Hidupku Hancur Saat Suamiku Selingkuh Tapi Tuhan Tak Pernah Tidur

Fimela diperbarui 30 Sep 2016, 11:40 WIB

Kisah ini adalah kiriman sahabat Vemale, Cinta (bukan nama sebenarnya). Ia menceritakan kepingan hidupnya yang hancur karena suaminya selingkuh. Tapi kemudian hadir seorang pria yang mengubah segalanya jadi lebih indah untuknya juga anak-anaknya.

***

Dear Redaksi Vemale,

Ini kisah yang mau saya bagikan untuk seluruh perempuan yang percaya ada pelangi setelah hujan sekalipun di saat yang paling suram dalam hidupnya.

Nama saya Cinta, saya ibu dari tiga anak laki-laki yang luar biasa. Dari awal kuliah saya pacaran dengan seorang pria, yang kemudian akhirnya menjadi suami saya. Total kami pacaran kurang lebih 9 tahun, dan selama itu tidak ada satupun yang aneh dari dia.

Anak pertama kami lahir, saat usia perkawinan kami baru 4 bulan, kemudian disusul anak kedua yang jaraknya hanya 2 tahun. Saat anak kedua kami lahir, suami saya mendapat promosi yang bagus di kantornya. Serta merta kehidupan kami pun mulai berubah menjadi lebih dari cukup.

Sayangnya, perubahan itu disertai dengan perubahan sikap suami saya. Dia jadi sering pulang malam, setiap weekend selalu dipakai dengan acara kantor.

Suatu hari, seorang teman saya menelepon. Dia juga teman satu kantor dengan suami saya. Dengan hati-hati dia cerita, kalau ternyata suami saya ada affair di kantor dengan atasannya. Dan yang lebih mengejutkan lagi katanya, suami saya dan selingkuhannya itu sudah berencana akan menikah.

Sejak itu mulailah badai datang. Setiap hari kami bertengkar. Rumah tangga kami mulai seperti neraka. Suami saya mulai ringan tangan. Anak-anak kami yang seringkali menjadi korban karena selalu menyaksikan kami bertengkar. Puncaknya suami saya meninggalkan rumah.


Dunia seperti runtuh di mata saya. Saya ingat hari itu saya menangis bukan karena dia pergi, tapi karena ayah saya berkata, "Sudahlah, nanti Tuhan ganti dengan yang lebih baik." Saya menangis karena ayah saya selalu menganggap saya berharga, padahal saat itu laki-laki yang saya cintai sepenuh hati, pergi meninggalkan saya dan anak-anak begitu saja. Dan mana ada laki-laki yang mau dengan perempuan yang sudah punya 2 anak?

Singkat cerita, saya habiskan hari-hari sepi saya dengan sibuk bekerja, karier saya naik drastis, dan saya pun mulai melupakan luka yang ditinggal suami saya. Sampai suatu hari, saya bertemu dengan seorang laki-laki bernama Stan, yang katanya laki-laki paling ganteng dan cool di kantor. Karena saya sibuk dengan kerjaan, saya sampai lupa untuk bersosialisasi, apalagi bergosip dengan teman-teman kantor.

Hari itu ada masalah kantor yang mengharuskan saya diskusi dengan dia. Dan betul rumornya bahwa orang bilang dia cool. Kesan pertama saya adalah dia laki-laki arogan dengan logat bicara khas orang Indonesia Timur. Hari berikutnya ada proyek yang harus dikerjakan tim dengan dia. Tanpa saya sadari akhirnya saya menjadi dekat dengan dia, dan mulai mengerti dengan pribadinya yang keras.

Perlahan-lahan kami mulai saling cerita dengan kisah masa lalu kami. Kalau saya janda dengan 2 anak, dia memilih menjadi single karena tunangannya menikah dengan laki-laki lain. Sebagai satu-satunya perempuan di tim, saya melihat dia bukan tipe laki-laki perhatian. Dia laki-laki yang suka lihat saya kotor-kotoran dengan lumpur di proyek, dan kepanasan kehujanan di lapangan karena dikejar deadline, sementara laki-laki yang lain siap melakukan apa saja buat saya. Tapi itu yang akhirnya membuat saya jatuh hati.

Suatu weekend, dia menjemput saya dan anak-anak seperti biasa untuk refreshing. Tanpa sepengetahuan saya, ayahnya dari Manado datang. Jika saja hari itu bisa diabadikan, betapa kagetnya raut wajah ayahnya saat dikenalkan dengan "teman dekat" anak laki-laki satu-satunya yang ternyata seorang janda dengan 2 anak.

Kami speechless sepanjang jalan, hanya Stan yang berusaha mencairkan suasana. Sampai akhirnya ayahnya mau berbicara dengan saya dan anak-anak. Di hari-hari berikutnya justru ayahnya yang bersemangat bercerita dengan anak-anak saya, bahkan tampak berat saat harus kembali ke Manado.

Setelah ayahnya pulang, Stan hanya bilang satu kalimat ke saya, dia mau keluarganya tahu, kalau perempuan yang mau dia ajak untuk bersama sampai hari tua adalah saya. Saya menangis, itu tangisan pertama saya, sejak luka saat suami saya pergi. Saya menangis karena apa yang ayah saya katakan benar kalau nanti Tuhan ganti dengan yang lebih baik.

Saya menangis dengan semua ketulusan yang Stan lakukan ke saya dan anak-anak, sekalipun masa lalu saya kelam.

Sekarang saya sudah menikah dengan Stan, dan baru dikaruniai satu lagi bayi laki-laki  yang sehat dan sempurna. Ternyata "happily ever after" itu bukan hanya di buku dongeng saja.

Buat semua perempuan yang sekarang ada di saat paling suram, jangan berhenti berharap. Tetaplah menjadi baik sekalipun perlakuan orang tidak baik kepada kita, karena suatu hari kita pasti akan ditemukan oleh orang baik juga. Selalu ada pelangi setelah hujan dan Tuhan selalu memberi kita yang terbaik.

(vem/nda)