Saat Kisruh Dunia Maya Menghasilkan Generasi "Caper" dan "Baper"

Fimela diperbarui 30 Nov 2016, 11:53 WIB



UU ITE yang kemarin disahkan, memicu reaksi banyak pihak karena polemiknya. Hukum yang masih muda ini disahkan gara-gara perkembangan komunikasi yang semakin maju dan kebebasan pengguna internet dalam hal menyebarkan informasi melalui berbagai cara.

Kemudahan akses internet saat ini, ditunjang dengan berbagai layanan dan platform media menyediakan ruang kebebasan untuk 'bersuara' atau menebar citra, tanpa tahu entah akan diterima seperti apa oleh orang lain. Buah pikiran, hasil olah rasa dan kreasi jiwa, bercampur aduk dengan kata - kata yang sekedar rangkaian aksara tak bermakna. Yang baru-baru ini menjadi pemantik panasnya social media justru ujaran - ujaran penuh kebohongan, berisi caci-maki dan mengandung fitnah yang keji. Intinya, semua bebas berucap, merdeka dalam bersikap, namun seringkali juga liar dalam berpendapat dalam kalimat - kalimat jahat. Yang awalnya berniat membuka akun social media untuk bersenang-senang, akhirnya berujung dengan pertikaian.

Perang cyber, di era digital ini, sudah menjadi bagian dari kehidupan dan akan terus membayangi manusia dalam hidup mereka sehari - hari. Bahkan sebagian besar turut bersuka cita mengambil bagian dan antusias ikut serta mengambil peran di dalamnya. Masing - masing berubah menjadi penggemar setia dan pendukung fanatik. Seolah menjadi para pejuang dengan keyakinan kuat yang telah dikibarkan. Tiada habisnya dan malah semakin menyala - nyala.

Sepertinya baru pemimpin di negeri ini yang sampai harus memohon kepada semua untuk menciptakan 'ademnya' ketentraman dan kedamaian di dunia maya agar dunia nyata milik bersama pun menjadi 'ayem' suasananya. Mungkin karena selain perang yang berkecamuk di dunia maya sudah semakin menggila saja, meninggalkan tata krama bahkan penuh dengan fitnah dan rekayas. Sebagai pemimpin dia tahu arahnya hanya akan membawa rakyatnya menuju jurang perpecahan dan laga permusuhan yang berujung kehancuran.

Dulunya, kita bisa memisahkan realita di dunia nyata dengan hubungan yang terjadi di dunia maya. Namun kini semuanya terasa bias, karena semakin 'nyata'nya dunia maya, tatanan masyarakat telah berubah. Semua pasti berharap akan hasil panenan yang bai. Namun bagaimana jika yang dipanen adalah munculnya generasi baru yang semakin tak bertata krama, pandai berekayasa, gampang memfitnah, 'cerewet', 'caper' dan 'baper' yang ternyata pada kenyataannya di dunia nyata tak bisa berbuat apa - apa?

Karena mestinya pun tak perlu ada UU ITE jika kita mampu menjaga diri, menjaga pikiran dan perkataan dengan mengembalikannya pada diri kita sendiri. Bukankah mengontrol diri sendiri lebih baik daripada hidup dipenuhi dengan aturan-aturan yang dibuat orang lain?

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/

(vem/wnd)