Kisah nyata ini ditulis oleh Fitri Rahmadani, salah satu Sahabat Vemale yang mengikuti Lomba Menulis #StopTanyaKapan. Ia menceritakan soal pertanyaan "kapan nikah?" dan "kapan kurus?" yang membuatnya sakit hati.
-oOo-
Kata "kapan" itu sebenarnya memiliki jawaban yang mudah tapi jadi sulit, terawang-awang, dan kadang tidak biasa jika menyindir mengenai masalah pribadi. Tak terkecuali bagiku yang memang sering dan malah sudah berkenalan akrab dengan pertanyaan itu dalam hidup.
Sudah jangan dipungkiri deh kalau pertanyaan "kapan" itu sudah ada sejak kita kecil, iya toh? Tapi bagi cewek yang usianya di atas 25 tahun, pertanyaan "kapan" jadi bikin getar-getir jika disandingkan dengan "nikah", sehingga menjadi "kapan nikah?" Seperti kebanyakan rekan kerjaku sekarang yang usianya masih menuju 25 tahun dan di atas usia tersebut. Cewek-cewek ini kalau udah ketemu, selalu membicarakan mengenai cowok dan pernikahan. Lebih parahnya lagi kalau mereka dapat undangan dari rekan seumuran mereka yang menikah, aduh sudah deh itu rumpi udah kemana-mana. "Kok bisa ya dia duluan menikah padahal dulu waktu SMA dia biasa aja orangnya?"
Tapi tetap saja pertanyaan akrab itu kembali lagi terucap, "Aku kapan?" Kadang aku berpikir apa kekurangan mereka? Mereka cantik, muda, dan pekerja, but it's about their choices.
Nah, buat kalian semua sekarang aku ajak membayangkan jika pertanyaan "kapan nikah?" bersanding dengan pertanyaan yang bawa-bawa soal fisik "kapan kurus?" Lalu pertanyaan itu ditujukan pada wanita berusia 31 tahun. Pada diriku. Wis, sini kalau berani, bogem mentah siap melayang. Itulah yang aku rasakan sebagai seorang wanita "single-mature" yang bertubuh "extra extra large". Bisa kebayang kan gimana sedihnya ketika ada teman yang bertanya "kapan nikah?" dan "kapan kurus?" sekaligus?
Terkadang tidak sedikit mereka mengaitkan bentuk fisikku dengan terlambatnya datang jodohku. Dan aku berpikir apa mereka menyampaikan petisi kali ya ke Tuhan bahwa wanita single plus bertubuh gendut tidak boleh diberi jodoh. Kok mudah sekali orang-orang itu mengaitkan itu dan menghakimi takdir setiap manusia?
Lucunya lagi ketika aku bertemu dengan teman alumni SMP yang sudah memiliki dua atau tiga anak, pertanyaannya menjadi begini, "Kamu kapan nikah? Anakku sudah dua, lho!" Ini adalah pertanyaan yang kadang membuatku berpikir keras. Apa hubungan statusku yang masih single dengan anak dia yang sudah dua? Dan apakah aku ada andil dalam perumusan ide menambah anak mereka? Contohnya seperti ini, "Mas, ayo nambah anak lagi mumpung si Borito masih single." Aneh banget ya kan? Padahal menurutku menjadi seorang istri/ibu dan juga suami/ayah itu tidak mudah, apalagi dengan kondisi zaman seperti sekarang, perlu kematangan dan juga kesiapan.
Jangan tanya ke kantor pengadilan agama berapa kenaikan angka perceraian bahkan dengan alasan yang kadang nggak masuk akal. Misalnya, hanya gara-gara istrinya nggak bisa masak semur jengkol atau mencet odol yang tidak searah, dll. Dan harus aku akui menjawab pertanyaan "kapan" itu sulit apalagi ketika aku sudah dilangkahi oleh adik perempuanku yang menikah duluan. Pertanyaan itu bagaikan nyanyian horor saja!
Well, buat aku semua itu harus disikapi dengan wisewalau kadang menyebalkan dan sangat menyulut emosi. Tapi ketika aku bisa mengambil sisi positif dari seluruh omongan mereka, kusadari kalau semuanya ingin yang terbaik bagiku. Misalnya mereka yang tanya "kapan nikah", mereka sebenarnya ingin aku tidak sendiri sampai akhir hidup. Lalu, mereka yang tanya "kapan kurus?" ingin aku menjalani hidup sehat.
Buat kalian semua di sana dengan tubuh extra dan single-mature ada rangkuman kata-kata bijak dari orang-orang yang kusayangi yang sampai saat ini membuat aku menjadi sosok yang tetap ceria dan yakin jodoh akan datang tanpa melihat fisikku. Tapi melihat dari besarnya ruang hatiku untuk dia berada menjadi pasangan hidupku selamanya. Terima kasih untuk Mamakku yang tidak pernah mengeluh dalam membesarkan dan tak henti mendoakan dalam hidupku, abang, adik-adikku yang cantik-cantik, dan semua sahabat yang selalu menyayangiku dan seluruh sosok inspirasi dalam hidupku.
CANTIK ejaannya bukan K-U-R-U-S. So, sayangi badanmu dan carilah pasangan yang dapat menjadi sosok yang bisa melengkapimu. Karena sempurna itu kita lah yang menciptakannya. Dengan begitu, hidup jadi lebih sehat dan bahagia.
-f3.borito-
- Ketika Usiamu 37 Tahun dan Ditanya ''Kapan Nikah?'', Rasanya...
- Kapan Ada Pria yang Tulus Mencintaiku? Tanya Ini Membuatku Pilu
- Hati-Hati Segudang Dosa di Balik Pertanyaan ''Kapan Nikah?''
- Silaturahmi Lebih Seru Kalau Kamu #StopTanyaKapan
- Suami Jadi Penguatku Saat Aku Sedih Ditanya ''Kapan Punya Anak?''
- Jangan Sampai Pertanyaan ''Kapan Kurus?'' Merusak Silaturahmi