[Vemale's Review] ''Dru dan Kisah Lima Kerajaan'' Karya Clara Ng

Fimela diperbarui 24 Nov 2016, 10:10 WIB

Judul: Dru dan Kisah Lima Kerajaan           
Penulis: Clara Ng
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama               
Ilustrator: Renata Owen
Terbit: Cetakan Pertama, April 2016            
Tebal: 208 Halaman
ISBN: 978-602-03-2159-2

“Bagaimana cara menyembunyikan pikiran?”
“Kamu ingin tahu caranya? Cobalah mencurinya dari pikiran kami.”
“Bagaimana cara mencuri pikiran kalian?”
“Caranya ada di dalam pikiran kami.”

Alkisah, seorang gadis cilik mencari selendangnya yang hilang, bertemu dengan lima raja yang kesepian.

Seekor Keong Emas bertutur asal usul pohon Kapaltaru, membuka perjalanan menembus jagat, untuk menebus satu kesalahan.

Apa yang paling menyenangkan dari membaca buku anak-anak? Bagi saya, salah satu kesenangan membaca buku anak-anak adalah bisa makin membebaskan daya imajinasi. Apalagi jika ada ilustrasi cantiknya, wah makin betah saja membacanya. Ada banyak keseruan dan juga pastinya pesan yang bisa diambil dari setiap buku anak-anak. Seperti karya Clara Ng yang satu ini, Dru dan Kisah Lima Kerajaan.

Buku ini menceritakan seorang gadis cilik berusia 12 tahun yang bernama Dru. Awalnya Dru dikenal sebagai anak yang nakal. Suatu hari ketika Dru memanjat pohon rambutan di kebun, ia marah-marah saat ada seorang anak yang memunguti buah rambutan yang dijatuhkan ke tanah. Dru pun kena marah orang tuanya. Ia pun merasa menyesal.

Dru kemudian dihukum oleh orang tuanya. Ia dikurung di dalam kamar dan tak boleh kemana-mana. Saat sedang memandang laut dari jendela kamar, selendang yang ia kenakan terbang tertiup angin. Kemudian ia melihat buih-buih ombak lautan berubah jadi kupu-kupu yang begitu besar. Dru melompat di punggung kupu-kupu itu. Tadinya niatnya adalah untuk bisa mendapatkan kembali selendangnya. Tapi ia malah terjatuh ke sebuah lubang dan masuk ke sebuah negeri yang sama sekali asing. Dari situ petualangannya pun dimulai.

Di negeri ajaib tersebut, Dru mengalami petualangan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Keinginannya untuk keluar dari negeri ajaib tersebut membuatnya harus bisa mau tak mau melewati setiap misi dan petualangan yang ada. Karena seekor keong bijaksana yang ditemuinya memberitahunya kalau cara untuk bisa keluar dari negeri itu adalah dengan menyelamatkan para raja di negeri tersebut.

“Bukalah matamu. Selama kamu percaya, keajaiban akan menampilkan keberadaannya.” –halaman 41

Dru menemui setiap raja di negeri tersebut. Mulai dari Raja Tanti Pala dari Kerajaan Logam. Lalu Raja Aditsu dari Kota Pencuri. Kemudian ia menuju Kerajaan Merah tempat tinggal para raksasa. Ada masalah yang dihadapinya saat itu. Ia pun akhirnya bisa berjumpa dengan Raja Wrekodara, Raja Pahlawan, dan Raja Nala. Untuk kembali ke dunia nyata, Dru harus bisa menemukan Danau Cermin. Apakah ia berhasil menjalankan semua misi dan pulang selamat ke rumah?

Di buku ini, Clara Ng juga memasukkan banyak sekali budaya lokal dan inspirasi kisah Pandawa. Selain nama sejumlah raja yang memang tak jauh beda dengan nama para Pandawa, ilustrasi di buku ini juga memiliki sentuhan karya seni batik yang begitu indah. Membuka halaman demi halamannya membuat kita terasa ikut terhanyut ke setiap babak ceritanya.

Semua orang harus mampu menolong dirinya sendiri. Selebihnya, percaya saja bahwa semesta akan ikut membantu.

Ada banyak tokoh unik yang ditemui Dru di negeri ajaib. Pengalaman seru dan baru pun dialaminya. Termasuk bisa membuat tubuhnya mengecil dan membesar dengan mudah. Menjelajahi Hutan Topi dan selalu ditemani oleh Bibi Keong yang begitu bijaksana. Dari semua pengalaman tersebut, Dru mendapat banyak sekali pelajaran.

Dru dan Kisah Lima Kerajaan akan jadi buku cerita yang menarik untuk anak-anak. Perbendaharaan kosakata anak-anak bisa makin kaya. Daya imajinasi anak-anak pun makin berkembang mengikuti setiap babak cerita. Pun ada banyak unsur lokal yang disisipkan di buku ini yang bisa menambah pengetahuan anak-anak tentang budaya Indonesia.

Akan lebih baik memang jika buku ini dibaca bersama anak dan orang tua. Dengan begitu, anak dan orang tua bisa saling berdiskusi. Orang tua pun bisa membantu memberi arahan yang tepat jika ada kata atau hal-hal yang kurang bisa dipahami anak.

(vem/nda)