Cobaan terbesar bagi suami adalah di saat dia memiliki segalanya. Sedangkan cobaan terbesar bagi istri adalah pada saat sang suami tidak memiliki apa-apa.
Bagi banyak kebudayaan dan agama, kewajiban utama suami adalah mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya. Namun, ada kondisi di mana sang suami tidak dapat memenuhi kewajibannya. Maka ada dua pilihan untuk sang istri: meninggalkan keluarganya untuk mencari kehidupan yang lebih baik, atau berjuang untuk menggantikan suami mencari nafkah.
Sudah 4 Tahun Saya Jualan Roti, Mulai Jam 4 Pagi - 10 Malam
Berjuang memenuhi nafkah keluarga adalah keikhlasan yang dipilih ibu Ani Sugiani. Sudah empat tahun suami beliau sakit, sedangkan kebutuhan ekonomi setiap hari tidak bisa ditunda dengan alasan apapun. Biaya sekolah anak harus dibayar, makanan dibutuhkan untuk mengisi perut, dan keperluan lainnya yang tidak diduga. Hal inilah yang membuat wanita tangguh ini rela berjualan roti demi memenuhi kebutuhan keluarga.
"Dari tahun 2012 saya sudah berjualan roti di stasiun Lenteng Agung Jakarta Selatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sudah empat tahun ini saya menjadi tulang punggung keluarga karena suami sedang sakit urat ketarik di punggung. Tidak mau terpuruk dengan keadaan, saya mencoba mencari rezeki dari berjualan roti," ujar Ani saat ditemui oleh kru Vemale.com.
Sebelum menyewa sebuah kontrakan di dekat stasiun Lenteng Agung, ibu dari tiga anak ini harus berangkat jauh sebelum matahari menampakkan wujud dari rumah di kawasan Manggarai. Untuk mengejar pembeli, bu Ani harus sampai Lenteng jam empat agar para pelanggannya membeli dagangan yang ia jajakan. Namun, saat ini ia sudah bisa menyewa rumah kontrakan di dekat stasiun sebesar Rp 500.000 per-bulan.
"Alhamdulilah, pembeli sudah pada tahu rasanya seperti apa, jadi saya sudah punya pelanggan sendiri," tambah Ani
Dalam sehari, ibu Ani bisa menjual 70-100 bungkus roti. Namun, jika dagangannya ramai ia bisa menjual hingga 200 bungkus roti. "Saya dapat komisi 20 persen karena roti ini bukan saya yang membuat. Ada yang mengantar roti ini dari perusahaan di Depok," ujarnya.
Dengan usia yang tak lagi muda, ibu Ani mengatakan bahwa kadang dia merasa lelah dan pusing karena berjualan dari jam empat pagi hingga jam sepuluh malam. Namun, beliau tetap bersemangat karena dari hasil berjualan, ibu Ani bisa membuat asap dapur ngebul. Di saat yang sama, bu Ani bisa mengurus suami, serta memberi tiga anaknya ongkos untuk pergi ke sekolah.
Dalam menjalani kehidupan yang sederhana, ibu Ani tidak memiliki harapan atau impian yang muluk-muluk untuk masa depannya. Saat ini, beliau sudah bersyukur dengan hidupnya yang sederhana.
"Saya nggak punya cita-cita yang tinggi untuk hidup karena umur yang sudah memasuki 50 tahun. Sudah bisa menutupi kebutuhan saja saya sudah syukur Alhamdulilah," tambah ibu Ani.
Semoga kisah bu Ani bisa membuat kita menjadi orang yang lebih bersemangat untuk menjemput rezeki yang sudah dipersiapkan Tuhan YME. Tidak perlu mengeluh pada apa yang sedang terjadi, sebab hidup terus berjalan. Lakukan yang terbaik, maka hasil yang baik pasti kita dapatkan.
- Dari Jualan Mie Ayam, Anak Saya Sarjana, Tahun Depan Naik Haji
- Penyuka Jamu Makin Berkurang, Saya Bersyukur Masih Ada Pelanggan
- Kegigihan Ibu Nur: Alhamdulillah Saya Tidak Merasa Kesulitan
- Kisah Sukses 4 Sahabat Yang Berbisnis Party Planner Tanpa Modal
- Jika Dunia Tidak Bisa Menerimamu Apa Adanya, Damaikan Hatimu