Sebagian dari kita bisa memeluk ayah setiap hari, namun sebagian dari kita harus merelakan ayah pergi karena memiliki tujuan yang berbeda. Kerinduan akan sosok ayah diceritakan oleh salah satu Sahabat Vemale bernama Wida. Kisah ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis: Ayah, Aku Rindu.
***
Dear ayah,
Sebelum semuanya tertumpah ruah, izinkan ananda untuk menyanyikan sebuah lagu untuk seorang raja yang aku sebut ayah, meskipun saat ini (mungkin) ayah sedang bermain-main dengan seorang gadis kecil lain (yang menurutku asing), yang ayah panggil dia, "nak".
Di mana.. akan kucari
Aku menangis, seorang diri
Hatiku, slalu ingin bertemu
Untukmu, aku bernyanyi
Untuk ayah tercinta
Aku ingin bernyanyi
Walau air mata di pipiku
Ayah dengarkanlah
Aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi
Lihatlah .. hari berganti
Namun tiada seindah dulu
Datanglah, aku ingin bertemu denganmu, aku bernyanyi
Lirik Lagu “ Ayah”by Rinto Harahap
Lagu ini, ya.. lagu ini yah. Lagu ini yang selalu bisa membuat aku menangis, meskipun sudah aku putar sekian kali dalam sekian menit. Ayah tahu kenapa? Jawabannya hanya satu kata yah, yaitu RINDU.
Ayah, jangan tanya aku rindu siapa? Sudah jelas tertulis dalam liriknya, Wida rindu ayah. Dan kalau pun ayah masih tetap bertanya apa yang membuat Wida rindu. Jawabannya pun hanya satu kata, yah, CINTA.
Ya, cinta siapa lagi kalau bukan merindukan cinta seorang ayah pada putrinya yang saat ini juga sedang membagi cinta dengan gadis kecil lainnya, yang ayah sebut dia sebagai putri ayah juga.
Tenanglah yah, Wida tidak sedang marah, karena pada kenyataannya memang Wida tidak pernah bisa marah pada seorang raja yang (dulu) sangat mencintai putrinya.
Wida hanya iri, yah.
Ayah masih tanya juga, apa yang membuat Wida iri? Gadis kecil itu yah, gadis kecil yang ayah perlakukan dengan penuh manja, hampir sama seperti ayah melakukan kemanjaan itu dulu padaku, sewaktu aku masih kecil.
Kenapa dia bisa mengambil ayah begitu saja?
Kenapa dia bisa merasakan kehangatan di pelukan ayah setiap saat, sedang aku tidak?
Kenapa ayah bisa menghiburnya setiap saat?
Sedangkan aku untuk menjadi kuat saja aku tak tau caranya.
Ayah, ibu bilang, ayah adalah laki-laki paling penyayang yang tidak akan pernah rela melihat putrinya menangis. Ibu pernah bilang, ayah adalah barisan paling depan yang menjadi benteng bagi keluarganya.
Tapi itu dulu yah, 12 tahun silam, sebelum gadis kecil dan perempuan itu merampas ayah dengan paksa dari jari-jariku yang mungil. Ya, waktu itu jariku masih mungil. Jangan kan untuk menarik lengan ayah dari mereka. Memeluk ayahpun aku tidak bisa.
Ayah masih ingat tidak, apa makanan favorit Wida waktu kecil dulu? Ah mungkin ayah lupa, Wida kasih tau ya yah, KERANG. Ya, kerang sungai. Dulu, hampir tiap pagi dan petang Wida dan ayah mencari kerang di sungai. Ayah bilang, kerang itu kaya protein, bikin otak cerdas.
Ayah masih ingat tidak, apa yang paling Wida suka saat jalan-jalan malam dulu?
Ah mungkin ayah juga lupa, Wida kasih tau ya yah, LAMPU. Ya, lampu kelap-kelip di pinggir jalan. Dulu, saat Wida tidur lelap saat perjalanan, dan di situ banyak temaram lampu kota kelap-kelip, ayah selalu membangunkan Wida hanya untuk melihat lampu, karena ayah tahu, Wida senang sekali melihat lampu.
Ayah masih ingat tidak, siapa gadis kecil yang menangis paling keras jika ayah mau pergi keluar kota? Apa ayah juga masih ingat, siapa gadis kecil yang suka menari India di pinggir pantai tiap malam minggu? Siapa gadis kecil yang sering bertanya ini itu di sepanjang jalan? Siapa gadis kecil yang paling manja, paling egois, paling sensitif, paling sering nangis karena hal-hal kecil tanpa sebab?
Gadis kecil itu Wida, yah.
Gadis kecil ayah yang sekarang sudah berumur 22 tahun, berjuang mati-matian untuk bisa hidup memberikan kebahagiaan untuk ibu. Ibu yang saat ini menjadi ibu sekaligus ayah sejak 12 tahun lalu.
Semoga ayah mau mengenang dan tak pernah lupa jalan pulang. Terima kasih, yah, semoga suatu hari nanti Wida bisa memeluk ayah dengan erat (lagi).
Wida sayang ayah.
(vem/yel)