Dari Jualan Mie Ayam, Anak Saya Sarjana, Tahun Depan Naik Haji

Fimela diperbarui 18 Okt 2016, 13:55 WIB

Siapa yang suka mie ayam? Masyarakat Indonesia tak asing dengan panganan sederhana yang satu ini. Pedagangnya pun tak sulit kita temui, ada banyak sekali mulai dari yang mewah sampai di pinggir jalan. Namun jangan salah, dari semangkuk mie ayam sederhana, ada rezeki luar biasa yang datang. 

Salah satu pedagang yang menjemput rezeki dari berjualan mie ayam adalah pak Nurnaip atau biasa dipanggil pak Nur. Beliau mulai berjualan mie ayam sejak tahun 1989, terhitung sudah 27 tahun. Saat ditemui oleh kru Vemale.com, pak Nur dengan senang hati menceritakan pengalaman berjualan mie ayam.

Saya Tidak Takut Rugi Walau Harga Mie Ayam Saya Cuma Rp 6.000

Setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), pak Nur tidak meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Meski dari segi pendidikan bisa dikatakan kurang, beliau tidak terpuruk dengan masalah tersebut. Pak Nur tidak diam saja menunggu rezeki datang untuk memenuhi kebutuhan hidup, dia memutuskan untuk berjualan mie ayam sederhana.

"Jualan mie ayam dari bujangan (belum menikah). Saya cuma lulus SMP tapi saya ingin sukses, jadi secara tekun saya jualan mie ayam," ujar pak Nur dengan senyum sumringah.

Dari yang Vemale lihat, mie ayam buatan pak Nur bisa dibilang murah meriah. Kamu cukup membayar 6.000 rupiah untuk menikmati mie ayam sederhana yang diberi nama Mie Ayam Comal. Dengan harga yang murah tersebut, pria berusia 49 tahun ini tidak pernah merugi, justru mie ayamnya laku keras.

"Dulu, pertama kali jualan harganya hanya 300 perak. Saya nggak takut rugi. Malah karena harganya murah hasil jadi banyak. Kalau mahal hanya laku 80 porsi, tapi dengan harga 6.000 sehari bisa habis 200 porsi," tambah pak Nur.

"Mienya saja yang beli, kalau sayur dan ayam bikin sendiri. Gerobaknya sewa perhari 2.500 rupiah. Saya juga lebih memilih berkeliling dibanding memiliki kedai. Karena jika berkeliling, saya nyamperin pembeli," ujar pak Nur.

Beliau menjual mie ayam menggunakan gerobak motor. Biasanya pak Nur berkeliling kampung mulai dari jam 10 pagi hingga mie ayamnya habis terjual.

Alhamdulillah, Saya Bisa Punya Rumah, Anak Sarjana, Tahun Depan Naik Haji

Selama 27 tahun berjualan mie ayam, tak pernah sekali pun pak Nur berpindah profesi. Ia dengan tekun menggeluti usaha berjualan mie ayam hingga berhasil memiliki rumah, satu mobil, tiga motor, menyekolahkan anaknya hingga sarjana, bahkan di tahun 2018 pak Nur akan berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Luar biasa.. dari menjual mie ayam sederhana, gerobak sederhana, pak Nur berhasil menjemput rezeki dengan cara halal.

"Alhamdulilah, dengan semangat, saya bisa mencukupi kebutuhan hidup saya, bahkan lebih dari kata cukup. Semakin hari dagangan semakin meningkat nggak pernah turun. Itu semua karena kerja keras dan ketekunan," ujar pak Nur.

Dengan berjualan keliling, pak Nur beberapa kali menemukan kendala misalnya saja saat hujan. Namun itu tak menghalangi keinginan untuk mencari rezeki, meski gerobak dan tubuhnya basah, pak Nur tetap menerjang hujan. Bukankah saat hujan, orang-orang justru merindukan makan semangkuk mie ayam hangat? Hal itulah yang membuat pak Nur tetap semangat. Mau hujan, panas, atau kendala apapun, dia tetap bersemangat menjemput rezekinya.

Dengan kondisi ekonomi yang lebih baik saat ini, pak Nur bersyukur dan memiliki harapan untuk membangun sebuah kontrakan. Senyum sumringah pak Nur selama ngobrol dengan kru Vemale menunjukkan bahwa beliau bahagia dengan apa yang dia kerjakan. Kita doakan saja semoga impian pak Nur terwujud dan tahun depan bisa menjadi haji mabrur.

Lihat kan, kita tidak harus membangun restoran megah untuk memiliki kehidupan yang baik. Bahkan dengan gerobak sederhana dan mie ayam sederhana, ada rezeki yang banyak di sana. Asalkan tidak berpangku tangan, semua orang bisa sukses, sebab rezeki sudah disiapkan oleh Tuhan. Tinggal kamunya, mau menjemput rezeki itu atau tidak? Semoga kisah ini menginspirasi kita semua.

(vem/asp/yel)