Panasnya terik matahari tak membuat ibu yang memiliki tubuh tambun ini patah semangat saat menjual dagangannya. Bahkan saat hujan turun, ibu yang satu ini tidak menyerah. Beberapa barang yang dijual tampak dalam rak kaca sederhana di lapak asongannya.
Nur Hayati Rangkuti adalah satu dari ratusan pedagang asongan di Jakarta. Wanita sederhana ini menjadi potret nyata kegigihan di balik tingginya gedung-gedung bertingkat yang mewah khas ibu kota. Saat dijumpai oleh tim Vemale.com, ibu Nur tampak sedang sibuk melayani para pembeli di lapak sederhananya. Tangannya sangat cekatan saat membuat segelas minuman untuk pembeli.
"Di sini biasanya ibu menjual berbagai minuman yang langsung diseduh, donat, serta permen-permen," ujar ibu Nur yang telah berusia 51 tahun.
Tidak ada yang istimewa dari lapak ibu Nur, beliau hanya memakai meja serta rak untuk menyimpan dagangannya. Untungnya, ibu Nur tak harus membayar sewa tempat. Seperti yang sudah kamu duga, ibu Nur harus selalu siap diusir oleh petugas berwenang setiap kali ada pemeriksaan.
Potret Kegigihan Ibu Untuk Anak-Anaknya, Tanpa Suami
Menakhlukkan Jakarta bukanlah tujuan ibu Nur. Wanita ini punya tujuan lain yang sama seperti masyarakat pinggiran pada umumnya, bekerja untuk bertahan hidup bersama anak-anaknya.
Sejak tahun 1997, semangat dan kegigihan ibu Nur tidak luntur sedikitpun. Berkat kegigihannya, wanita ini berhasil menyekolahkan kedua anaknya hingga lulus SMK dan membayar sewa kontrakan rumah. Yang patut diacungi jempol, ibu Nur membesarkan anak-anaknya tanpa seorang suami di sampingnya.
"Alhamdulillah saya tidak diberi kesulitan walau harus berjualan kepanasan dan kehujanan," ujar ibu Nur.
Meskipun selalu hidup sederhana, ibu Nur menuturkan dengan binar bahagia bahwa dia bersama anak-anaknya pernah menikmati indahnya pergi keluar Jakarta. "Saya pernah membawa anak-anak tahun 2005 ke Tapanuli Selatan, Sumatera Utara," ujarnya.
Perhari, ibu Nur mampu menghasilkan Rp 500.000 dari hasil berdagang yang dibantu kedua anaknya. Ia mengaku sangat bahagia dengan hidup yang tidak mewah namun cukup untuk menghidupi dirinya dan kedua anak perempuannya.
Inilah potret sederhana yang nyata ada di sekitar kita. Di balik hingar bingar kehidupan Jakarta, di balik mewahnya mall-mall yang bertebaran di ibu kota, masih banyak ibu Nur lainnya yang sama-sama berjuang di pinggir jalan. Ketika panas dan hujan menjadi ujian bagi sebagian orang, ibu Nur sudah menjadikan panas dan hujan sebagai teman sehari-hari.
Semoga kisah sederhana ini bisa memacu semangat dan membuat kita selalu bersyukur pada hal sekecil apapun yang kita miliki. Semoga ibu Nur beserta anak-anaknya selalu diberi kebahagiaan oleh Tuhan YME.
(vem/asp/yel)