Jika Dunia Tidak Bisa Menerimamu Apa Adanya, Damaikan Hatimu

Fimela diperbarui 21 Okt 2016, 14:28 WIB

Seringkali omongan orang lain begitu ringan menilai kekurangan tubuh kita. Jangan sampai hal itu membuat kita jadi orang yang tidak bersyukur. Sebelum itu terjadi, sahabat Vemale bernama Petronela membagi ceritanya untuk Lomba Menulis #MyBodyMyPride.

***

Ketika pertama kali melihat hasil polling yang dilakukan oleh Vemale, saya cukup amazed dengan hasilnya. Ternyata banyak––bahkan sangat banyak perempuan yang pernah menerima ejekan karena tubuhnya; entah karena pendek, gemuk, berkulit gelap, terlalu kurus, berjerawat, dan lain sebagainya. Ternyata masalah fisik masih merupakan masalah besar bagi manusia zaman sekarang, bahkan masalah fisik orang lain sekalipun. Mungkin beberapa orang merasa, memangnya kenapa, sih? Itu kan hanya memberikan pendapat, dan barangkali bisa menjadi masukan. Tapi bagaimana jika masukan atau pendapatmu membuat seseorang sedih atas dirinya sendiri, atau mungkin memotivasinya untuk menjadi sosok lain yang bukan dirinya, melainkan sosok yang kamu dan orang lain anggap sempurna.

Dulu ketika masih duduk di bangku kuliah, saya seorang yang kurus dan kadang membuat saya merasa kecil di antara teman-teman sebaya. Ditambah, saya tidak terlalu tinggi. Ibu saya menganggap saya kurang makan atau malah jarang makan makanan bergizi selama berada di kota orang. Kini, beberapa tahun berlalu, saya sudah bekerja di salah satu perusahaan di ibukota, tempat yang sama ketika saya merantau untuk kuliah dulu. Masih kota yang sama, tapi ternyata tubuh saya bisa lebih berisi ketimbang masa kuliah. Ibu saya kembali berkomentar, berulang-ulang, berkali-kali, "Kok kamu gemukan? Nggak olahraga, ya?"

Dan sejatinya ini membuat saya bingung. Bagaimana pun bentuk tubuh saya, saya tetap (seolah-olah) salah. Kalaupun saya diharapkan untuk bertubuh seperti seorang model di layar televisi, saya rasa orang rumah adalah orang-orang pertama yang harusnya ikut andil menciptakan kebiasaan makan sehat dan mengatur pola makan semenjak saya kecil. Jika semua itu tidak dilatih/dibiasakan, bagaimana mungkin saya diharapkan untuk menjadi seorang yang sempurna secara fisik? Ditambah lagi, saya malah merasa lebih nyaman dengan apa yang ada sekarang.

Sebenarnya, beberapa teman juga kerap kali berkomentar ketika tubuh saya kurusan dikit atau gemukan dikit, tapi saya tidak masalah dengan komentar mereka. Silakan katakan apa saja, sebab saya tidak peduli, dan saya sudah terlalu paham bahwa budaya orang-orang sekitar memang terbiasa untuk mengomentari fisik seseorang. Saya bisa tidak peduli apa yang orang luar katakan, tapi saya selalu mencoba peduli jika yang mengatakan hal-hal semacam itu adalah ibu. Jika dunia luar tidak bisa menerima saya apa adanya, paling tidak, saya ingin orang-orang terdekat menerima saya apa adanya. Bukankah itu lebih menyenangkan?

Ternyata, satu-satunya cara untuk menghindari rendah diri atau kesedihan akibat celetukan dari banyak pihak mengenai tubuh atau fisik kita adalah dengan menutup telinga. Saya lakukan itu beberapa lama, dan kemudian saya merasa lebih baik. Sebab kita tidak mungkin bisa menghentikan semua orang dari komentar usil, tapi kita bisa memagari diri kita untuk tetap kuat. Untuk semua perempuan di luar sana –termasuk mungkin yang mengisi polling yang hasilnya tempo hari saya lihat, semoga mereka juga bisa menjadi kuat dan selalu bangga dengan segalanya yang mereka miliki sekarang.

(vem/yel)