Bukan Harta yang Membuatku Bahagia Tapi Kesederhanaan Cinta Ayah

Fimela diperbarui 23 Nov 2016, 14:10 WIB

Ayah selalu memiliki cara sederhana dalam mengungkapkan cinta. Tapi justru dari situ kita bisa memaknai arti kebahagiaan yang sesungguhnya, seperti kisah yang ditulis sahabat Vemale untuk Lomba Menulis Spesial Hari Ayah ini.

***

Ini adalah ceritaku tentang Ayahku. Kini usiaku sudah beranjak 25 tahun yang berarti kini aku bukanlah anak kecil lagi, aku sudah cukup dewasa. Aku menyadari semua perjuangan Ayahku untuk menghidupi keluarganya. Kami bukan berasal dari keluarga yang berada, tapi Ayah selalu memberikan yang terbaik untuk istri dan anak-anaknya. Dia tidak bekerja di kantor, bukan seorang pegawai negeri ataupun swasta. Dia hanyalah seorang petani yang bekerja serabutan setiap harinya. Tapi dia berhasil menyekolahkan anak-anaknya sampai tamat.

Ayah adalah seorang kepala rumah tangga yang hebat menurutku dan seorang suami yang sangat baik dan setia. Aku benar-benar bangga memiliki Ayah sepertinya, yang selalu tahu bagaimana membuat hal tak pernah menjadi serumit yang aku bayangkan. Seorang Ayah yang selalu menciptakan tawa pada keluarganya. Seorang Ayah yang tak lelah berjuang bagi keluarganya.

Seorang Ayah yang menyayangi istri dan juga anak-anaknya. Seorang Ayah yang bersedia meluangkan waktunya untuk mendengarkan banyak cerita dari anak-anaknya. Seorang Ayah yang selalu siap meluangkan waktunya untuk menyelesaikan hal-hal yang tak mampu aku, adikku, kakakku, abangku dan Mak lakukan. Ia adalah seorang Ayah sekaligus Kakek yang luar biasa baik dan sangat hebat.

Kadang aku berpikir di usiaku yang sudah 25 tahun ini aku masih belum bisa memberikan sesuatu apapun yang bisa membuat dia bangga. Mungkin yang terlihat dia bangga denganku atas prestasi-prestasiku selama sekolah dulu, sampai sekarang aku sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta di luar kota. Tapi menurutku itu tidak. Aku masih belum bisa membalas semua yang sudah orang tuaku berikan.

Aku selalu mengingat kata-katanya dalam bahasa Aceh, “Lage nyan ureueng syik keu aneuk golom teunte aneuk lage nyan keu ureung syik."Artinya begitulah orang tua kepada anaknya, tapi belum tentu anak seperti itu kepada orang tuanya. Itulah kata-kata ayah yang sering diucapkan kepada anak-anaknya kalau sedang bercerita persoalan hidup.

Ayah hanya tinggal berdua dengan Mak di rumah. Sedangkan kakakku dan abangku sudah berkeluarga dan tinggal di rumah mereka masing-masing. Sementara Adikku mengaji di Dayah (mondok di pesantren) yang sangat jauh di kabupaten lain di daerah Aceh. Hanya kakakku yang dekat rumahnya yang selalu setiap hari berkunjung ke rumah dengan membawa cucu-cucu Ayah yang sangat disayanginya. Keponakanku itulah yang menjadi obat rindu ayah akan anak-anaknya yang tidak bisa lagi setiap hari berada di rumah seperti dulu waktu anak-anaknya masih kecil.

Aku bekerja di luar kota yang hanya bisa pulang ke rumah dua bulan sekali saat cuti, itu pun hanya dua hari. Aku pulang sampai ke rumah larut malam. Tapi Ayah dan Mak selalu menungguku. Mereka tidak tidur dulu sampai aku benar-benar sudah berada di dalam rumah. Biasanya kalau sudah sampai ke rumah, Ayah yang membukakan pintu dengan senyum khasnya sambil berkata, “Aneuk dara loen ka iwoe(anak gadisku sudah pulang)."

Dan dia sering kali mengatakan, “Kop pijuet ka aneuk dara loen, pue hana ipajoh bu hideh,” yang artinya kurus sekali anak gadis ayah sekarang, apa tidak pernah makan disana. Ayah seringkali berkata seperti itu biarpun aku sama sekali tidak terlihat kurus. Hehe. Baginya aku masih seperti anak kecil, padahal sudah bisa dinikahkan. Hehe. Aku sangat menyayangi dia, tapi mungkin rasa sayang Ayah kepadaku masih lebih besar dari rasa sayangku kepadanya.

