Ingin Anak Tumbuh Cerdas dan Mandiri? Hindari 6 Kesalahan Ini

Fimela diperbarui 24 Okt 2016, 10:40 WIB

Peran sebagai orang tua tidaklah mudah. Banyak tanggung jawab yang diemban. Selain itu, kita juga perlu pintar-pintar membagi prioritas. Dalam mengasuh anak pun kita tak bisa sembarangan.

Sayangnya, seringkali kita tak sadar kalau selama ini kita sering melakukan kesalahan dalam mengasuh anak. Kalau kita salah mengasuhnya, bisa-bisa tumbuh kembangnya akan terganggu. Kali ini yuk kita bahas soal enam kesalahan yang harus dihindari orang tua jika ingin memiliki anak yang cerdas, mandiri, dan percaya diri ke depannya.

Cuma Menyuruh Tanpa Memberi Contoh

Seperti yang dilansir oleh lifehack.org, tindakan memiliki efek yang lebih besar daripada kata-kata di dalam pikiran anak-anak. Jika kita sebagai orang tua hanya menyuruhnya ini itu tapi tak langsung memberi contoh atau jadi panutan, maka anak tak akan mau mendengarkan kita.

Memaksakan Kehendak Pribadi pada Anak

Sebagian orang tua ada yang ingin anak-anaknya mengikuti jejak atau pilihan orang tuanya. Kehendak pribadi dipaksakan pada anak. Anak sengaja diarahkan hanya dengan menuruti keinginan pribadi tanpa memperhatikan kehendak yang dimiliki anak sendiri.

Mencegah Anak Mengambil Risiko

Namanya juga orang tua, pastinya nggak mau si anak terluka atau menderita. Sehingga kita jadi terlalu melindunginya. Sampai-sampai kita tak memperbolehkannya mengambil risiko. Padahal anak perlu diarahkan untuk berani mengambil risiko. Dengan begitu, ia bisa mengambil pelajaran dari pengalamannya itu sendiri, membangun asa percaya diri, dan pastinya akan lebih matang dalam perkembangan mentalnya.

Tapi tentu saja orang tua harus selalu mengawasi atau memberi pengawasan, ya. Saat anak melakukan sesuatu dengan mengambil risiko, orang tua juga perlu mendampinginya agar agar anak bisa tetap dalam jangkauan aman.

Terburu-Buru Menyelamatkan Anak

Saat ini, banyak orang tua yang terlalu terburu-buru membantu atau menyelamatkan anak dari sebuah situasi. Padahal, anak-anak juga perlu belajar menghadapi sebuah situasi sulit. Sehingga ia bisa belajar dari pengalaman itu dan dapat lebih mandiri ke depannya. Kalau sekiranya anak mampu menyelesaikan sebuah situasi sendiri, maka beri ia waktu untuk mengatasinya. Anda baru turun tangan jika memang betul-betul diperlukan.

Menuruti Semua Kemauan Anak

Hal ini umumnya dialami oleh pasangan muda yang baru jadi orang tua. Kadang karena merasa belum sempurna dan merasa bersalah, kita merasa punya kewajiban untuk selalu membahagiakan anak. Menuruti semua keinginannya. Padahal hal ini bisa membuat anak jadi manja. Nantinya kalau dewasa, takutnya ia jadi pribadi yang arogan dan egois.

Perlu memberi batasan yang tegas mana yang boleh dan tidak pada anak. Misalnya, anak tak bisa memiliki semua mainan yang ada di toko. Yang boleh ia beli hanya satu mainan saja, tak lebih. Dengan begitu, anak pun akan belajar untuk bisa mengontrol dirinya dengan lebih baik.

Tak Berbagi Pengalaman

Anak bisa berbuat nakal atau berulah. Kadang menasihatinya saja tak cukup. Di sini kita perlu memberi contoh dan berbagi pengalaman. Misalnya, berbagi soal pengalaman dulu saat kita remaja yang sering berbuat ulah. Lalu menjelaskan soal pelajaran yang kita dapat dari pengalaman tersebut. Dampak apa saja yang diakibatkan juga bagaimana pengalaman itu mengubah karakter kita. Dengan begitu, secara tidak langsung kita juga membangun ikatan dengan buah hati kita.

Tentunya setiap orang tua punya pilihan teknik dan metode sendiri dalam mengasuh anak. Intinya kita sebagai orang tua pun akan terus dituntut untuk belajar demi memberikan yang terbaik untuk buah hati tercinta kita.

Semoga info di atas bermanfaat, Ladies!

(vem/nda)
What's On Fimela