Judul: The Girl on Paper (La Fille de Papier)
Penulis: Guillaume Musso
Penerjemah: Yudith Listriandri
Penyunting: Selsa Chintya
Proofreader: Titish A.K.
Design Cover: Chyntia Yanetha
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Spring
Cetakan Pertama, September 2016
Gadis itu terjatuh dari dalam buku.
Hanya beberapa bulan yang lalu, Tom Boyd adalah seorang penulis miliarder yang tinggal di Los Angeles dan jatuh cinta pada seorang pianis ternama bernama Aurore. Namun, setelah putusnya hubungan mereka yang terekspos secara publik, Tom menutup dirinya, menderita writer’s block parah, dan tenggelam dalam alkohol dan obat terlarang.
Suatu malam, seorang gadis asing yang cantik muncul di teras rumah Tom. Dia mengaku sebagai Billie, karakter dalam novelnya, yang terjatuh ke dunia nyata karena kesalahan cetak dalam buku terakhir Tom.
Meskipun cerita itu gila, Tom harus percaya bahwa gadis itu benar-benar Billie. Akhirnya mereka membuat perjanjian. Jika Tom mau menulis novel agar Billie bisa kembali ke dunianya, Billie akan membantu Tom untuk mendapatkan Aurore kembali.
Tidak ada ruginya, kan? Iya, kan?
Sosok fiksi bisa hadir ke dunia nyata? Tampaknya sangat mustahil dan nggak akan bisa terjadi, ya. Bayangkan saja sosok yang kita ciptakan di dunia imajinasi tiba-tiba bisa muncul di depan kita. Dia bisa berbicara, berjalan, dan bertingkah seperti manusia biasa. Bentuk fisiknya pun utuh dan kita bisa memegangnya sendiri. Terlebih, sosok itu kemudian malah membantu kita menyelesaikan sebuah masalah hidup yang begitu pelik.
Tom Boyd, hidupnya begitu limbung saat putus dari kekasih cantiknya, Aurore. Ia melampiaskan semua kesedihan dan keterpurukan itu dengan obat-obatan dan minuman keras. Parahnya lagi, ia mengalami writer's block. Padahal buku terakhir Trilogie des Anges diperkirakan akan jadi buku terlaris mengingat kesuksesan besar yang berhasil didapat di dua novel pendahulunya.
Milo, sahabat sekaligus tulang punggung bisnis penulisan Tom juga ikut kelimpungan. Mereka pun bangkrut dengan adanya sejumlah masalah finansial lainnya. Carole yang berprofesi sebagai polisi ini pun juga ikut pusing memikirkan masalah yang dialami Tom dan Milo. Ikatan persahabatan mereka bertiga (Tom, Milo, dan Carole) sangatlah kuat. Dulunya, mereka sama-sama memiliki latar belakang hidup yang gelap dan suram. Saat salah satu dalam kesusahan, maka yang lain akan langsung turun tangan untuk membantu.
Sampai suatu malam, muncul seorang perempuan yang mengaku bernama Billie Donelly di rumah Tom. Tom jelas terkejut karena sosok tersebut sama persis dengan Billie yang jadi tokoh utama dalam novel yang ditulisnya. Wanita itu juga mengaku kalau dirinya memang Billie dalam novel Tom. Ia "terjatuh" dari halaman novel yang salah cetak pada halaman 266.
Tom sampai menyodorkan sejumlah pertanyaan untuk meyakinkan diri kalau Billie itu adalah Billie yang benar-benar tokoh dalam novelnya. Saat Tom menceritakan perihal Billie pada Milo, Milo tak percaya. Kesehatan mental Tom dianggap terganggu dan dia dibujuk untuk mengikuti sebuah terapi. Tapi, Tom memutuskan untuk kabur dan ia kembali bertemu dengan Billie.
Tom dan Billie kemudian membuat kesepakatan. Billie akan membantu Tom bisa balikan lagi dengan Aurore. Sementara Tom berjanji akan kembali menulis untuk mengembalikan Billie ke dunia fiksinya. Mereka pun melakukan perjalanan berdua menuju Meksiko untuk bertemu dengan Aurore. Dari situ, petualangan mereka dimulai.
Saya sungguh dibuat penasaran mengikuti bab demi bab novel ini. Apalagi interaksi antara Tom dan Billie yang begitu menggemaskan. Kadang mereka berdebat, saling menyalahkan, tapi juga sama-sama punya rasa empati yang tinggi satu sama lain. Sangat kocak membayangkan mereka sampai harus kabur dari kejaran polisi dan ketika Tom kena tipu waktu menjual jam berharganya.