 

Ayah adalah sosok lelaki penyayang walaupun dia keras dan sangat mudah marah. Tapi dia tidak pernah melampiaskan kemarahannya kepada kami. Bersyukurlah aku yang oleh Allah masih diberikan keberuntungan karena masih bisa bersama Ayahku, Ayah yang masih selalu ada di sampingku ketika aku membutuhkannya.

Sebenarnya semua hal tentang Ayahku masih belum cukup untuk aku tuliskan di sini. Dia Ayah terhebat, mungkin tulisan ini hanyalah sebagian kecil dari ungkapanku untuknya. Karena sebanyak apapun kata-kata yang ada, aku yakin itu semua masih belum cukup untuk menguraikan rasa sayangku kepada Ayah.

Terima kasih telah menjadi Ayah yang baik bagiku. Ayah yang membuatku percaya bahwa tak semua laki-laki itu menyebalkan dan tidak setia. Terima kasih Ayah, aku amat sangat menyayangi Ayah dan Mak. Hanya doa dan doa yang bisa anakmu ini panjatkan kepada Allah, “Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa.”Ya Allah, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil.

Semoga Ayah dan Mak senantiasa berada dalam lindungan-Nya.

Oh, betapa aku sangat merindukan Ayah dan Mak, rindu suasana rumah, rindu masakan Mak yang sangat enak yang mengalahkan restoran termahal sekalipun. Rasanya ingin segera pulang dan mencium tangan keduanya seraya berkata, “Aku mencintaimu, Ayah. Aku mencintaimu, Mak."

Pidie Jaya, 22 November 2016

Mawaddah

 

***

Hari Selasa pagi itu Yaya, begitulah aku memanggil Ayahku, memberiku nama yang indah. Aku tak mengingat bagaimana ia menyambutku ketika aku menjadi bagian dari dunia ini. Tetapi, satu hal yang kutahu adalah kebahagiaan. Terlahir di keluarga sederhana dengan satu kakak perempuan membuatku merasa biasa. Tidak ada yang spesial, menurutku kala itu. Aku, yang saat itu masih 5 tahun, belum mengerti bagaimana hidup sebenarnya.

Yayaku terlihat biasa jika dibandingkan secara fisik dengan ayah-ayah yang lain. Tetapi, ketika aku beranjak dewasa, amat banyak sekali hal istimewa yang dimiliki oleh yayaku. Tak secara fisik, tetapi hati dan sifatnya. Yayaku tak pernah memarahiku. Dia tak pernah membentakku, berbicara kasar padaku, apalagi memukulku. Ketika beliau melihat sesuatu salah yang kulakukan, beliau memberitahukan dengan sabar bahwa yang kulakukan salah.

Yayaku sangat humoris. Guyonannya sederhana. Mengubah suara, menirukan perilaku seseorang, atau menertawakan hal garing yang diceritakan seseorang dengan suara setengah sarkas. Tetapi, dari sekian guyonannya, satu yang paling kusukai. Ketika Yaya menirukan gayaku saat aku ngambek karena suatu hal. Ketika hal itu terjadi, buyar. Ngambekku akan hilang dan berganti menjadi tawa karena perilaku Yaya.

 

 
 

Yayaku pekerja keras. Beliau bukanlah pegawai kantoran yang berseragam. Bukan juga seorang pekerja yang barang bawaannya adalah laptop atau gadget terbaru. Beliau membawa sendok semen, cat, atau kuas saat bekerja. Ya, Yayaku adalah seorang pembuat taman dan pelukis yang hebat. Sekali waktu aku memperhatikannya membentuk tumpukan bata dan semen hingga menjadi ikan koi yang mengeluarkan air dari mulutnya. Amazing! 

 

Yayaku kudet atau kurang update. Beliau bukan orang sophisticated yang mengerti tentang WhatsApp, Instagram, atau Path. Untuk menyalakan Bluetooth pada telepon genggamnya saja beliau tidak bisa. Aku tidak malu. Malah aku bangga. Yayaku bukan orang yang mau "diatur" teknologi. Selama yang beliau punya apa yang ia butuhkan, tidak masalah baginya. Kadang aku malu padanya, karena aku lebih banyak menghabiskan banyak waktu bermain smartphone. Padahal aku merasa aku tidak cukup smartdalam menggunakannya.

 

Foto: dok. Chanastalia Chunk

Yayaku tidak pernah mengeluh. Sifat ini begitu klasik, dianggap sok kuat atau bahkan menahan emosinya saja untuk tidak mengeluh. Tapi tidak untuk Yayaku. Yayaku memiliki sesak napas yang sudah cukup lama beliau derita. Ketika terlalu lelah, salah makan, atau dingin, Yayaku akan sesak napas. Sering ia terbangun di tengah malam karena sesak napasnya. Tetapi, ia tidak pernah sekalipun membangunkan ibuku atau aku. Ia menahannya sendiri hingga sakit itu hilang dengan sendirinya.

