha bahagia karena kita juga ingin membahagiakan orang yang kita cinta. Kedua, sesuatu untuk dikerjakan. Jangan sampai waktu dalam hidup terbuang percuma. Kita perlu melakukan sesuatu. Sesuatu yang bisa memberi makna dan arti dalam hidup.
Terakhir, kita juga perlu memiliki harapan dan impian. Memiliki sesuatu yang harus diperjuangkan bisa membuat kita bisa terus bersemangat. Mungkin hidup akan terasa makin berat dari waktu ke waktu. Tapi dengan begitu, kita bisa selalu berproses dan menjadi sosok yang lebih bijak menghadapi semua.
Jadi, sudah bahagiakah kamu hari ini?
- Merasa Ujianmu Berat, Bersyukurlah Karena Kamu Sedang Diperkuat
- Di Balik Resolusi yang Belum Tercapai, Ada Semangat Baru Menyala
- Menikah Tak Hanya Indah, Tapi Juga Bikin Rezeki Makin Bertambah
- Ketika Semuanya Berlalu Cepat Sementara Kamu Jalan di Tempat
- Lelahmu Menjadi Ibu Akan Terbayar dengan Berkah yang Tak Terkira