Saya juga sangat suka dengan ikatan persahabatan yang terjalin antara Tom, Carole, dan Milo. Masing-masing punya masa lalu yang gelap. Mereka pun sama-sama berjuang untuk membuka lembaran baru. Tak hanya itu, ternyata Tom dan Carole memiliki sebuah rahasia yang cukup kelam terkait selongsong peluru yang selama ini disembunyikan Tom. Bahkan Milo tak pernah tahu soal rahasia itu sampai akhirnya ketika Carole mengungkapkannya, Milo sangat terkejut.
Kehidupan Tom sebagai seorang penulis pun sangat menarik diikuti. Saya jadi tahu lebih banyak dunia seorang novelis. Masalah dan lika-liku hidupnya. Dan makin memahami arti seni serta dunia kreativitas.
Masing-masing pekerja seni itu sudah mencoba bertahan di dunia ini, tapi hasilnya tetap sama: menyerah. Kalau seni ada karena kehidupan nyata dirasa tidak cukup, mungkin ada saatnya ketika seni tidak cukup lagi dan satu-satunya kesimpulan logis adalah kegilaan dan kematian.
(hlm. 109-110)
Menjadi seorang novelis itu artinya rela bekerja berjam-jam, bertapa, dan terus menciptakan barisan-barisan kalimat baru. Menghabiskan waktu dengan dunia imajinasi dan sejenak menjauh dari dunia nyata. Itu semua butuh pengorbanan. Tapi memang begitulah kehidupan seorang penulis, menulis untuk berkarya, berkarya lewat tulisan.
Di novel ini, kita juga diajak jalan-jalan ke Paris dan Roma. Yang bikin tak kalah seru adalah perjuangan Milo dan Carole untuk mendapatkan kembali satu-satunya novel salah cetak yang tersisa. Seru sekali mengikuti perjalanan buku itu melintasi Eropa, mampir ke Korea, kembali ke Amerika, lalu sampai ke Paris. Saat buku itu berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya, ada kisah menarik yang diungkap dari setiap orang tersebut.
Di setiap bab, selalu ada kutipan yang aduhai. Kutipan-kutipan yang berkaitan dengan buku, dunia kreativitas, juga makna hidup itu sendiri. Di beberapa bagian novel ini juga ada banyak sekali kalimat-kalimat yang bermakna dalam. Rasanya sayang jika membaca halaman demi halamannya dengan terburu-buru.
Hidup bukanlah permainan video dengan beberapa pilihan hasil akhir. Waktu berlalu dan kita mengalir bersamanya, lebih sering melakukan apa yang kita bisa daripada apa yang kita inginkan. Sisanya tergantung pada nasib dan keberuntungan. Itu saja.
(hlm. 311)
Tadinya saya cukup bisa menebak bagaimana kisah di novel ini akan berakhir. "Oke, ini memang novel fantasi dan 'nggak masuk akal'," begitu pikir saya. Tapi tak disangka pengakuan Milo pada Tom soal Billie bikin saya jadi agak bengong. Meski begitu, akhir ceritanya cukup bikin hati lega.
Ada hal yang begitu berkesan dari pernyataan Tom di halaman 370. Dulu ia menjadikan kisah-kisahnya untuk menghibur Carole yang mengalami kekerasan fisik dan seksual dari ayah tirinya. Carole pun sangat berterima kasih pada Tom soal itu. Ia merasa tak lagi kesepian dan selalu terhibur. Terlebih ketika Carole jadi inspirasi menulis Tom.
Tapi Tom juga menyadari kalau apa yang kita lakukan di dunia nyata inilah yang jadi penentu segalanya.
Fiksi adalah semua yang kuat, tapi tidak bisa melakukan segalanya. Kisah-kisahku memungkinkannya melarikan diri ke dunia imajiner selama beberapa jam, jauh dari siksaan fisik dan mental yang ditimbulkan algojonya. Tapi, itu tidak cukup. Hidup di dunia fiksi bukanlah solusi jangka panjang, tidak lebih berguna daripada minum obat-obatan atau mabuk untuk melupakan masalah.
Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan: cepat atau lambat, pada akhirnya kehidupan nyata akan selalu menegaskan kemenangannya dari dunia imajinasi.
(hlm. 370)
Overall, saya sangat menikmati novel ini. Baru pertama kali baca novel terjemahan dari penulis Perancis dan langsung dibuat jatuh cinta. Ada banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dari kisah Tom dan Billie. Soal memaknai eksistensi diri, berdamai dengan masa lalu, menemukan kekuatan untuk melangkah ke masa depan, soal persahabatan, perjuangan bertahan hidup, dan pastinya soal cinta.
- [Vemale's Review]: ''Landline'' Karya Rainbow Rowell
- [Vemale's Review] ''Milea, Suara dari Dilan'' Karya Pidi Baiq
- [Vemale's Review] ''Cinta adalah Perlawanan'' - Azhar Nurun Ala
- [Vemale's Review] Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991 -Pidi Baiq
- [Vemale's Review]: ''The Naked Traveler'' 7 Karya Trinity