 

 
 

Yayaku tidaklah over protective. Beliau tidak melarangku bermain. Tidak juga melarangku bermain dengan teman lekakiku. Tetapi, kalau urusan antar jemput sekolah, beliau nomor satu. Hujan, jauh, bahkan tidak mengenal tempat yang dituju tak menjadi alasan baginya untuk tidak menjemputku. Bahkan, ketika beliau mengalami kecelakaan dan tangannya patah, ia masih menjemputku berjalan kaki. Untungnya rumahku tak jauh dari sekolahku. 

 

Sampai sekarang pun, aku seorang mahasiswa semester 7, Yaya masih sering menjemput atau mengantarku ke kampus. Tentu saja, kecupan di kedua pipiku tak pernah terlewat ketika Yaya mengantarku ke kampus. Meskipun banyak temanku yang mengatakanku seperti anak-anak, aku tak malu. Aku malah senang dan menganggap mereka yang mengatakanku seperti anak-anak hanya iri padaku.

Ya, ketika aku sudah tak bersamanya lagi, bagaimana kusampaikan rinduku padamu? Ya, ketika aku sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri, bagaimana aku mengobati kerinduan perhatianmu ketika aku masih anak-anak? Ya, bagaimana kalau aku menginginkan seseorang yang sama sepertimu sedangkan tidak ada yang sama di dunia ini? Aku akan sangat merindukanmu, Ya.

Yayaku adalah lelaki terbaikku. Aku bersyukur Allah mengirimkan seseorang yang begitu sabar dan selalu ada kapan pun aku membutuhkannya. Aku bukanlah anak yang membanggakan, hanya anak perempuan biasa. Aku berharap suatu hari aku akan membahagiakan Yayaku. Semoga Yaya selalu diberi umur yang panjang dan berkah. Happy Father’s Day, Yayaku!

CERITA DAN KISAH LAINNYA

Meski Ayah Kandung & Ayah Tiri Melukaiku, Kutetap Cinta Keduanya

Saat Aku Menoleh ke Belakang, Kuingat Sebuah Pesan dari Bapak

Merindukanmu Justru Menguatkan, Sebab Doa Kita Selalu Bersama

Ayah, Pria Nomor Satu yang Selalu Mendukung Setiap Langkahku

Ayah, Walau Sikapmu Kaku, Hatimu Lembut Saat Menyayangiku

(vem/nda)

 

Rekomendasi Pilihan

FOX’S Sparkling Friendship - Skrin.ID

----

Anda punya kisah inspirasi (cinta, pernikahan, persahabatan, keluarga, dll) atau punya tips keren seputar wanita? Silakan kirim ke redaksivemale@kapanlagi.net.

Share your story and let's be friends with Vemale.com :)

----

  • KUMPULAN ARTIKEL
  • #Keluarga Dan Anak
  • #Kisah Ayah Dan Anak
  • #Lomba Hari Ayah
  • #Kuis Vemale.com
  • #Kisah Nyata
 
DON'T MISS IT
  • Foto Gantengnya Menyebar, Pekerja Konstruksi Ini Kini Jadi Model

  • Meski Ayah Kandung & Ayah Tiri Melukaiku, Kutetap Cinta Keduanya

  • Braito - Kiat Pintar Maksimalkan Liburan Saat Musim Hujan

  • Solusi Cerdas untuk Atasi Anak yang Suka Berteriak dan Menangis

  • Agar Anak Hobi Baca, Jangan Memerintah Tapi Berikan Contoh

  • Braito - Pelesir ke Taman Tebing Breksi Yang Kini Digandrungi

  • Akibat Cas HP Semalaman, Kamar Gadis Ini Hangus Terbakar

  • Cute, Beruang Ini Tertangkap Kamera Begitu Akrab Dengan Anjing

YOU NEED TO KNOW
  • Kinerja Buruk, Karyawan di China Ini Dihukum Makan Cacing

  • Braito - Waspada, Rabun Senja Bisa Terjadi Pada Siapa Saja

  • Saat Aku Menoleh ke Belakang, Kuingat Sebuah Pesan dari Bapak

  • Moms, Yuk Ketahui Bagaimana Ciri Anak Mengalami Autisme

  • Tips & Trik Memilih Mainan Yang Tepat Untuk Anak Sesuai Usianya

  • Sore Itu, Kulihat Papa Bersedih Saat Kukenalkan pada Seorang Pria

  • Braito - Ini Lho Sebenarnya Pekerjaan Impianmu

  • Ajak Si Kecil Bermain Puzzle dan Lihat Manfaatnya

KOMENTAR ANDA
 

 

MOST VIEWED ARTICLES
LOAD MORE

 

 
 
 
 
ZODIAK HARI INI

Scorpio

Jangan hanya berharap, kamu harus tetap berusaha.

(vem/nda)
What's On Fimela