Hatiku Hancur Saat Gagal Menikah, Cintaku Terhalang Suku

Fimela diperbarui 01 Nov 2016, 13:35 WIB

Ketika cintaku terhalang suku, pupus sudah harapanku..

Mencintai dan dicintai adalah satu hal yang alami, semua manusia akan berbahagia saat cinta menghampiri. Saat dua jiwa berada pada jalan cinta yang sama, pencapaian berupa pernikahan adalah gerbang cinta sekaligus bentuk syukur kepada-Nya. Namun, jalan itu tak selalu lurus. Kadang dia bergelombang, kadang dia berliku, kadang dia.. buntu.

Begitulah yang terjadi pada kisah cinta salah satu sahabat Vemale dengan inisial S.

"Awal mula aku kenal dengan dia, sebut saja A ketika aku kuliah. Kita di Unit Kegiatan Mahasiswa yang sama. Saat awal kenal, aku tidak pernah sedikit pun tertarik padanya karena aku sudah punya pacar," ujar S mengawali cerita saat dijumpai oleh kru Vemale.com.

Namun, berjalannya waktu membuat hubungan S kandas dengan pacarnya terdahulu. Setelah tidak menjalani hubungan apapun, A mulai mendekati S. Dimulai dari hunting bareng untuk keperluan foto, sebab A adalah seorang fotografer. Setelah cukup kenal, baru diketahui bahwa A adalah senior S dan usianya terpaut jauh, 10 tahun. Perbedaan yang cukup jauh, namun dalam cinta, kadang usia hanyalah sebentuk angka. Dengan kemantapan hati, S dan A mulai menjalin kasih.

"Aku pikir, dia adalah pria dewasa yang bisa membimbingku kelak," ujar S saat mengenang kembali masa yang telah lalu.

Setahun sudah hubungan mereka, begitu indah, serasa dunia milik berdua. Perbedaan umur tidak dirasakan dan tidak menjadi masalah, sebab keduanya saling mencintai. Bahkan, mereka memutuskan untuk segera menikah, sebab usia A sudah memasuki usia pernikahan.

Awal hubungan yang indah itu mulai luntur.. Dua tahun masa pacaran, mulai timbul masalah-masalah kecil. Mulai dari A yang terlalu menuntut S untuk bisa mengurus rumah tangga, padahal di masa itu, S masih dalam masa ingin bermain bersama teman-temannya dan mandiri.

Itu baru satu masalah kecil. Masalah terbesar antara S dan A adalah perbedaan suku dua keluarga. A berasal dari suku Jawa, sedangkan S berasal dari suku Sunda. Perbedaan suku di masa kini seharusnya tidak menjadi sebuah penghalang, terlebih di masa sekarang. Namun keluarga masih percaya mitos yang mengatakan bahwa dua suku tersebut tidak akan bisa disatukan, sebab di masa lalu, ada Perang Babat yang membuat suku Sunda tidak lagi percaya dengan suku Jawa.

Mungkin pembaca mengira hal ini hanya mengada-ngada. Masa di zaman seperti ini masih ada saja pemikiran seperti itu? Namun S meyakini bahwa mitos itu barangkali benar sebab hubungannya dengan A kandas. A memutuskan hubungan dengan alasan dia tidak boleh berpacaran dengan seseorang dari suku Sunda.

"Coba bayangkan bagaimana perasaan ku? Ah, kalian semua pasti mengerti. Lalu aku bertanya pada diriku sendiri, 'Mengapa hal ini terjadi? Mengapa dia tidak putuskan saja aku dari dulu jika alasannya seperti ini? Kenapa baru sekarang saat kami sudah merencanakan untuk menikah?" ujar S yang membongkar kenangan pahit itu.

Banyak pertanyaan muncul di kepala S. Sudah pasti, hatinya hancur, pikirannya runyam, bahkan S berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Mungkin terdengar mengada-ada, namun S benar-benar larut dalam kesedihan. Namun di antara kepingan hati itu, S sadar dia harus tegar dan kuat. Perlahan, S mulai menata kembali hatinya. Dia mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang dulu tak bisa dia lakukan karena sibuk pacaran. Bisa dikatakan, ini adalah berkah, sebab S jadi lebih punya banyak waktu berkualitas.

"Aku lebih sering bertemu teman dan memiliki waktu yang banyak untuk keluarga tanpa harus memikirkan seseorang seperti pacar. Aku serius mengerjakan skripsi hingga lulus. Aku benar-benar menyibukkan diri dan tak ada satu detik pun memikirkan dirinya lagi. Walau berat, aku selalu bersyukur karena pernah dipertemukan dengan dirinya dan memberikan pengalaman berharga karena tak direstui akibat perbedaan suku," ungkap S dengan senyum mengembang di bibir.

Sebuah kisah yang mungkin terjadi juga pada pembaca Vemale.com yang lain. Saat cinta terhalang sesuatu, yakinlah bahwa itu bukan kebetulan. Tuhan tidak pernah jahat memberi sebuah pelajaran hidup untuk umat-Nya. Jika memang harus berpisah, bisa jadi itu adalah jawaban dari doamu (atau doa ibumu) yang dikabulkan oleh Tuhan. Bukankah mayoritas perempuan sering membisikkan doa agar dipersatukan dengan jodoh terbaik?

Yakinlah, apa yang telah lepas dari genggaman tanganmu,

Tuhan akan menggantinya, dengan yang lebih baik.

Semoga kisah ini menjadi penguat hati. Terutama untuk kamu, yang memiliki kisah serupa.

(vem/asp/yel)