Saat Bertemu Masalah, Hati-Hati Salah Menyandarkan Keluh-Kesah

Fimela diperbarui 09 Nov 2016, 15:11 WIB

Beberapa waktu yang lalu, ramai kasus di laman - laman berita online, surat kabar, TV dan jejaring sosial dan lini masa. Kasus tersebut melibatkan seorang tokoh spiritual kenamaan yang sekaligus pemimpin salah satu organisasi profesi di dunia perfilman tanah air. Setelah tertangkap basah dalam razia narkoba dan terbukti positif menggunakannya, kasus melebar menjadi lebih genting mengingat si tokoh kedapatan memiliki senjata api tak berlisensi, alias tak resmi. Bisa jadi kasus ini akan membawanya ke konseskuensi hukuman yang lebih berat jika memang pengadilan memutuskannya nanti bersalah akan kedua perbuatan melanggar hukum ini. Bahkan konon hukumannya bisa maksimal, setara dengan seumur hidup atau hukuman mati.

Sontak mendadak, kasus menjadi viral menasional. Selain si tokoh adalah seseorang yang fenomenal, juga menyeret beberapa wanita kontroversial di dalamnya. Wanita yang selama ini dikenal sebagai public figure dan memiliki nama di dunia keartisan negeri ini. Tak heran kasus ini semakin menjadi bulan - bulanan media, semakin menyeret banyak orang untuk terlibat, berpendapat dan menghujat. Karena sebuah ironi menyeruak kental dalam kasus menghebohkan ini. Bukan saja pelakunya orang yang sepatutnya menjadi guru dan panutan secara spiritual. Namun kasus ini menjadi penguak tabir akan aktivitas rohaninya bersama pengikut - pengikutnya yang dinilai tak wajar dan cenderung menyimpang. Beberapa pengikut setianya, seperti dua wanita yang mantan penyanyi populer dan bintang iklan permen jaman dahulu, akhirnya harus turut berkomentar menyatakan pendapat dan penilaiannya sendiri - sendiri tentang si tokoh yang kita sebut saja bernama Aa Gati.

Terlepas dari jumlah pengikutnya yang banyak dan dari beraneka macam latar belakang, tak pelak jika kedua wanita yang tadi disebutkan menjadikan dia terkenal karena sebagai 'pengikut setia' nya. Kedua wanita ini terhitung tokoh nasional juga dengan banyak penggemar. Bukan sekedar kebetulan jika kedua wanita ini 'merapatkan' diri kepada Aa Gati di saat keduanya berada di masa - masa turbulensi rumah tangganya yang berujung pada perceraian.

Tidak lah sulit bagi Aa Gati untuk meyakinkan dan mempengaruhi wanita - wanita di masa 'rawan' dan 'labil'nya. Dengan pesona ilmu agama dan kebijaksanaannya, Aa Gati mampu meyakinkan para wanita bahwa dirinyalah 'pelita' yang mereka cari dalam masa 'kegelapan' hubungan rumah tangganya. Hingga konon bertahun - tahun bahkan hingga kini, setidaknya salah satu dari wanita tersebut tetap menjadi pengikut loyalnya bahkan turut tertangkap basah dalam razia narkoba di Lombok sana.

Masa perceraian, pra, selama maupun paska memang serupa turbulensi yang 'mengocok' hati dan pikiran manusia terutama wanita. Wanita lebih lembut dalam menggunakan rasa dan kadang naif dalam berlogika. Kehidupan rumah tangga yang diharapkannya bisa bertahan abadi bersama pasangannya, harus menghadapi kenyataan pahit untuk diakhiri karena berbagai alasan dan penyebab. Saat inilah wanita biasanya dalam kondisi labil dan mudah menerima pengaruh, bujukan atau rayuan dari orang - orang terdekat yang kadang malah memanfaatkan peluang untuk kepentingan mereka sendiri.

Tak heran seorang penulis menyebutkan dalam artikelnya tentang bagaimana menghadapi perceraian, menuliskan:

"Wanita yang sedang menjalani proses berat dan berliku perceraiannya, bak domba yang kehilangan penggembalanya. Dia bisa saja ditolong oleh penggembala lainnya, namun bisa pula jatuh ke tangan serigala."


Cerai adalah salah satu peristiwa yang merupakan bagian dari proses hidup manusia di dunia. Seperti lahir, menikah dan mati. Namun cerai bisa merubah segalanya apabila tidak dihadapi, dijalani dan diterima dengan keseimbangan nalar dan nurani. Setidaknya pengalaman pribadi menunjukkan bahwa, kehadiran seorang 'gentleman' yang baik hati saat istri yang labil ditinggal pergi merantau bekerja di luar pulau, telah merubah jalan hidupnya. Jalan hidup mantan istri dan anak - anak hingga kini. Hanya dengan sebuah pertolongan kecil di saat jatuh di jalan, kala sore bergerimis, cukup membuat seorang wanita memandang seseorang penolongnya sebagai 'Dewa Penolongnya' dan rela menyerahkan apa saja. Termasuk merelakan keluarga dan rumah tangganya untuk mengikuti dan menuruti apapun kemampuan Sang Dewa.

Hati - hatilah menentukan jalan, menetapkan pilihan dan memilih teman. Bisa jadi yang seolah sedang menghampiri bukanlah malaikat, namun sejatinya manusia berhati setan yang akan menyesatkan.

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di

(vem/wnd)