Tubuh Kurusku Bukan Untuk Dihina, Karena Ini Adalah Karya Tuhan

Fimela Editor diperbarui 29 Jul 2021, 19:13 WIB

Punya tubuh gemuk salah. Punya tubuh kurus juga salah. Kadang kita dibingungkan dengan standar cantik yang pada akhirnya menyiksa banyak perempuan. Salah satu sahabat Vemale bernama Gardenia Augusta menceritakan bagaimana dia mengalami banyak 'celotehan' tentang tubuhnya yang dianggap kurus. Tulisan ini spesial untuk Lomba Menulis #MyBodyMyPride.

***

Tubuhku normal, wajah pun tak terbilang jelek, tapi entah mengapa di mana-mana orang menyoroti berat badanku (baca: menghina). Seringkali, setiap bertemu orang aku diperlakukan demikian. Padahal, sungguh, aku tak menyinggung apa-apa, tidak memulai menghina, atau hal-hal semacam itu. Begitu bertemu/dekat denganku tiba-tiba saja terlontar sindiran atau hinaan itu. Lucunya, mayoritas (atau semua?) yang menghina itu tubuh/wajah/fisiknya juga tak lebih baik dariku. Dalam pikiranku, mungkin orang-orang yang sangat cantik dan bertubuh ideal-lah yang “agak lebih wajar” untuk sombong/menghina. Lah ini? Sama sepertiku, punya kekurangan juga.

Tubuhku Yang Susah Gemuk Dihina Macam-Macam

Bermula dari sindiran atau hinaan tadi, biasanya disusul pula dengan dugaan macam-macam. Yang cacingan lah, TBC lah, kurang gizi lah, dan yang paling sering adalah banyak pikiran atau stres. Lho... belum tahu ya kalau gemuk itu juga bisa disebabkan karena stres? Artinya, stres itu tidak hanya bisa menyebabkan kurus, tapi bisa juga menyebabkan gemuk. Malah, bisa juga menyerang orang yang langsing, namun termanifestasikan dalam bentuk yang berbeda.

Terlepas dari semuanya, tentu hanya aku yang tahu pasti penyebab kekurusan ini. Seorang teman pernah berkata kalau aku ini tak bisa gemuk. Kalau sudah menikah pun takkan menjadi gemuk tapi berat badannya jadi ideal. Yah, itu cukup menghibur dan aku mempercayainya. Bagaimana tidak, banyak wanita yang menjadi begitu gemuk setelah menikah/melahirkan. Mayoritas dari mereka sangat takut dengan keadaan yang demikian lalu diet mati-matian. Apalagi jika suami/lingkungan sekitar tidak memahami keadaannya, pasti sangat menyiksa. Karena umumnya hanya wanita yang disorot. Sedang para suami? Biasanya suami-suami mah malah makin gendut tidak terkontrol, buncit, atau fisik tak terawat tapi tak mau menjaga diri sendiri. Banyak dari mereka yang hanya ingin mengubah istrinya, tanpa mau dirinya sendiri berubah.

Badan Kurus = Penghambat Jodoh?

Ngomong-ngomong soal suami, body tipisku ini konon dikatakan orang-orang sebagai salah satu penghambat jodoh. Tak sepenuhnya salah. Faktanya, banyak juga pria yang melihat dari segi fisik, atau paling tidak biasanya yang terlihat kan fisik dulu. Kalau dari awal sudah tak tertarik tentu sulit bukan untuk melangkah lebih jauh?

Tapi jangan galau dulu, banyak juga contoh yang mematahkan hal itu. Beberapa orang yang dianggap kurang atau bahkan sangat kurang secara fisik (baca: berkebutuhan khusus), baik sejak lahir atau saat besar, ternyata mendapat jodoh yang fisiknya sempurna. Fisiknya utuh/normal, ganteng/cantik, berat badan ideal, dan... sangat tergila-gila padanya (sangat mencintainya). Benar-benar cinta dan bukan karena kasihan atau lainnya. Tentu saja mereka adalah orang-orang yang luar biasa sehingga pasangannya tadi bisa melihat jauh ke dalam hatinya, akhlaknya, semangat dan keahliannya, lebih daripada fisiknya semata.

Bukankah Tuhan tidak melihat bentuk tubuh dan rupa kita tetapi lebih melihat kepada amal dan ketakwaan kita? Lagipula, bukankah jodoh seseorang sudah tertulis di Lauhil Mahfuz? Dan tidak akan tertukar. Seperti itu. Lalu mengapa membuat-buat fisik sebagai alasan?

Hmm... kalau dipikir-pikir banyak juga ya orang yang membawa kaca pembesar ke mana-mana, untuk menyorotku pula. Tapi, terlepas dari apa yang disorotnya, mereka ini sangat care lho, mau buang-buang waktunya untukku. Mau sibuk ngurusin body-ku. Yah, intinya kita takkan bisa mengontrol/membungkam mulut semua orang. Kita harus mampu mengendalikan diri sendiri. Sejauh ini, meski kurus aku tetap mengupayakan untuk sehat. Gemuk atau kurus bukan untuk hina-hinaan tapi tetap perlu diperhatikan, salah satunya dengan alasan kesehatan (agar potensi sehat lebih besar).

Setiap orang itu memiliki kekurangan. Tetapi, apalah artinya kekurangan fisik dibandingkan dengan kekurangan rohani/spiritual dan kekurangan akhlak. Jadi, tak perlu terlalu sedih atau marah. Mereka perhatian kepada kita walaupun tak semua orang bisa menyampaikannya dengan cara yang baik.

(vem/yel)